Kamis, 29 Mei 2008

Tips haji 5


Ke Masjidil Haram, Ya Siang, Ya Malam

SEPERTI sebelumnya disinggung, memang lebih asyik dan nikmat manakala kita mampu melaksanakan semua rangkaian ibadah di taah suci secara mandiri. Itu sebabnya, para
pembimbing sejak dari tanah air sudah mewanti-wanti para jamaah untuk terus memperdalam ilmu manasik, terus dan terus dipelajari, terus dipraktikkan.

Kalau sudah lumayan rasanya bekal pengetahuan yang dimiliki, insya Allah rasa percaya diri akan muncul nanti di sana, bahwa kita mampu melaksanakan secara baik. Dan situasi di
sana akan mendorong rasa optimis lagi, melihat jamaah dari segala penjuru dunia, ikhwan seagama dan seakidah.


Di Masjidil Haram misalnya, banyak amaliah yang dikerjakan di sana, baik yang berkaitan langsung dengan ibadah haji dan umrah, maupun amaliah lainnya, seperti diurai berikut ini.

Tawaf

Tawaf, ibadah yang hanya bisa dilakukan di tanah suci karena harus mengelilingi Kakbah sebanyak tujuh kali. Ibadah lainnya seperti khatam Quran, tahajud, iktikaf, bisa dilakukan di tempat lain. Sehingga ada sebagian orang yang lebih menyarankan untuk memperbanyak tawaf dari pada ibadah lainnya. Tawaf hitungannya seperti salat tahiyatul masjid. Jadi kalau ke Masjidil Haram, lakukan tawaf sebagai pengganti salat tahiyatul masjid baru kemudian melakukan ibadah lainnya. Namun tawaf juga bisa dilakukan setelah kita melakukan ibadah lainnya.

Waktu pertama kali tawaf, wajar jika ada perasaan kaget, berdebar atau entah apalah lagi namanya. Maklum, kini kita berada dekat sekali dengan Kakbah yang selama ini menjadi
arah kiblat dalam beribadah dan hanya tahu lewat gambar dan video saja, kini nyata di depan mata. Juga karena langsung berdesakan dengan orang-orang banyak. Wajar juga kalau
dalam kondisi begini Anda akan senantiasa memastikan diri tidak tertinggal dari rombongan.

Setelah melakukan 2-3 kali, insya Allah kita memahami bahwa tidak perlu ragu untuk melakukan tawaf sendiri. Lakukanlah dengan tenang sambil membaca doa dengan khusuk,
namun usahakan untuk tetap berjalan dengan kecepatan yang tidak terlalu jauh dengan orang-orang sekitar, karena kalau tidak akan mengganggu. Jangan lupa bawa karet gelang
tujuh buah, untuk membantu menghitung bilangan tawaf yang kita lakukan. Supaya jangan ragu saja.

Tawaf yang paling singkat dan paling tidak melelahkan bila dilakukan sedekat mungkin dengan Kakbah. Resikonya, akan berada di tengah desakan jamaah yang penuh dan terus
bergerak, terus begitu, jam berapa pun. Di waktu-waktu jauh sebelum maupun sesudah waktu haji, tawaf di sekitar Kakbah masih nyaman karena belum sangat padat dan bisa
diselesaikan 30 sampai 45 menit.

Tawaf yang juga nyaman namun lebih memakan waktu dan tenaga adalah di lantai dua atau tiga Masjidil Haram. Apalagi di lantai tiganya. Wajar, karena lintasannya lebih di luar
sehingga jauh lebih lebar dan tentu saja akan semakin jauh. Rasanya perlu sekitar 1-1,5 jam untuk selesai tergantung ramai tidaknya situasi saat itu. Di tempat ini pula jamaah yang uzur atau sakit mempunyai lintasan khusus untuk tawaf, dengan bantuan kursi roda dan orang lain yang mendorongnya.

Soal bacaan-bacaan selama tawaf, dalam buku manasik haji yang dikeluarkan Departemen Agama sudah disusun sedemikian rupa. Dalam praktiknya, yang lazim dilakukan adalah
dengan doa dan bacaan yang pendek-pendek saja.

Perlu diingat tawaf itu seperti salat, kita harus dalam keadaan berwudhuk pada saat menjalaninya. Kalau kita batal di tengah jalan, keluarlah dari lingkaran, berwudhuk lalu kembali melanjutkan dari titik yang kita tinggalkan tadi. Tetapi kemungkinan senggolan dengan orang yang bukan muhrim sangat besar, namun karena tidak dilakukan dengan sengaja, tidak membatalkan wudhuk.

Saat tawaf, sangat mungkin kita berdekatan dengan Kakbah, dan sangat berpeluang pula berada di Multazam, secuil tempat yang terletak antara Hajar Aswad dengan pintu Kakbah.

Memang memerlukan perjuangan untuk dapat tempat di sana, namun bukan pekerjaan yang sulit sebenarnya. Kalau bisa mengatur ritme pergerakan tawaf, pada putaran terakhir
usahakan makin mendekat ke Kakbah sehingga saat merampungkan tujuh kali putaran, insya Allah kita bisa berada di Multazam.

Inilah tempat yang istimewa, dan jika sudah berada di sana, air mata nyaris tak akan terbendung, di saat tangan menadah dan mulut melafazkan doa. Ya, inilah salah satu tempat
istimewa di mana doa diijabah, dikabulkan, insya Allah. Hanya patut diingat, bermunajat di sana seharusnya setelah merampungkan putaran tawaf.

Begitu pula niat untuk salat sunat di Hijir Ismail. Sama seperti keinginan mencium Hajar Aswad, untuk masuk ke Hijir Ismail memang memerlukan perjuangan ekstra. Namun
yakinlah, jika sudah berserah diri pada Allah, rasanya akan ada kemudahan untuk mendapat ''fasilitas'' di tempat sempit itu di antara jutaan umat yang terus dan terus saja bergerak, tanpa henti. Perhitungan tetap perlu juga dan jangan terlalu memaksa diri.

Sa'i

Sa'i ialah berjalan mulai dari bukit Safa ke bukit Marwa dan sebaliknya sebanyak tujuh kali yang berakhir di bukit Marwa (perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwa dihitung satu kali, dan dari Marwa ke Safa juga dihitung satu kali pula). Lokasinya kini berada dan menyatu dengan Masjidil Haram.

Naik ke atas bukit Safa/Marwa waktu sa'i tidak disyaratkan. Jika keadaan memungkinkan sebaiknya naik ke atas bukit Safa/Marwa, akan tetapi jika sulit karena berdesakan cukup
sampai di kaki bukit saja.

Salat Tahajud, Dhuha, dan salat lainnya

Tentu saja anjuran untuk melakukan salat lain sering didapat. Salat Tahajud adalah salah satunya. Salat ini baik dilakukan, selain karena paling dianjurkan, salat Tahajud membuat kita berkesempatan untuk berada di masjid sampai lewat malam.

Dalam perjalanan berombongan, mungkin akan lebih lengkap manakala disepakati ada malam-malam untuk melaksanakan salat Tahajud bersama. Bersama ini tidak dimaksudkan
untuk dilakukan secara berjamaah melainkan agar siapa yang ingin dapat pergi ke masjid bersama. Bagi para ibu atau wanita yang pergi ke Masjidil Haram tanpa muhrim atau teman
pria tentu hal ini sangat membantu karena ada yang mengantar pergi ke masjid di malam hari.

Sesampai di masjid kita bersama-sama tawaf yang dilanjutkan dengan salat Tahajud. Selesai salat boleh saja kita masih di masjid menunggu salat Subuh dan baru pulang setelah selesai salat Subuh.

Hanya saja, untuk melakukan ibadah-ibadah malam ini, pastikan kondisi badan dalam keadaan sehat. Dalam keadaan kurang sehat, lebih baik salat di penginapan saja. Di dalam
masjid pun sebaiknya melihat kondisi terlebih dahulu. Setelah selesai tawaf di pelataran dekat Kakbah (biasanya di malam hari ''agak sedikit longgar'' sehingga bertawaf disini tidak terlalu berdesakan), kalau terlalu dingin lakukanlah salat di dalam bangunan masjid (jangan di lantai Kakbah). Bulan Desember dan Januari udara Makkah sudah cukup dingin di
malam dan pagi hari. Kebalikan dari salat Tahajud, salat Dhuha diselenggarakan agar kita punya alasan mengunjungi masjid di pagi hari.

Memandang Kakbah

Salah satu alasan kenapa disarankan untuk menjalankan banyak ibadah di Masjdil Haram adalah karena fakta bahwa agungnya masjid ini disebbkan keberadaan Kakbah di dalamnya. Pengalaman penulis sendiri, sangat damai rasanya memandang ke Kakbah, di saat apapun, kapanpun ketika kita berada di Masjidil Haram. Konon hanya dengan memandang Kakbah sudah merupakan amalan yang baik. Karenanya disela-sela ibadah yang akan dilakukan di dalam masjid, kalau anda merasa lelah, duduklah dengan tenang di manapun di dalam masjid dimana Kakbah terlihat dengan jelas, pandanglah, renungkanlah, dan simpanlah pemandangan tersebut dalam ingatan Anda, akan menjadi oleh-oleh yang sangat indah bagi diri sendiri.

Sewaktu di sana, penulis sering ketika malam seusai salat Isya, naik ke lantai paling atas dan memandang Kakbah di bawah sana juga mengasyikkan. Melihat pusaran manusia yang
tak putus-putusnya mengelilingi Kakbah membawa kita dalam perenungan kepasrahan para jamaah terhadap ibadah tawaf yang diperintahkan. Membawa kita dalam perenungan
putaran hidup yang selalu berpusat pada penciptaNya.

Bahkan, ini yang penulis masih ingat betul, bagaimana mengalami hujan lebat di negeri gurun tersebut. Peristiwa langka itu terjadi pada hari Jumat, 5 Januari 2007, saat Makkah diguyur hujan sejak menjelang Isya. Penulis yang berada di lantai paling atas yang beratapkan langit, melihat sendiri bagaimana jamaah di bawah sana masih terus melaksanakan tawaf seakan tak terusik sedikitpun oleh guyuran hujan. Inilah pengalaman tak terlupakan salat Isya berjamaah di puncak Masjidil Haram, dibawah guyuran hujan, yang alhamdulillah, sama sekali tidak berdampak pada kesehatan penulis. Padahal, kalau di sini, di tanah air, kena hujan sedikit saja, sudah bersin-bersin, pertanda awal bakal terkena flu. Allahu Akbar!

Memandang Kakbah dari lantai yang teratas juga memungkinkan kita untuk melihat persiapan menjelang salat wajib berjamaah. Seperti dimaklumi Kakbah tidak henti-hentinya
dikelilingi jamaah untuk tawaf 365 hari dalam setahun, 24 jam setiap harinya, dan hanya berhenti pada saat dilaksanakan salat berjamaah. Salat yang dilakukan adalah salat yang lima waktu, salat Jumat, shalat Tarawaih dan salat-salat di hari besar seperti salat Ied baik di Iedul Fitri dan Iedul Adha. Kecuali di waktu-waktu itu, nyaris tidak pernah bisa dilihat lantai di sekeliling Kakbah, selalu penuh orang.

Menjelang salat wajib, tempat disekitar Kakbah dibersihkan dari kerumunan orang. Orang-orang diminta berhenti dari tawaf di sekitar Kakbah (askar atau polisi masjid yang melakukan ini). Mula-mula yang ditutup adalah daerah di dalam lengkung Hijir Ismail. Setelah tempat ini kosong, mulailah berdatangan diangkut jenazah-jenazah yang akan
disalatkan setelah salat wajib. Segera setelah iqamah berkumandang, tempat di sekitar Kakbah bersih dari orang-orang, imam segera berdiri di depan mikrofon dan dimulailah salat.

Pada saat itu berhentilah segala keriuh-rendahan akibat tawaf, sa'i, atau ibadah lain, ribuan orang yang memenuhi masjid semua salat mengikuti pergerakan imam.

Salat Jenazah

Hampir di setiap akhir salat wajib dilakukan salat jenazah, bahkan setelah salat Subuh sekalipun, baik di Masjidil Haram Makkah maupun di Masjid Nabawi, Madinah. Jenazah yang
disalatkan kebanyakan adalah para jamaah yang wafat di tanah suci dan jenazahnya diletakan di lingkaran Hijir Ismail atau dekat Multazam. Nama mereka tidak pernah diumumkan, hanya beberapa saat setelah salat wajib selesai akan ada panggilan untuk melakukan salat jenazah. Kendati ini sunat, namun sebaiknya dan sepatutnya kita mengikuti salat jenazah ini. Insya Allah, kita akan terbiasa, langsung berdiri seusai salat fardhu berjamaah, karena akan ada salat jenazah. Tausiyah yang disampaikan ketua kloter ketika itu, bahwa sangat dianjurkan untuk mengikuti salat jenazah, karena pahalanya sebesar Jabal Uhud! Jadi ada baiknya bagi yang mungkin lupa tata cara salat jenazah, diperdalam lagi agar di sana nanti lebih mantap.

Hajar Aswad

Hajar Aswad diyakini sebagai batu yang berasal dari Surga dan pertama kali diletakkan oleh nabi Ibrahim ketika beliau mendirikan Kakbah. Mencium Hajar Aswad adalah impian
semua orang. Namun, kalau tidak yakin dan berketetapan hati, ada rasa takut, tahan diri dulu untuk mencoba mencium Hajar Aswad. Mendekati Hajar Aswad saja, memerlukan perjuangan karena sangat penuh sehingga kalau kita takut atau ragu-ragu akan berbahaya. Namun dari pengalaman jamaah yang pernah menciumnya, selalu ada jalan dan kemudahan yang tak terduga bagi yang sungguh-sungguh, tulus dan ikhlas bermohon kepada Allah untuk dapat mencium Hajar Aswad.

Hijir Ismail

Hijir Ismail adalah bagian bangunan dari Kakbah yang terletak antara Rukun Yamani dan Rukun Iraqi yang ditandai dengan tembok berbentuk setengah lingkaran.

Ibadah yang dapat dilaksanakan di dalam Hijir ismail ialah melakukan salat sunat berdoa dan zikir. Salat sunat di hijir Ismail tidak ada kaitannya dengan Tawaf. Keutamaan salat di Hijir Ismail itu sama dengan salat di dalam Kakbah. Karena keistimewaannya, tempat ini selalu penuh. (amzar)

Selengkapnya..

Tips Haji 4

Beregu atau Individu,
Perbanyaklah Sabar!


SEJAK awal-awal jamaah haji sudah dianjurkan membentuk regu dan rombongan. Satu regu terdiri atas 11 jamaah (dengan seorang Ketua Regu atau Karu) dan setiap empat regu membentuk satu rombongan. Jadi, satu rombongan jumlahnya 45 orang, plus Ketua Rombongan (Karom). Gabungan sejumlah rombongan inilah yang membentuk satu kelompok terbang (kloter).

Pembentukan regu, rombongan dan kloter ini penting untuk lebih memudahkan koordinasi, terutama kelak saat di tanah suci. Kendati begitu, tetap saja kemandirian lebih diutamakan dan kemampuan untuk melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji secara mandiri, terasa sekali manfaatnya dalam menunjang kekhusyukan beribadah di sana.


Umumnya, Karu, Karom dan Ketua Kloter dipilih mereka-mereka yang dianggap mampu mengoordinir, menjadi pemimpin, serta pembimbing bagi jamaah lainnya. Jamaah pun harus kompak mendukung karu, karom dan kloternya, sehingga kerja sama lebih dapat terlaksana.

Ini akan terasa saat pertama-tama tiba di tanah suci, Makkah atau Madinah. Maklum, kita sudah berbaur dengan jutaan jamaah dari seluruh dunia, di negeri yang mungkin ini kali pertama kita jejaki. Kerja sama Karu, Karom dan Ka Kloter dengan para jamaah sangat membantu semuanya bisa lancar. Juga saat melaksanakan angkaian ibadah, tawaf, sai, wukuf, melontar jumrah, semua memerlukan kerja sama yang padu antar-jamaah.

Namun, tidak pula berarti jamaah bersandar sepenuhnya kepada ketiganya. Adakalanya, dalam kebersamaan yang tetap dijaga, kemampuan individu secara mandiri tetap selalu dituntut. Sebab, di luar hal-hal yang memerlukan koordinasi dengan karu, karom dan kloter, lebih banyak sebenarnya pelaksanaan ibadah yang menuntut kemandirian jamaah.

Keseharian, menjelang puncak pelaksanaan haji, jamaah akan banyak bergerak sendiri-sendiri, atau setidaknya dalam kelompok yang lebih kecil. Ini akan terlihat setelah dua atau tiga hari adaptasi di sana. Awalnya, memang semua rangkaian kita lakukan bersama-sama, sambil mengenal medan. Setelah itu, satu persatu jamaah akan dengan lancar pulang-pergi ke tempat ibadah di sana. Kecuali jamaah wanita, memang dianjurkan senantiasa tidak sendirian dalam bepergian selama di tanah suci.

Jamaah juga mestinya paham, para Karu dan Karom sebenarnya juga sama dengan kita, sama-sama menunaikan ibadah haji, namun dengan tugas tambahan, mengetuai beberapa jamaah lainnya. Jadi, jangan tambah beban mereka dengan hal-hal yang tidak sepatutnya. Misalnya, saat harus ada pengumpulan iuran misalnya, atau harus berkumpul untuk berangkat ke suatu tempat, jamaah mestinya membantu agar segalanya lancar. Jangan malah minta dilayani seakan mereka itu petugas khusus. Mereka sama dengan kita, sama-sama jamaah!

Perbanyak Sabar

Kesabaran memang sangat diuji dalam melaksanakan ibadah haji. karenanya, kerap dalam tausiyah bahkan disebutkan tidak hanya sekali, tapi tiga kali, sabar, sabar dan sabar!

Saat dari tanah air hal itu sudah terasa. Jadwal keberangkatan yang molor. Setibanya di sana, harus melewati rangkaian pemeriksaan dokumen yang sangat lama, belum lagi mencari di mana bagasi kita, antrian naik kendaraan dan sebagainya. Semua menuntut kesabaran, karena yang dilayani bukan kita saja, tapi jutaan orang dari seluruh dunia!

Belum lagi saat menjalankan rangkaian ibadah, tetap dituntut kesabaran dan pengendalian emosi. Saat tawaf dan ketika sai, di mana kita berada di tengah pusaran pergerakan ratusan ribu umat manusia, tentu akan banyak muncul hal-hal yang kurang berkenan. Maklumi saja dan cepat ingatkan diri, bahwa kita sedang beribadah. Bahkan dalam memilih tempat untuk salat pun, akan terasa bahwa semuanya memerlukan perjuangan.

Untuk mendapatkan tempat di dalam masjid saat salat subuh berjamaah, misalnya. Kita harus berada di sana dua jam menjelang waktunya masuk. Itu pun, mendekati puncak musim haji, sudah sangat sulit mencri tempat di dalam. Kalau pun dapat, akan ada saja jamaah negara lain yang biasanya gigih mencari tempat. Dapat untuk meletakkan kaki saja, mereka akan mengisinya. Bahu dilangkahi, ditekan, kepala diusap oleh mereka yang lewat, itu akan menjadi rutinitas yang kelak akan terbiasa dialami. Tapi yakinlah, sesempit apa pun, ketika salat berjamaah ditunaikan, semua jamaah mendapat tempat yang cukup, bahkan kita merasa selesa sampai tahyat akhir! Sungguh, ini akan anda alami kelak!

Kesabaran juga dituntut saat akan berangkat Wukuf. Karena dalam waktu bersamaan, semua moda angkutan bergerak ke lokasi yang sama. Luar biasa ruwetnya sekiranya jamaah tidak disiplin. Patuhilah arahan karu, karom, ketua kloter dan Ketua Maktab. Mereka lebih tahu situasi. Boleh jadi kita akan sangat lama menunggu sampai bus berada di depan pemondokan. Itu sudah sangat biasa.

Hal yang sama juga saat akan meninggalkan Arafah, menuju Muzdalifah. Kesabaran dan disiplin amat dituntut agar proses pengangkutan jamaah berjalan lancar, sampai kemudian setelah lewat tengah malam jamaah diangkut ke Mina. Kita kembali akan berada di barisan antrian yang sangat panjang dan lama.

Di Mina pun tingkat kesabaran serta disiplin lebih dituntut. Karena kita akan melontar jumrah, salah satu momen di musim haji yang dianggap paling rawan menimbulkan kegaduhan, serta sarat dengan resiko yang fatal. Ingat tragedi Terowongan Mina beberapa tahun silam yang menimbulkan banyak korban jiwa? Makanya, untuk pelontaran Jumrah ini sekarang diatur betul waktunya, selain tempat untuk melontar pun sekarang sudah dibuat sedemikian rupa sehingga jamaah lebih leluasa melakukannya. Juga terowongannya sudah dibikin dua arah.

Kendati sudah dibikin bertingkat dan tempatnya luas, tetap saja kita harus mematuhi jadwal pelontaran yang diatur langsung oleh Muasasah dan pengelola Maktab. Biasanya di tenda Muasasah, ada layar monitor besar yang menyiarkan secara langsung situasi saat itu di Jamarat, bagaimana padatnya jamaah melontar Jumrah. Ada waktu tertentu kepadatan berkurang, semua terpantau jelas di monitor.

Jangan ambil resiko melontar jumrah di luar waktu yang ditentukan. Berbahaya! Di sini, kebersamaan punya peran berarti, jangan mementingkan individu. Kita akan bersama-sama bergerak per rombongan dalam satu kloter. Bersama-sama pergi ke Jamarat, sama-sama pula kembali ke tenda. Jarak jamarat ke tenda jamaah Indonesia rata-rata lima kilometer.(amzar)

Selengkapnya..

Tips Haji 3


Kenali Lokasi, Lebih Banyak Jalan Kaki

SELAMA berada di tanah suci, terutama di Makkah dan Madinah, jamaah akan lebih banyak beraktifitas di luar, akan selalu bergerak dengan mobilitas tinggi, dari subuh sampai tengah malam. Lebih banyak dengan berjalan kaki.

Jadi, ya harus siap dengan fisik yang selalu fit. Selain itu, tak kalah pentingnya adalah cepat beradaptasi dengan keadaan sekitaran, cepat mengenal lokasi. Ini akan menggampangkan jamaah untuk bergerak lebih leluasa, terutama untuk aktifitas yang lebih praktis dan efektif bila dilakukan sendiri-sendiri, tidak berkelompok.


Di Makkah, misalnya. Jamaah Indonesia, termasuk dari Riau sudah mengetahui daerah-daerah yang menjadi lokasi pemondokan selama di sana. Untuk jamaah haji dari Riau, antara lain akan menempati pemondokan di kawasan Syieb Amir, Jarwal, Haffair, Aziziyah, Bakhutmah, Misfalah, Jiyad Masafi, Jiyad Sud, Jumaizah, Jiyad Birbarillah, Syamiah dan sebagainya.

Umumnya lokasi-lokasi tersebut tidak terlalu jauh dari Masjidil Haram. Mungkin yang lumayan jaraknya adalah di Aziziyah, lebih dari 1,5 km atau paling jauh dua kilometer lah. Bahkan untuk menuju Masjidil Haram, jamaah harus melewati terowongan Dahmasyah. Rata-rata memang, jalan di sana datar dan rata. Pas bertemu bukit, dibikin terowongan. Sehingga jarang ditemui jalan raya yang menanjak tajam berliku ke ketinggian bukit.

Toh, kalau memang belum hafal di awal-awal, tersedia angkutan bagi jamaah yang pemondokannya jauh. Kalau pun tersesat misalnya, jangan panik, karena posko petugas Indonesia juga banyak, untuk meminta bantuan.

Pengalaman tahun lalu, tidak begitu banyak jamaah yang tersesat, tak ingat jalan mana untuk pulang ke pemondokan. Disarankan kepada jamaah untuk mengenali betul ciri-ciri lokasi yang dilewati. Sebab, lazimnya jamaah keluar pemondokan saat hari masih terang dan pulangnya sudah malam. Kalau tidak kenal ciri lokasi, bisa saja kerepotan untuk sampai ke pemondokan sendiri.

Penulis sendiri, saat berhaji tahun lalu, alhamdulillah mendapatkan lokasi pemondokan di kawasan Syieb Amir, tepatnya di Al Jenadria Hotel di distrik As-Sulaymaniyah. Kalau dihitung-hitung, jaraknya sekitar 900 meter dari Masjidil Haram. Tahun ini pun, lokasi ini masih sebagai kawasan pemondokan sebagian jamaah dari Riau. Jaraknya akan terasa sangat dekat karena saat akan berangkat ke Masjidil Haram, kita akan menelusuri jalan yang menurun, melintasi bawah jalan layang, lalu masuk ke kawasan pasar, melintasi Masjid Kucing, belok kiri lalu jalan sekitar 300 meter melintasi Pasar Seng, sudah sampai di Masjidil Haram, persis berhadapan dengan pintu Bab As-salam. Atau bisa juga melewati jalan satu lagi, melintasi masjid Jin belok kiri, sudah terlihat menara Masjidil Haram.

Begitu juga dari kawasan pemondokan lainnya, seperti Jarwal, Haffair, Misfalah, dan Bakhutmah. Mungkin hanya satu-dua hari saja kita perlu ada yang membimbing, sampai kemudian dengan mempelajari sungguh-sungguh, akan menjadi terbiasa ditelusuri. Apalagi, umumnya, dalam waktu kapan pun kita bepergian, selalu akan berpapasan dengan jamaah lainnya yang saban waktu berangkat ke Masjidil Haram, tak pernah sepi, apalagi di musim haji.

Hanya saja, seperti banyak tausiyah yang kita dengar sebelum-sebelumnya, di sana memang kita tidak perlu berbusung dada. O, gampang itu, mudah itu, ah tak akan sesat lah! Percayalah, kalau masih dibawa juga perilaku seperti itu, bisa jadi kesulitan memang akan kita jumpai. Ya, tetaplah dalam keadaan tawaduk, sabar, rendah hati dan ikhlas, insya Allah, semua akan terjalankan dengan aman, nyaman, dan malah mengasyikkan, serta nikmat. Jangan pula abaikan perilaku saling tolong-menolong, dan selalu berdoa sepenuh keyakinan, keimanan dan taqwa.

Bagi yang lokasi pemondokannya mungkin agak jauh, memang mestinya diatur penggunaan waktu. Kalau memang tidak perlu betul, tak usahlah sering-sering bolak-balik ke pemondokan. Misalnya zuhur ke Masjidil Haram, ya pukul sepuluh mestinya sudah berada di sana. Banyak jamaah yang baru pulang ke pemondokannya lagi setelah salat Isya. Atau paling tidak pulang setelah Asar, lalu ke Masjid lagi menjelang Magrib sampai isya.

Kendati tidak pulang seharian ke pemondokan, toh banyak fasilitas yang tersedia di sekitaran Masjidil Haram. Toilet misalnya, tersedia ribuan jumlahnya. Paling luas lokasinya dekat Pasar Seng, dua tingkat ke bawah tanah. Selain untuk bersuci, juga tersedia kran untuk mandi sepuasnya. Jadi kalau misalnya mau mandi pun, jamaah tinggal bawa handuk. Untuk berwuduk, juga disediakan khusus. Kendati sudah sangat banyak, toh jika memaanfaatkannya di saat jam sibuk, terutama mendekati waktu salat fardu, harus bersabar antre. Dan anda akan terbiasa mendengar pintu kamar mandi digedor-gedor dari luar oleh jamaah negara lain, yang lazimnya tak sabaran menunggu antrean.

Juga untuk urusan makan, tak perlu susah-susah. Jangan pula ditahan-tahan selera tu. Sebab, kondisi fisik yang bugar senantiasa diperlukan agar ibadah kita juga bisa berjalan lancar. Jamaah dapat mengatur waktu untuk mengisi perut di antara waktu-waktu salat. Aneka masakan tersedia baik di restoran maupun kedai-kedai makan. Tak perlu heran jika di merata tempat Anda akan disapa dalam bahasa Indonesia, untuk singgah di warung-warung yang menyediakan menu khas Indonesia.

Di Pasar Seng, ada warung bakso Si Doel, sup ayam, nasi soto, bakwan, tempe goreng dan jajanan tradisional lainnya, tinggal pilih. Rata-rata tarifnya antara lima sampai limabelas riyal, sudah komplit dan kenyang. Kalau rajin mencari, kita tidak akan kesulitan soal makanan, karena sudah banyak orang Indonesia menggelar warung di sana. Di lantai dasar Sofitel misalnya, tak jauh dari pintu Marwa, ada warung soto Mang Oedin yang selalu ramai dengan aneka pilihan makanan khas Indonesia dengan sistem swalayan.

Intinya, Anda tak perlu lah repot-repot memikirkan makanan di sana sampai harus membawa-bawa menu khusus dari tanah air segala. Yang terbiasa dengan makanan siap saji juga tersedia banyak di sana. Contohnya di kawasan plaza persis di depan gerbang utama King Abdul Aziz Gate atau gerbang nomor 1. Ada KFC, ada teh tarik plus donat, ada pizza dan sebut saja apa makanan-minuman siap saji favorit anda, semua ada. Makanan khas dari Asia Selatan juga gampang ditemukan penjualnya, di sekeliling Masjidil Haram. Ada Martabak, daging cincang, kare, dan sebagainya

Yang paling banyak dan gratis, sudah pasti adalah air zam-zam. Lokasinya tersebar di merata tempat, sejak dari semua sudut di luaran kompleks Masjidil Haram, sampai di banyak tempat di dalam Masjidil Haram, dari basement sampai di lantai puncak, ada yang dingin, ada yang segar. Cangkir kertas memang tersedia dalam jumlah yang sangat cukup, namun sebaiknya anda membawa botol khusus bekas tempat air mineral dengan kantong khusus. Membawanya gampang disampirkan seperti tas, Anda juga tidak perlu bolak-balik ke lokasi zam-zam. Ini penting, sebab, di dalam Masjidil Haram, tempat selalu diperebutkan, sehingga jika Anda tinggalkan sebentar saja untuk mengambil air zam-zam, tempat akan diisi orang lain.

Jadi begitulah, jika memang ingin seharian di Masjidil Haram pun, tak masalah karena semua seakan serba gampang, serba tersedia. Tak ingin ke luar masjid pun, nyaman beriktikaf di dalam dengan serangkaian ibadahnya. Ingin mengaji, kitab Quran tersedia dalam jumlah yang cukup di seantero masjid. Banyak jamaah yang mengkhatamkan Quran selama berada di Makkah!(amzar)

Jarak Antar Kota dalam Perjalanan
Ibadah Haji di Arab Saudi

No Dari Tujuan Jarak

1. Jeddah ------> Makkah 107 km
2. Jeddah ........ Madinah 425 km
3. Madinah ....... Bir Ali 12 km
4. Bir Ali ........ Makkah 486 km
5. Makkah ........ Arafah 25 km
6. Muzdalifah ..... Mina 5 km
7. Mina ........... Makkah 7 km
8. Makkah ......... Madinah 500 km
9. Madinah ........ Madinatul Hujjaj 460 km
10. Makkah ......... Tan'im 6 km
11. Makkah ......... Ji'ronah 15 km
12. Makkah ......... Jabal Tsur 6 km
13. Makkah ......... Taif 120 km
14. Makkah ......... Madinatul Hujjaj 75 km
15. Madinah ........ Badar 138 km
16. Madinah ........ Jabal Uhud 5 km
17. Madinah ........ Masjid Quba 5 km

Selengkapnya..

Rabu, 28 Mei 2008

Tips Haji 2

Tips Bugar Jamaah Calon Haji

Oleh Amzar

• Selagi masih di tanah air, sempatkan berjalan kaki sedikitnya 15 menit setiap pagi, misalnya usai melaksanakan salat subuh, dengan kecepatan dua kali berjalan biasa.

• Kalau bisa, sertakan olahraga ringan atau bersepeda, itu akan lebih baik.

• Membiasakan berjalan kaki akan terasa manfaatnya saat berada di tanah suci nanti, karena keseharian di sana akan lebih banyak ditempuh dengan berjalan kaki, mulai dari berangkat pulang-pergi ke Masjidil Haram atau Nabawi (terutama yang pemondokannya tidak terlalu jauh), bahkan aktifitas ibadahnya sendiri, seperti tawaf dan sa’i. Ditambah lagi dorongan kuat untuk menelusuri kawasan sekitar Masjidil Haram jika ada waktu luang, sangat terbantu jika kebugaran fisik mendukung.


• Yang menderita sakit maag, jangan mengonsumsi yang asam-asam atau cabe. Untuk mengonsumsi obat-obatan guna menurunkan gejala sakit maag, mintalah petunjuk dokter untuk mendapatkan tindakan yang benar.

• Konsumsilah secara teratur multivitamin, setidaknya sejak dua pekan sebelum berangkat, setiap hari, sampai dengan kepulangan ke tanah air. Penulis menerapkan hal ini, mengonsumsi multivitamin yang selama ini familiar dan cocok dikonsumsi, ditambah multivitamin lain yang disarankan seorang teman yang biasa menjualnya melalui jalur ala MLM. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah karena sejak berangkat sampai kembali lagi ke rumah, 40 hari penuh aktifitas fisik tersebut, tidak ada gangguan kesehatan yang berarti. Kalau batuk atau pilek, itu sangat wajar. Sebab anekdot yang lazim dilontarkan setiap jamaah haji adalah, hanya unta saja yang tidak mengalami batuk dan pilek di tanah suci selama musim haji! Anda kelak akan terbiasa mendengar ‘’konser’’ batuk saat mengikuti salat berjamaah di Masjidil Haram nanti!

• Siapkan juga obat-obatan luar yang dapat mengurangi rasa pegal dan pelemas otot. Tentu, sekali lagi, yang sudah biasa dipakai dan familiar dengan kita. Biasanya, dua-tiga hari pertama aktifitas pulang-pergi dan beribadah di Masjidil Haram, otot-otot terutama di sekitar paha dan betis akan bereaksi dan memerlukan pelemasan. Mungkin ‘’kaget’’ saja. Setelah itu, rasa pegal dan penat-penat itu akan hilang dengan sendirinya. Kita akan kaget sendiri dengan kemampuan fisik yang kalau dalam aktifitas keseharian di tanah air, mungkin tak sanggup dijalani. Namun di sana, akan dijalani dengan nikmat. Percayalah. Itulah nikmatnya beribadah di Tanah Suci.

• Untuk kenyamanan, sebaiknya apapun obat-obatan yang dibawa, diingat dan ditunjukkan sewaktu ada pemeriksaan kesehatan dan pencatatan oleh petugas di embarkasi Batam. Ini dimaksud agar dalam perjalanan berikutnya, terutama di Arab Saudi, kita bisa terhindar dari kemungkinan ada masalah sewaktu dilakukan pengecekan barang bawaan, termasuk obat-obatan.

•Selain kesiapan fisik dan obat-obatan dari tanah air, efisiensi kegiatan fisik selama di tanah suci juga perlu dijaga ritmenya. Kalau memang anda termasuk yang diberangkatkan pada gelombang pertama, tentu terlebih dahulu akan ke Madinah. Nah, disarankan agar jaga betul kondisi fisik. Memang cuaca dikabarkan dingin saat musim haji nanti, sama seperti tahun lalu. Namun, bukan berarti tidak ada panasnya. Kalau siang hari, cahaya matahari tetap menyengat. Makanya, kalau memang tidak perlu, ngapain keluyuran, apalagi diperturutkan pula keinginan bersafari dari mal ke mal yang memang amat mengundang karena amat banyaknya di sekitar Masjid Nabawi. Ingat, tujuan utama adalah beribadah haji dan keberadaan di Madinah baru masuk dalam hitungan ziarah, sementara ibadah puncaknya nanti setelah di Makkah, Arafah dan Mina. Jangan sampai tenaga dan stamina habis sebelum waktunya!

• Begitu pula jamaah haji gelombang kedua, yang akan langsung ke Makkah melalui Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Kondisi fisik juga harus dipertimbangkan. Memang akan ada penjadwalan ziarah ke tempat-tempat bersejarah seperti Jabal Nur dengan Gua Hira’-nya, Jabal Rahmah di Arafah, dan sebagainya, serta banyak tempat menarik lainnya di sekitar Makkah, seperti Pekuburan Ma’ala. Bahkan yang sangat kencang godaannya adalah bertaburannya pusat belanja dan jajanan di seputaran Masjidil Haram, mulai dari kelas super VVIP, sampai kaki lima, semua serba ada, serba menggoda. Kembali kita harus ingat niat utama ke sana untuk ibadah haji. Pertimbangkan betul, misalnya kalau tidak perlu betul jangan memaksakan diri mendaki ke Jabal Rahmah atau Gua Hira. Karena lazimnya jadwal ziarah ke sana sebelum memasuki di antara puncak ritual haji di Arafah dan Mina. Artinya, sedapat-dapatnya kita mengurangi resiko yang mungkin timbul sehingga ibadah yang utama dapat kita laksanakan dalam kondisi fisik yang masih prima. Masih tersedia cukup waktu setelah rangkaian ibadah utama dilalui, jika memang masih ingin berziarah, atau memuaskan rasa ingin tahu terhadap objek-objek bersejarah di sana.

Trik Memakai Ihram

Jangan sepelekan masalah ini. Tidak susah-susah amat, memang. Namun jika tidak diperhatikan secara benar bagaimana cara mengenakan kain ihram, tentu akan merepotkan dan mengganggu kekhusyukan pelaksanaan ibadah nantinya. Kain ihram biasanya mulai dipakai ketika akan memasuki Makkah untuk melaksanakan umrah, sejak dari bandara King Abdul Aziz Jeddah, atau tempat lain yang ditentukan sebagai miqat bagi yang lebih dulu ke Madinah, sampai nanti melaksanakan tawaf dan sa’i. Juga nanti mulai saat akan berangkat wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dab bermalam di Mina, kita akan mengenakan ihram.

Ada banyak petunjuk tentang ini, termasuk juga di buku saku yang diberikan Departemen Agama. Terserah mana yang menurut Anda paling gampang, paling aman dan nyaman, dan praktis. Atau trik seperti berikut mungkin juga bisa membantu:

• Untuk kain ihram bagian bawah. Pertemukan kedua ujung kain ihram di tangan kanan, yang diposisikan seperti kita memakai kain sarung. Lantas salah satu ujungnya tadi dikepit. Sisanya direntang dengan ujung yang tengah, lantas dilipat seperti memakai sarung. Biasanya untuk lebih menguatkan, dibantu lagi dengan ikat pinggang khusus.

• Untuk kain ihram bagian atas, dilipat sedikit, lalu dibentangkan seperti kita biasa menyampirkan handuk dari arah punggung-pundak, agak lebihkan yang sebelah kanan, agar nanti dapat disampirkan di pundak dengan nyaman.

Selengkapnya..

Tips Haji 1

Tips penting untuk Jamaah Calon Haji
Perlengkapan Oke, Ibadah pun Khusyuk

Oleh Amzar

Perjalanan Haji adalah ibadah khusus yang tidak semua orang berkesempatan menunaikannya, kendati tiap muslim amat mendambakannya. Karenanya, Anda yang tahun ini berkesempatan menunaikan ibadah haji, adalah yang beruntung. Sungguh-sungguhlah menyiapkan segala sesuatunya agar semua aktifitas perjalanan ibadah ini berjalan lancar.

Mumpung masih cukup waktu, perbanyaklah bekal pengetahuan, mulai dari ilmu manasik agar dapat secara mandiri melaksanakan semua rangkaian ibadah, teori dan praktik. Banyak bahan-bahan tertulis yang diberikan pihak Departemen Agama, atau kelompok-kelompok bimbingan haji dan lembaga lain yang bergerak khusus di bidang ini. Ikutilah dengan serius karena semua bekal dan pengetahuan tersebut akan sangat berguna saat di tanah suci nanti.


Barangkali kalau untuk rangkaian pelaksanaan ibadah, cukup banyak bekal dalam bentuk teori dan praktek yang diberikan di banyak kesempatan. Namun ada bagian lain yang tak kalah pentingnya diketahui dan diindahkan, yakni kesiapan perlengkapan yang akan dibawa. Selain akan menghindarkan jamaah dari kemungkinan membawa bekal yang justru memberatkan, yang lebih penting, kemungkinan terganggunya kekhusyukan beribadah akan berkurang karena sejumlah pemicunya akan diminimalisir melalui tips-tips yang coba diuraikan nanti.

Penulis sangat terbantu ketika tahun lalu sempat mengoleksi buku : "Resep Khusyuk dalam Ibadah Haji" yang ditulis Slamet Ristanto dan Lestariningsih. Apa yang disarankannya patut diapresiasi dan memang sangat membantu, sehingga sebagian di antaranya penulis kutip dari buku itu dan didedahkan kembali di sini, ditambah pengalaman langsung penulis. Tentu dengan tidak bermaksud menggurui, barangkali ada di antaranya yang bisa diambil sebagai pedoman. Jika pun Anda sudah tahu tentang itu semua, anggap tulisan ini sebagai upaya menyegarkan kembali ingatan.

Prinsip perlengkapan ibadah haji, dirumuskannya menurut nama depan penulis buku itu sendiri: Slamet: Sedikit, Lengkap, Aman, Manfaat, Ekonomis, Teliti.

SEDIKIT
Usahakan barang yang dibawa tidak terlalu banyak, terutama barang yang tidak habis pakai dan akan dibawa lagi ke tanah air. Tas koper resmi yang diberikan khusus oleh pihak penerbangan sebaiknya diisi seadanya. Apalagi pakaian, jangan dijejal banyak-banyak. Toh, di sana amat gampang membelinya, dan harganya tidak terlalu mahal kok. Ini akan membantu sekiranya nanti ingin membeli sekadar buah tangan, dapat dimasukkan ke koper. Karena pihak penerbangan tidak mengizinkan tambahan bagasi selain yang mereka berikan, koper besar, tas kecil dan tas dokumen. Entah kalau memang ingin ngeborong, kirim pakai kargo juga bisa. Yang pasti, untuk kenyamanan, jangan melebihkan bagasi dari yang sudah ditentukan. Sadari betul kita ke sana semata untuk beribadah.

LENGKAP
Sedikit dalam kuantitas, tapi jangan pula mengabaikan yang satu ini: lengkap. Jangan nanti di sana direpotkan untuk mencari hal-hal yang sebenarnya sepele tapi penting. Di sini listing diperlukan, untuk menginventarisir apa saja yang harus dibawa, sesuai keperluan, jangan berlebihan.

AMAN
Jangan diremehkan yang satu ini, agar kita tidak mengalami kesulitan yang tak perlu. Mana yang perlu dibungkus, dilapisi, atau dikemas secara rapi, ya perlakukan dengan serius. Yang berminat bawa rendang misalnya, pastikan kemasannya aman, dibungkus dan dibalut sebab jika terkena pakaian, tentu repot dibuatnya. Jangan sertakan barang berharga dan uang di dalam koper! Saran Slamet di bukunya, agar koper aman dari pemeriksaan, untuk jamaah pria, barang-barang di dalamnya dilapisi/ditutupi pakaian ihram. Untuk jamaah wanita, barang-barang di dalamnya dilapisi/ditutupi pakaian dalam. Biasanya, petugas enggan membongkarnya.

MANFAAT
Ini yang juga menjadi pertimbangan, pastikan betul yang dibawa itu betul-betul bermanfaat di tanah suci. Di sini prinsip untuk beribadah benar-benar dicamkan, bukan untuk pamer layaknya ke pesta. Kalau benar diperlukan, tak mengapa dibawa agak banyak, terutama yang habis dipakai.

EKONOMIS
Karena barang yang dibawa terbatas mengingat ketatnya aturan, prinsip ekonomis patut dipertimbangkan. Patut diketahui barang-barang apa saja yang justru di tanah suci lebih gampang didapatkan, murah lagi.

TELITI
Seksama betul mencermati apa yang akan dibawa, kuantitas, juga kualitasnya. Umumnya busana serba putih yang dibawa, perhatikan benar mutunya. Sebab, kegiatan, mobilitas dan pergerakan kita di sana sangat aktif, sehingga sebaiknya pakaian yang dibawa diyakini betul kualitasnya, bukan hanya melihat harganya. Repot kan kalau celana atau baju yang dipakai gampang robek.

Slamet menjelaskan, barang keperluan haji pada intinya terbagi dua, untuk keperluan pribadi dan keperluan kolektif. Setiap jamaah secara pribadi sebenarnya dapat menyiapkan sendiri barang-barang yang termasuk keperluan kolektif. Namun itu repot dan tidak efisien.

Keperluan Pribadi PRIA

• Pakaian Ihram, terdiri dari dua lembar kain putih seperti handuk besar, hanya dipakai saat menjalankan ritual haji dan umrah. Di luar itu, bebas memakai pakaian biasa/muslim. Kalau tidak ada hal yang luar biasa, sebenarnya satu stel kain ihram sudah cukup. Namun kita perlu jaga-jaga agar kekusyukan ibadah tidak terganggu. Karenanya lazim jamaah membawa 1,5 atau paling banyak dua stel saja kain ihram ini.

• Kain sarung, untuk salat, cukup satu saja. Umumnya untuk ke Masjidil Haram, jamaah mengenakan celana panjang yang lebih luwes, apalagi rata-rata jarak penginapan ke masjid relatif jauh.

• Kemeja Koko/muslim. Kesantunan berpakaian di tanah suci harus terjaga, baik saat salat maupun bepergian di tempat umum. Umumnya jamaah asal Indonesia menjaga hal ini. Namun tidak harus bawa stok banyak-banyak. Tiga stel saja cukup, bisa salinan sekiranya yang kotor dicuci. Pun, di sana gampang mendapatkan baju gamis.

• Kaos Panjang dan/atau switer. Udara sejuk saat malam atau subuh, memerlukan penutup tubuh yang satu ini. Bisa untuk pelapis kemeja saat pergi salat subuh. Dua saja cukup, satunya untuk dipakai tidur.

• Celana Panjang, cukup tiga saja, termasuk yang dipakai dalam perjalanan. Ada yang praktis membawa celana panjang putih berkolor. Tampak bersih dan praktis saat buang air kecil di toilet masjid yang kendati disediakan dalam jumlah yang sangat banyak, umumnya pengguna tetap saja harus antre.

• Pakaian dalam, termasuk celana pendek. Lazimnya berwarna putih, karena luarannya juga umumnya putih. Dua saja cukup. Juga singlet, cukup dua saja. Celana dalam, secukupnya saja, dan akan terasa keperluannya saat di Mina selama 3-4 hari, sementara kesempatan mencuci dan tempat menjemur relatif terbatas. Celdal praktis sekali pakai boleh juga jadi alternatif pilihan.

• Sajadah dan Peci. Boleh dibawa satu saja. Malah di tanah suci keduanya amat banyak dijual dan murah sekali. Tinggal anda pilih yang mana.

KHUSUS WANITA

• Pakaian Ihram, juga hanya dipakai saat ritual haji dan umrah. Namun boleh dikatakan pakaian inilah yang paling penting dan utama selama di tanah suci. Harus dipelihara kebersihannya. Ihram untuk wanita sama seperti pakaian salat biasa. Dua stel sudah cukup, bisa gantian saat yang satu dicuci.

• Sarung, cukup satu, karena untuk cadangan bawahan saat salat.

• Kerudung. Dipakai selalu dalam keseharian, di manapun. Bawa empat buah, 2 pendek, dua lagi agak panjang.

• Mukena sebagai perangkat alat salat plus sajadah, cukup satu saja, untuk berjaga-jaga sekiranya baju ihram kotor. Lazim terlihat jamaah wanita salat dengan pakaian biasa, sepanjang bersih dan menutup aurat. Tapi kalau dari Indonesia banyak yang memakai mukena.

• Daster Panjang, praktis. Ya untuk baju tidur, atau untuk ke luar cari makan di dekat-dekat penginapan. Dua saja cukup
.
• Kaos kaki. Biasanya ini paling boros, karena kemana-mana sering dipakai. Bawalah sedikitnya enam pasang. Juga gampang dibeli di sana.

• Busana Muslimah. Dua cukup. Berguna ketika melakukan aktifitas ziarah atau kegiatan lain di luar ibadah. Tetaplah yang sopan, tidak ketat dan tidak mengganggu aktifitas kita.

• Pembalut Wanita. Bawa yang ukuran besar untuk berjaga-jaga sekiranya terjadi menstruasi. Bawa juga yang kecil agak 3 bungkus, karena di sana untuk ukuran kecil sulit mendapatkannya.

• Pakaian dalam, disarankan membawa 3 buah BH dan enam celana dalam, atau sesuai keperluan anda.

PERLENGKAPAN MANDI

Ini perlu dipersiapkan karena jamaah yang mendarat di bandara embarkasi King Abdul Aziz, Jeddah akan mandi di sana untuk mengambil miqat. Kelaziman kita memakai sabun, sampo, sikat gigi dan pasta gigi, sebaiknya disiapkan sejak dari tanah air, karena kendati ada di sana belum tentu cocok bagi kita. Bawa secukupnya dengan perhitungan itu masih tersedia untuk masa sekitar 40 hari. Apalagi sekarang juga tersedia dalam kemasan sachet yang praktis. Parfum pun, yang botol kecil saja. Toh, di sana amat banyak parfum pilihan, berkelas dan murah.

Sisir cukup dibawa satu saja, yang kecil. Di sana pun tidak sulit mendapatkannya. Sedangkan handuk besar, cukup satu saja. Namun jangan dibawa kebiasaan di sini, mengenakan handuk ke luar kamar mandi. Usahakan ke luar kamar mandi dalam keadaan tertutup aurat.

PERLENGKAPAN JEMUR

Sekilas sepele memang, tetapi menjadi penting di sana. Mana tahan bila semua dicuci ke laundry. Kita bisa cari tempat untuk buat jemuran sendiri, karena tiap jamaah memerlukannya, risih kalau numpang terus. Apalagi jenis dan bentuk pakaian hampir mirip.

Di antara perlengkapan jemuran antaranya tali nilon satu gulung kecil, jepitan atau lebih praktis peniti besar cukup satu lusin. Angin di sana kencang-kencang lho, dengan peniti jemuran lebih aman.

Gantungan baju atau hanger, sebenarnya tidak perlu dibawa dari tanah air. Di sana buanyyak, bahkan berserakan kalau mau mengemasinya. Rata-rata penjual pakaian di sana membuang hanger ketika busana diserahkan kepada pembeli. Mau beli pun tak sulit mencarinya.

PERLENGKAPAN TIDUR

Jangan diabaikan, karena aktifitas tidur perlu dijaga agar tidak mengusik vitalitas fisik dan psikis dalam pelaksanaan rangkaian ibadah. Baju tidur, cukup dengan kaos panjang, plus training berbahan kaos lembut. Satu saja cukup. Selimut pun, sebenarnya tidak terlalu dipakai di sana, karena tidur di penginapan suhunya tidak terlalu ekstrim. Sarung bantal, kalau memang ingin lebih nyaman, silakan dibawa. Kaos kaki juga perlu dibawa, kadang membantu untuk mengusir rasa dingin, juga mencegah agar tidak masuk angin.

PERLENGKAPAN MAKAN
Ini pun tidak mutlak-mutlak amat dibawa dari tanah air. Kalau pun dibawa, yang dari plastik atau melamin saja.

MAKANAN dan MINUMAN

Kecuali di Arafah dan Mina serta Madinah yang disediakan, jamaah mengurus makannya sendiri selama di Makkah. Sebenarnya dengan living cost yang diterima, sudah cukup untuk konsumsi. Apalagi banyak warung makan Indonesia di seantero Makkah, sampai yang menjajakannya di kaki lima, terutama saat di Madinah, usai salat subuh. Hanya mungkin selera tidak cepat menyesuaikan. Namun semestinya soal konsumsi jangan kelewat memilih, karena bagaimana pun kondisi fisik yang fit sangat diperlukan untuk kelancaran dan kekhusyukan pelaksanaan rangkaian ibadah di sana. Restoran-restoran siap saji pun tersedia banyak di sana, termasuk yang khas Indonesia, seperti bakso dan soto. Asal rajin menelusuri, bertanya dan sabar mencari, ketemu tu!

Ada memang yang membawa jenis makanan tertentu dari tanah air. Tapi, dari pengalaman terdahulu, soal makanan tidak menjadi hal yang rumit selama di Makkah. Tinggal mencari yang sesuai selera, mau yang di kelas hotel mewah atau kaki lima, terserah Anda.

KELENGKAPAN LAIN

• Jaket dan atau sweater. Sahabat bagi yang tak tahan dingin AC di pesawat, juga di Makkah dan Madinah yang seperti tahun lalu, untuk musim haji tahun ini juga diperkirakan masih akan dingin suhu udaranya.

• Kaca mata rayban. Berguna untuk melindungi mata dari terik matahari atau debu pasir. Di sana juga banyak yang jual. Siang hari akan sangat membantu, apalagi bila tidak mendapat tempat di dalam Masjidil Haram, kaca mata ini akan membantu kita dari silaunya pantulan cahaya matahari dari lantai pualam pelataran Masjidil Haram atau Masjid Nabawi.

• Masker, amat membantu di sana, karena kita sangat banyak melakukan aktifitas di luar, siang maupun malam, di tengah perubahan udara yang ekstrim pagi, siang dan malam. Apalagi kita berbaur dengan jutaan manusia dari beragam kawasan dan berbagai keadaan. Masker dapat membantu agar udara yang dihirup sudah tersaring debu dan kemungkinan bibit penyakitnya. Bisa bawa lima atau enam masker, karena nanti dari pengelola haji juga ada pembagian masker. Di sana juga banyak yang jual kok. Yang penting diperhatikan, konsultasilah kepada yang tahu, di saat kapan saja dalam rangkaian ibadah, perlengkapan seperti masker ini tidak boleh dipakai.

• Sepatu ket atau sandal bertali. Ini bermanfaat sekali karena selama menunaikan haji, entah berapa kilometer kita harus berjalan. Apalagi saat pergi melontar jumrah, kedua jenis alas kaki ini besar perannya dibanding hanya sekadar sandal jepit. Tentunya untuk pertimbangan keselamatan juga, karena kalau sandal jepit bisa saja putus atau terinjak jamaah lain, sementara jarak tempuh antara kemah dengan lokasi jamarat cukup jauh. Kekhusyukan jadi terganggu jika alas kaki juga bermasalah. Keduanya juga dapat dipakai saat berkesempatan melakukan ziarah dan jalan-jalan ke tempat yang jauh.

• Sandal jepit, praktis dipakai saat akan bepergian ke masjid. Dapat dibungkus kantong plastik agar dapat dibawa ke dalam masjjid, atau untuk jalan-jalan di sekitar pemondokan. Pertimbangan dibawa ke dalam masjid, karena sangat lazim setiap jamaah tidak atau jarang keluar dari pintu yang sama seperti saat ia masuk ke Masjidil Haram.

•Tas pinggang. Bagi yang berangkat suami-istri, cukup prianya saja yang pakai. Selain untuk menyimpan uang atau dokumen penting lainnya, juga dapat menjadi pegangan istri agar tidak terpisah di tengah berjubelnya umat.

• Topi atau payung, tak penting-penting amat karena selain gampang mendapatkannya di sana, kegunaannya pun paling ketika berziarah ke tempat-tempat bersejarah di sana.

• Tas ke masjid. Yang praktis saja, untuk dapat memuat buku-buku agama, tafsir, kumpulan doa dan sebagainya. Atau untuk memuat makanan kecil. Biasanya juga di embarkasi ada yang jual kantong khusus untuk membawa botol minuman. Ini berguna untuk diisi air zam-zam saat berada di masjid. Sebab, kendati lokasi pengambilan air zam-zam sangat banyak di Masjidil Haram dan Nabawi, jadi repot jika harus bolak-balik mengambilnya, sementara tempat yang tadi ditinggalkan, dengan cepat akan diisi jamaah lain.

• Kantong kerikil. Ini berguna untuk kegiatan melontar jumrah. Biasanya ada yang disediakan oleh pihak bank penerima setoran haji. Tapi bisa juga diusahakan sendiri. Bahkan kemarin, banyak juga jamaah yang membawa botol plastik air mineral untuk tempat sedikitnya 70 butir kerikil yang rata-rata setiap butirnya berukuran sebesar kelereng itu.

• Tas kresek. Dibawa secukupnya agar tak repot saat akan membungkus sandal memasuki masjid. Di kedua masjid di Makkah dan Madinah, disediakan banyak tempat meletakkan sandal. Tinggal bagaimana kita melakukan tindakan yang dianggap praktis untuk meletakkannya, dan yang penting penempatannya tidak mengganggu aktifitas ibadah.

• Karet gelang. Jangan anggap remeh benda satu ini. Terasa membantu saat kita melaksanakan tawaf mengelilingi Kakbah, atau saat melaksanakan Sa’i. Tujuh buah karet di pergelangan tangan akan membantu mengingatkan kita menghitung berapa putaran yang sudah dilalui, dengan setiap putaran selesai, satu karet gelang berpindah posisi ke pergelangan tangan satu lagi. Sangat mungkin kita akan salah menghitung di tengah berjubelnya jamaah melakukan ritual yang sama. Boleh saja bawa lebih, mana tahu ada rekan yang memerlukannya.

• Tisu kering/basah. Perlu juga untuk melap muka dari debu, atau saat flu menyerang –sangat lazim menimpa jamaah haji!

• Obat-obatan pribadi, bawa secukupnya. Adakalanya kita familiar dengan jenis obat tertentu, misalnya untuk flu, pilek, demam, sakit kepala, pegal-pegal dan sebagainya. Atau yang kerap terjadi seperti bibir dan telapak kaki pecah-pecah. Setidaknya obat untuk itu semua ada disediakan. Lebih dari itu, tentunya obat-obat yang dibawa sesuai anjuran dokter.

• Kamera Kecil. Sangat sayang jika banyak momen penting tidak diabadikan. Apalagi sekarang banyak kamera digital ukuran mini, lebih gampang dibawa. Memang di dalam masjid tidak dibenarkan berfoto-ria. Namun satu-dua banyak juga yang menggunakannya saat tidak melakukan aktifitas ibadah. Di luar itu, banyak momen dan tempat bersejarah yang akan menjadi memori indah jika sempat diabadikan dengan foto.

• Buku-buku Islam. Ini terasa penting selama di tanah suci. Waktu yang memang disediakan untuk sepenuhnya beribadah, akan membuka pikiran untuk menerima dan mempelajari ilmu-ilmu agama melalui bacaan, terutama dari terjemahan Alquran dan tafsir hadis.

• Gunting Kecil/lipat. Untuk jaga-jaga, misalnya untuk mengunting tali. Biasanya aman bila dimasukkan ke dalam koper besar. Ada saja gunanya nanti, bahkan juga saat selesai Sa’i, bisa untuk bertahalul.

• Gunting Kuku. Kecil tapi besar manfaatnya. Berada di tanah suci dalam waktu yang lama, tentu kebersihan kuku harus terjaga.

• Spidol permanen. Dibilang tak penting, saat-saat tertentu benda ini diperlukan. Saya dulu membawanya, dan ternyata berguna tidak saja untuk diri sendiri, tetapi juga jamaah lain satu rombongan. Apalagi barang-barang jamaah, mulai dari yang besar, koper dan tas, sampai pakaian dalam nyaris sama bentuknya. Goresan spidol permanen bisa membantu mengingatkan itu punya siapa.

• Uang Riyal. Kalau dapat, saat di sana kita juga mengantongi uang ini dalam pecahan yang kecil-kecil. Pecahan satu Riyal sangat berarti karena harga terendah barang-barang yang dijual dipatok dengan harga satu Riyal. Mau bawa Rupiah atau Dolar AS juga oke, karena fasilitas penukaran uang di sana gampang ditemui.

• Telepon genggam/ponsel. Slamet menyebutnya ‘penting-penting mengganggu.’ Namun bagi saya sebagai wartawan, justru perangkat satu ini sangat membantu mengirim berita ke kantor, setiap hari. Bisa dengan tetap menggunakan operator di tanah air dengan membuka akses internasionalnya. Atau dengan membeli kartu tempatan, dengan pulsa Arab Saudi. Semuanya gampang, namun etika mestinya tetap dijaga. Musim haji kemarin, ini betul yang diabaikan jamaah, terutama dari luar Indonesia. Mereka tidak memosisikan ponselnya dalam keadaan tidak berisik, sehingga deringan beragam ringtone bersahut-sahutan di tengah keheningan ibadah. Tinggal kita mau pilih yang mana, mau yang roaming internasional atau membeli kartu setempat. Yang penting, jangan diperturutkan kebiasaan ber-hape ria. Bisa terganggu kekhusyukan ibadah dan menjerit saat melihat bill tagihan!


ISI TAS JINJING

Hand Bag atau tas jinjing, paling diperlukan saat kita berada di asrama haji dan di perkemahan Mina. Juga ada yang membawanya saat wukuf di Arafah.

Bagi jamaah gelombang pertama yang langsung ke Madinah, sebaiknya kain Ihram tidak perlu ada di dalam hand bag, karena jamaah akan melakukan arba’in (salat berjamaah 40 waktu di Masjid Nabawi) terlebih dahulu sebelum melaksanakan umrah/haji ke Makkah. Pakaian ihram nanti disiapkan di Madinah menjelang berangkat ke Makkah. Karenanya isi hand bag cukup:

1. Alquran dan terjemahan
2. Buku doa dan manasik haji untuk dibaca dan dipelajari sepanjang perjalanan.
3. Pakaian dan perlengkapan salat untuk di asrama haji (dalam waktu sehari semalam saja).
4. Kaos panjang untuk tidur malam di asrama haji.
5. Peralatan mandi untuk di asrama haji dan penginapan di Madinah.
6. Sandal jepit dan obat-obatan.

Sedangkan untuk jamaah gelombang kedua, sebaiknya saat akan berangkat atau di asrama haji, kain ihram sudah harus disiapkan di dalam hand bag. Karena biasanya mengambil miqat umrah di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Karenanya barang-barang yang sudah harus ada di hand bag antara lain:

1. Seperangkat kain ihram, yang akan dipakai mulai dari Bandara King Abdul Aziz
2. Alquran dan terjemahannya, dibawa setiap saat.
3. Doa/manasik haji untuk dibaca sepanjang perjalanan.
4. Pakaian dan perlengkapan salat, baik di asrama haji (dalam waktu sehari semalam saja).
5. Kaos panjang untuk tidur malam di asrama haji.
6. Peralatan mandi, termasuk handuk untuk dipakai di asrama haji dan di Bandara King Abdul Aziz sebelum berganti pakaian ihram.
7. Sandal jepit dan obat-obatan.

Kelengkapan-kelengkapan lain yang diperlukan secara kolektif, sebaiknya dibicarakan dengan rekan satu rombongan, tergantung kesepakatan. Sebagian besar bisa dibeli di tanah suci, seperti rice cooker, panci, kompor listrik kecil, pemanas air listrik, ember, setrika kecil, gunting besar, pisau, senter besar, lakban, tali rafia besar, palu dan lainnya. Semua keperluan kolektif ini tergantung kesepakatan anggota.***

Selengkapnya..

Selasa, 27 Mei 2008

Singapura Lagi

Dari Penganugerahan Champions of the Earth 2006 di Singapura

Bergengsi, Bukan untuk Pejuang LH Kemarin Sore

Tujuh tokoh dari enam kawasan dunia, plus satu organisasi, menerima anugerah Champions of the Earth 2006, dalam satu acara penuh gengsi di Singapura, Jumat (21/4) lalu, sehari menjelang peringatan Hari Bumi. Mereka dihargai atas dedikasinya yang panjang terhadap sesuatu yang terkait dengan upaya pelestarian lingkungan global.

Laporan AMZAR, Singapura
zartpi62@yahoo.com


RUANGAN dengan kapasitas ratusan undangan dengan formasi meja jamuan makan malam itu, telah penuh oleh tetamu terpilih berbilang bangsa yang datang dua jam sebelum acara digelar. Karpet merah ala penyerahan Piala Oscar terbentang dari lobi menuju ruang megah hotel berkelas di Singapura itu.


Sorotan lampu terus mengiringi masuknya para penerima anugerah, yang berjalan beriringan dengan Presiden Singapura SR Nathan, sampai di kursi yang disusun melingkari meja yang di atasnya bertuliskan VIP.

Senyum terus merekah dari bibir para penerima anugerah. Mereka bukanlah tokoh selebritis yang kerap menghiasi lembar berita media. Tapi, malam itu, mereka seakan seperti selebriti. Sejak dari lobi sampai ke puncak prosesi, tak henti kilatan blitz menerpa wajah dan senyum mereka.

Tapi, jelas, kemeriahan tidak akan setara dengan acara pemberian Piala Oscar, atau ajang pemilihan lainnya. Apalagi, mereka yang tampil ini bukanlah hasil kompetisi, pengumpulan dukungan, atau berapa banyak SMS yang mendukungnya. Satu hal yang pasti, acara ini penuh gengsi dan wibawa, sebab mereka terpilih lebih karena dedikasinya yang sangat tunak dan memberi kontribusi berarti pada upaya pelestarian lingkungan secara global. Lagi pula, tidak ada hadiah berupa uang bagi mereka , kecuali anugerah dalam bentuk tropi.

Istimewanya, host untuk acara ini dipandu langsung oleh Miss Earth 2005 Alexandra Braun yang juga Miss Venezuela dan finalis Miss Universe 2006, yang tampil anggun dengan busana tank-top. Ia didampingi Eric Falt yang berwajah mirip Tom Hank. Dia ini Director, Division of Communication and Public Informations UNEP.

Hal yang mungkin sama dengan penganugerahan lain adalah, kesempatan menyampaikan komentar setelah menerima tropi khusus yang didesain oleh pematung Kenya, Kioko dan terbuat dari logam yang didaur ulang. Tropi melambangkan elemen utama yang abadi di atas bumi yaitu matahari, udara, tanah, dan air.

Tropi itu lah yang satu persatu diserahkan kepada Michael Gorbachev (mantan presiden Rusia ini sakit dan diwakili Alexander Likhotal, Presiden Green Cross International, yang dipimpin Gorbachev), Profesor Tommy Koh (Singapura), Massoumeh Ebtekar (wakil presiden wanita pertama Iran), Tewolde Gebre Egziabher (Ethiopia), Rosa Elena Simeon Negrin (Organisasi Wanita untuk Pengembangan LH Cuba, yang menerima secara anumerta diwakili anaknya), dan Mohamed-El Ashry (Mesir), serta Women’s Environment and Development Organization (WEDO) dari AS.

Ternyata inilah hajatan pertama digelar di Asia oleh United Nations Environment Programme (UNEP) yang didukung penuh oleh Asia Pacific Resources International Holdings Limited (APRIL, holding company PT Riau Andalan Pulp and Paper – Riaupulp). Anugerah yang digagas UNEP tahun 2004 ini, pertama kali digelar tahun lalu di Markas Besar PBB, New York, AS. Selain Presiden SR Nathan, acara ini juga dihadiri Menteri LH dan Sumberdaya Air Singapura Yaacob Ibrahim, pejabat Direktur Eksekutif UNEP Shafqat Kakakhel.

Chairman dan CEO APRIL Sukanto Tanoto juga hadir, bersama President dan COO APRIL AJ Devanesan. Tamu kehormatan lainnya adalah Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE dan mantan Menteri LH Prof Dr Emil Salim, serta sejumlah petinggi Riaupulp seperti Dirut Irsan Syarif, Direktur CSR Rudi Fajar dan Manager PR Fakhrunnas MA Jabbar.

***
‘’ANDA tahu siapa mereka yang menerima anugerah ini?’’ Pertanyaan ini adalah kata pembuka dari mantan Menteri LH Emil Salim ketika kepadanya diminta komentar tentang anugerah yang diberikan tersebut.

Lalu Emil Salim pun menyebut nama Michael Gorbachev, yang menggagas Earth Charter, di mana pada Juli mendatang di Brisbane akan menggalakkannya lagi dengan menghimpun para pakar dan pelestari lingkungan. Juga siapa itu Profesor Tommy Koh, yang sejak puluhan lalu sudah berkiprah terhadap upaya perlindungan sumberdaya alam melalui Konvensi Hukum Laut, dan lain-lainnya.

‘’Mereka itu bukan tokoh kemarin sore berkutat dan peduli dengan pelestarian lingkungan. Sudah puluhan tahun mereka berjuang. Jadi, benar sekali kalau hari ini mereka digelar sebagai Champions of the Earth,’’ kata Emil Salim, tetap dengan semangat dan bahasa yang teratur, seperti dulu.

Soal kenapa belum ada tokoh dari Indonesia yang mendapatkannya, Emil Salim tidak terlalu mempermasalahkannya. Karena memang belum ada dan memang yang dipilih adalah mereka yang dedikasinya bermanfaat secara global. Apalagi, persoalan lingkungan tidak mengenal batas-batas negara. ‘’Bagi kita, sebaiknya juga berpikir, bahwa berbuat untuk kawasan regional sih oke, tapi sebaiknya juga melahirkan sesuatu yang dampaknya dapat dirasakan secara global,’’jelas Emil Salim.

Pak Emil benar. Champions of the Earth merupakan penghargaan kepada para pemerhati lingkungan dan tokoh yang telah memberikan kontribusi nyata , baik di kawasan regional maupun global dalam memproteksi dan mengelola sumber-sumber daya alam dan bumi yang lestari.

Mikhail Gorbachev misalnya. Tokoh Rusia yang tersohor dengan Glasnost dan Perestroika-nya ini secara aktif dan responsif mengampanyekan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan, terutama di kalangan para pemimpin politik, lebih dari satu dasawarsa, jauh sebelum pembangunan berwawasan lingkungan menjadi isu internasional seperti saat ini.

Sebagai Presiden Rusia dulu, dia membuat perubahan pada kebijakan yang ada, untuk maksud menghentikan pencemaran dan perusakan lingkungan paling buruk di negaranya. Di antaranya ia menutup aktifitas ribuan pabrik yang terbukti lalai dan mengabaikan lingkungan, yakni dengan mencemari Sungai Siberia

Dia belajar banyak secara langsung untuk lebih bersikap secara kritis betapa penting dan strategisnya sumberdaya air, di mana saat ia menjadi Sekjen Pertanian, terjadi malapetaka mengerikan di Laut Aral.

Pengalaman inilah yang menggiringnya mengeluarkan semboyan ‘’Water for Life and Peace’’ sebagai fokus utama Green Cross International, organisasi yang ia dirikan pada 1993. Sejak itu, dia terus aktif terlibat dalam memperbaiki akses dan manajemen tata air secara khusus, guna mencegah terjadinya konflik berlatar masalah air, mulai dari tingkat kampung sampai ke level internasional.

Dia bekerja tanpa kenal lelah untuk meyakinkan bagaimana agar sumberdaya air dapat dikelola dan dimanfaatkan bersama oleh masyarakat Israel, Palestina dan Yordania, dan beliau menjadi penengahnya. Dia juga secara pribadi melalui Green Cross melakukan inisiatif pencegahan konflik air di Afrika, Amerika Selatan, Eropa Tengah, dan di daerah pengairan sungai negerinya sendiri, Volga.

Keterlibatannya yang kritis berhasil menerobos segala kebuntuan untuk sama-sama duduk di meja perundingan membahas masalah krusial tersebut. Paling akhir, tahun 2003 lalu ia menggagas suatu bentuk kepedulian dalam bingkai ‘’Local and Regional Authorities Water Initiative,’’ forum yang lebih menguatkan desentralisasi kerja sama dan solidaritas Utara-Selatan dalam hal penyediaan sumber air minum yang layak untuk warga dunia yang tidak berdaya, dengan tetap menghargai budaya lokal serta ekosistemnya.

Lain lagi tokoh Afrika Tewolde Berhan Gebre Egziabher dari Ethiopia. Doktor berkacamata ini telah mencurahkan sebagian besar tenaganya dalam banyak forum kegiatan yang berhubungan dengan masalah keanekaragaman hayati, khususnya di Convention on Biological Diversity (CBD) serta di Badan Pangan PBB (FAO). Dia secara konsisten sejak belasan tahun silam menentang penggunaan bahan-bahan pertanian yang berbahaya untuk manusia dan lingkungan.

Dia juga berperan penting dalam melahirkan rekomendasi dari Persatuan Afrika, yang memberi dorongan bagi negara-negara Afrika agar lebih berkembang dan mengutamakan pemenuhan hak-hak masyarakatnya, ke posisi yang layak pada Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIP), aspek-aspek hak milik intelektual yang berkaitan dengan perdagangan, dan posisi yang jelas tentang perolehan hak-hak untuk hidup. Ia juga membantu pembuatan draf tentang model legislasi Persatuan Afrika untuk hak-hak masyarakat, hal mana yang kemudian dipakai sebagai model oleh semua negara Afrika.

Untuk kawasan Asia-Pasifik, ada nama Profesor Tommy Koh. Tokoh yang satu ini terang-terangan dalam sambutan setelah menerima anugerah, menyebut Prof Emil Salim sebagai gurunya. Koh nyaris mengabdikan seluruh hidupnya untuk lingkungan. Diawali dengan aktifitasnya yang lama di bidang kepramukaan. Di Singapura ia merupakan Pelindung masyarakat asli, ketua Asia-Pacific Centre on Environmental Law dan Ketua Dewan penasehat pada program Master Managemen Lingkungan pada National University of Singapura.

Di level internasional, ia sudah memberikan sumbangan yang signifikan terhadap pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Dia pernah terpilih untuk mengetuai panitia persiapan untuk Konferensi. Lingkungan pada tahun 1972 di Stockholm. Dua puluh tahun lalu, dia terpilih sebagai ketua bagi persiapan konferensi PBB 1992 tentang Lingkungan dan Pembangunan.

Dia mengetuai panitia utama di Earth Summit (KTT Bumi). Sesudah itu, Sekjen PBB mengangkatnya menjadi Dewan Penasehat Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Dia juga menghabiskan satu dasawarsa waktunya untuk membantu PBB melangsungkan konvensi tentang Hukum Laut. Dia pun terpilih sebagai presiden konferensi itu pada tahun terakhirnya yang kritis. Suatu konvensi yang kemudian melahirkan keputusan-keputusan penting tentang perlindungan lingkungan kelautan.

Atas segala kontribusinya terhadap lingkungan, membuat ia berhak atas gelar ‘’Commander of the Order of the Golden Ark’’ oleh Pangeran Bernhard dari belanda. Ia juga peraih Elizabeth Haub Prize for Environmental Law dari Free University Brussel dan World Conservation Union (IUCN).

Sedangkan dari kawasan Amerika Latin dan Karibia, ada,Dr Rosa Elena Simeon Negrin dari Kuba. Semangatnya untuk lingkungan yang lestari adalah contoh gemilang yang pantas untuk diteladani.

Kerja keras, berbakti dan tak mementingkan diri sendiri merupakan garansi penting yang ditunjukkannya dalam hal penyadaran pentingnya kelestarian alam, yang karenanya dapat mengangkat lagi kesadaran masyarakat Kuba untuk hal yang sama.

Dia dipercaya sebagai pimpinan dan itu berlangsung selama 20 tahun, saat di mana persoalan lingkungan mulai tampil secara menonjol di agenda politik pemerintah dan organisasi internasion¬al. Dia dapat meyakinkan untuk melakukan hal-hal praktis bagaimana pengelolaan lingkungan yang baik dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kuba.

Pada tahun 1989, dia mengambil bagian, untuk pertama kalinya, di Forum Menteri Lingkungan Amerika Latin dan Karibia, yang perte¬muan keenamnya berlangsung di Brazil tahun itu. Sejak saat itu, sampai meninggalnya pada 2004, Dr Negrin menjalankan perannya dan sentiasa secara luas disambut antusias di kawasan tersebut. Dia juga mengorganisir kesiapan Kuba mengikuti KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil dan ia pula yang langsung memimpin delegasi Kuba ke forum tersebut.

Dia selalu mempunyai pandangan jernih tentang konsep "berpikir secara global dan bertingkah secara lokal" dan dia mewujudkan pandangan ini pada setiap forum internasional yang diikutinya. Pada 1994, dia mengambil bagian pada Alliance of Small Island States Summit (AOSIS). Saat itu ia bertindak sebagai seorang mediator internasional yang ulung dan dapat mencurahkan pengalaman yang didapat dari partisipasinya di KTT Rio ke forum itu.

Dari Asia Barat, ada Mohamed El-Ashry (Mesir). Sumbangsih yang diberikannya dalam hal perlindungan lingkungan dan bagaimana secara bijak mengelola sumberdaya alam, sudah berlanusng selama 35 tahun, lebih dulu dari dideklarasikannya Earth Day tahun 1970.

Ia banyak memberi kontribusi sepanjang karirnya bagi dunia akademis, lembaga-lembaga publik, LSM, sebagai think tank bagi banyak lembaga international.Prestasi El-Ashry yang paling berarti adalah kerja 12 tahunnya dalam merestrukturisasi Global Environment Facility (GEF), ketika dia menjabat sebagai Direktur Utama dan pimpinan pertamanya.

Di bawah pimpinannya, GEF terus berkembang dari semula hanya dengan 30 anggota dengan anggaran sebesar 800 juta dolar, kini menjadi satu-satunya lembaga sumber pembiayaan untuk lingkungan global dengan 174 negara anggota. Sejauh ini GEF telah mengalokasikan 4,5 miliar dolar dana bantuan, dan 12 miliar dolar lainnya dalam bentuk, pembiayaan tambahan untuk lingkungan global, untuk potrofolio lebih dari 1.200 proyek pada 140 negara berkembang.

Asia dan Pasifik, diwakili Massoumeh Ebtekar, wanita pertama yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Iran. Filosofi Massoumeh Ebtekar dalam hal pembangunan berwawasan lingkungan adalah bagaimana mempertahankan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keprihatinan lingkungan adalah satu kesatuan yang harus diperhatikan oleh PBB.

Dia menaruh kepedulian yang tinggi dalam masalah pencemaran udara di Teheran dan perlindungan kehidupan kelautan di kawasan Teluk. Langkah-langkah yang diambil Ebtekar ikut melahirkan satu bentuk kepedulian lingkungan bagi dunia industri dan sektor energi di Iran. Kita patut berterima kasih karena atas sumbangsihnya, tercipta integrasi yang padu antara teknologi produksi yang bersih, sistem manajemen pemberdayaan lingkungan, ke dalam industri petrokimia negara tersebut.

Di bawah bimbingannya, Department of Environment mampu menciptakan jalinan kerja sama secara baik pemerintah dan sektor perorangan untuk bagaimana secara intensif terus peduli terhadap kelestarian lingkungan, antara sektor industri dan aktifitas ekonomi.

Sedangkan dari kawasan Amerika Utara, penerima anugerah adalah Women’s Environment and Development Organization (WEDO), yang didirikan pada 1990 oleh wanita mantan anggota Kongres Bella Abzug serta aktivis dan wartawan Mim Kelber, yang melakukan pembelaan terhadap kaum wanita dan kesetaraan gender di forum-forum yang melahirkan kebijakan global, mendukung kaumnya yang berperan di posisi-posisi penting dalam kegiatan ekonomi, sosial dan kesetaraan gender, planet damai yang sehat, dan hak-hak asasi manusia untuk semua.

WEDO memosisikan diri sebagai ‘’pemimpin’’ bagi tiap organisasi wanita dalam kancah kegiatan internasional. Pada Konferensi Internasional PBB tentang Perkembangan Lingkungan (UNCED) tahun 1992 misalnya, WEDO menghadirkan lebih dari 1.500 orang wanita dari lebih 80 negara bagi Kongres Wanita Dunia untuk Planet Sehat, di mana mereka menghasilkan Women’s Action Agenda 21, suatu landasan yang komprehensif yang digunakan UNCED untuk menempatkan kesetaraan hak-hak dan gender sebagai prioritas utama pada tiap penyusunan agenda pembangunan berwawasan lingkungan.***

Selengkapnya..

Senin, 26 Mei 2008

Ke Singapura 3

Sisi Lain dari Perjalanan Jurnalistik ke Singapura (3-habis)
Bilang Alumnus S2 Australia, Tak Jadi Digoda

Laporan AMZAR, Singapura
amzartpi62@gmail.com

Kendati negara sekuler, Singapura tetap memerhatikan secara serius masalah-masalah sensitif yang kalau terbiarkan berlarut-larut di tengah masyarakat, akan menjejas ke banyak segi kehidupan lainnya. Di sini, MUIS mengambil peran penting.

BAGI Singapura, sesuatu yang bisa mengganggu kelancaran gerak laju pembangunan, sekecil apapun potensinya, tetap dianggap hal serius yang dapat menghalangi semua proses untuk memajukan negara tersebut. Karenanya, antisipasi dilakukan di semua lini.


Untuk hal seperti inilah, peranan Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) amat signifikan. Keberadaan MUIS sendiri, memang terasa berwibawa dan strategis. Itu sudah dirasakan begitu sampai di kantor MUIS yang sekaligus sebagai Islamic Centre of Singapore, di kawasan 273 Braddell Road.

Gedungnya megah berlantai enam. Di lobi, ada meja resepsionis yang dilengkapi peralatan serba computerized. Panel elektronik yang dipasang di dinding atas ruang tunggu menyajikan beragam informasi yang dikendalikan oleh petugas di bagian resepsionis. Mulai dari jadwal salat, sampai ke informasi tentang besaran nisab untuk zakat harta yang harus
ditunaikan oleh umat.

Kami diantar dengan lift menuju ruang pertemuan di lantai lima. Petugas penerima dan yang menyertai kami ke atas, berpenampilan layaknya pekerja kantoran, rapi dan cekatan.

Satu hal lain, seperti lazimnya banyak tempat di Singapura, semua ruangan dan fasilitas yang ada di sini bersih dan nyaman.

Kami kebetulan satu lift dengan seorang wanita muda berjilbab, dengan raut wajah ramah. Ia mengaku berkhidmat di MUIS tersebut. Karena rombongan kami kebanyakan lelaki, ada yang coba-coba menggoda. Tapi, niat itu langsung urung, begitu pertanyaan kedua mengarah kepada latar belakang pendidikan sang gadis. Memang sedikit di luar perkiraan, karena
ternyata ia berpendidikan tinggi, alumnus salah satu universitas di Melbourne, Australia pada jenjang strata dua.

Soal kaum muda muslim berpendidikan memadai ini, memang seperti itulah keadaannya. Menurut Presiden MUIS H Mohd Alami Musa, penduduk muslim di Singapura sebanyak 15 persen dari total penduduk negara tersebut. Tercatat 99 persen dari populasi kaum muslim, adalah bangsa Melayu, selebihnya keturunan India. Kaum muda, berusia di bawah 20 tahun merupakan jumlah terbesar, sebanyak 37 persen, dengan pendidikan rata-rata tingkat menengah ke atas.

Secara umum, pengaturan tentang keagamaan bagi warga negara Singapura tertuang di dalam undang-undang yang dikenal dengan AMLA tahun 1966. MUIS sendiri sudah ada sejak tahun 1915 dan ditubuhkan kembali tahun 1946. Di antara tugas yang diemban MUIS adalah mengelola dan mengatur masalah zakat, wakaf, urusan haji, labelisasi halal dan aktifitas dakwah.

''Semua wakaf didaftarkan ke MUIS. Kami mencatat sedikitnya ada 53 jenis wakaf untuk pembangunan masjid, dengan jumlah asset saat ini sebanyak 250 juta dolar Singapura,'' kata H Mohd Alami Musa.

MUIS juga berkepentingan dalam hal membangun masjid, madrasah, mengeluarkan fatwa, serta mengoordinir penghimpunan dana untuk menyantuni kaum dhuafa. Mencatat perkawinan warga muslim Singapura juga menjadi tugas MUIS.

Untuk masjid, kata H Mohd Alami Musa, sudah terbangun sebanyak 69 masjid di merata Singapura. ''Fungsi masjid di sini tidak semata sebagai tempat beribadah, tetapi juga sebagai tempat berlangsungnya proses belajar-mengajar, serta pembangunan umat. Kepengurusan masjid ini dilantik dan dikukuhkan oleh MUIS untuk dua tahun masa
khidmat,''katanya.

Petinggi MUIS pun dengan bangga menjelaskan bahwa saat ini mereka punya bangunan serbaguna yang megah di kawasan Beach Road, yang dibangun dari penghimpunan pajak, dengan nilai 25 juta dolar Singapura. ''Kami sentiasa menjelaskan ke publik manfaat pungutan zakat yang kita lakukan, yakni untuk kemaslahatan umat, antara lain untuk bea siswa, pendidikan serta membantu kaum dhuafa.

Soal labelisasi halal, ada penjelasan menarik yang disampaikan Presiden MUIS. Bahwa, pencantuman dan penetapan label halal tidaklah diwajibkan, tapi sukarela. Namun bukan berarti boleh sembarangan memasang label halal pada produk yang dipasarkan. ''Bisa dituntut di Mahkamah,'' timpal Zainal Abidin Ibrahim, Head Corporate Communication, MUIS.

Kendati tidak ada paksaan, nyatanya para produsen, baik yang produknya untuk konsumsi lokal maupun mancanegara, tetap mengambil-berat masalah ini. ''Buktinya, mereka dengan penuh kesadaran mengurus segala persyaratan untuk mendapatkan label halal dari MUIS. Malah, umumnya mereka merasa lebih beruntung setelah memperolehnya dari kita. Produknya tidak diragukan oleh konsumen, terutama di Asia Tenggara dan negara-negara muslim lainnya,''kata Zainal Abidin.

Soal toleransi terhadap warga dan pekerja muslim di Singapura, juga menjadi perhatian serius pemerintahnya. Menurut Presiden MUIS, pemerintah di sana memandangnya sebagai hal yang sensitif. Di sekolah, misalnya, di mana 96 persen dari anak-anak muslim menuntut ilmu di sekolah negeri, sisanya di madrasah, mereka tetap memperoleh perlakuan sama.

Penilaian lebih didasarkan pada prestasi akademik. ''Pada prinsipnya, semua bebas dan diperlakukan sama. Sama sekali tidak ada diskriminasi,''katanya.

Begitu pula di sektor pekerjaan. Di sini pemerintah Singapura lebih tegas lagi soal praktek diskriminasi. Keprihatinan pernah dilontarkan oleh Perdana Menteri Lee Hsien Loong, yang bahkan kemudian memberikan teguran kepada sebuah perusahaan milik pengusaha Tionghoa karena mensyaratkan menguasai bahasa mandarin di antara senarai yang harus dipenuhi calon pekerja.

''Komplain soal diskriminasi bisa disampaikan ke Ministry of �Manpower atau sarikat pekerja. Memang kalau ada praktek diskriminasi, lantas dilaporkan dan kemudian terbukti, akan diberikan sanksi,'' kata Zainal Abidin.

***

Hal lain yang juga sensitif adalah soal politik. Namun tidaklah tabu untuk membincangkannya. Malah, kami diberi kesempatan melihat langsung bagaimana praktik kegiatan politik di Singapura, yang ternyata berjalan dinamis dan penuh interaksi positif.

Contohnya, ketika Zainul Abidin Rasheed, anggota parlemen dan juga salahsatu menteri negara (juga sebagai Chairman the Malay Heritage Foundation), mengundang kami ke kawasan undi di mana ia memenangkan kursi sebagai anggota parlemen.

Di kawasan undinya ini, Rasyid punya komunitas warga sekitaran yang notabene adalah pendukungnya di Partai Tindakan Rakyat (PAP), yang markas cabangnya di Eunos, berlokasi di Block 616, Bedok Reservoir Road.

Di sini, Rasheed memperlihatkan satu tradisi kepartaian, yang menggambarkan talian rapat antara partai, anggota parlemen dan audiens pendukungnya. Mereka memiliki community club sendiri, yang terletak di kawasan undi Aljuneid. Uniknya, pusat kegiatan masyarakat ini gedungnya dibangun sedemikian rupa dengan mengambil corak atap bangunan mirip dengan atap bagonjong rumah adat Minangkabau.

Kedatangan rombongan kami disambut layaknya pembesar negeri. Jejeran kaum remaja multi etnis yang berbusana khas Melayu, menyambut dengan tetabuhan kompang yang semarak, berdiri membentuk pagar, mengapit jejeran karpet yang akan kami lintasi. Di teras utama, telah siap tiga anak muda lainnya, yang memeragakan jurus-jurus pencak silat dengan tangkas, dilanjut dengan persembahan tari Melayu oleh tiga dara belia.

Rasheed di sini menjelaskan secara ringkas tentang keberadaan community club tersebut, yang menjadi tempat berhimpun dan beraktifitas warga. Pihaknya juga menyediakan beberapa fasilitas bagi warga, sedemikian rupa sehingga masyarakat yang berdiam di wilayah tersebut dapat menyalurkan aktifitas kemasyarakatannya, termasuk kegiatan anak-anak yang positif, seperti kursus-kursus, pelatihan pencak silat, bahkan ada juga les karaoke.

''Di sini, masyarakat juga bisa saling berinteraksi, setelah seharian bekerja dan pulang ke rumah flatnya, kawasan seperti ini menjadi salah satu alternatif untuk tetap saling peduli dengan jiran-tetangga,'' kata Zainul Abidin Rasheed.

Selasa malam itu, juga ada kesibukan lainnya di markas cabang PAP tempat Rasheed berkhidmat. Bersama pengurus partai dan para sukarelawan lainnya, tim Rasheed menerima langsung pengaduan dari warga sekitar yang bermukim di wilayah Aljuneid tersebut.

''Ini kegiatan rutin kita setiap Selasa malam. Rata-rata ada enampuluh warga yang datang mengadukan permasalahan yang mereka hadapi, mulai dari kesulitan menghadapi
birokrasi, masalah kredit yang tidak terlansaikan, sampai ke soal percekcokan dengan jiran-tetangga. Semua kita tampung,'' kata Rasheed.

Tidak semua, memang, pengaduan tersebut sampai ke meja Rasheed selaku petinggi partai yang notabene juga merupakan anggota parlemen serta pejabat Menteri Negara. ''Beberapa di antaranya memang langsung saya tangani, setelah pukul sepuluh malam. Mana-mana soal yang mustahak, bisa kita teruskan ke parlemen, ke pejabat yang berkenaan, atau mungkin ada rekomendasi lain yang dapat kita sodorkan sebagai solusi. Memang, tidak semua masalah otomatis dapat diberikan solusinya. Namun setidaknya mereka merasa lega bahwa masalahnya tidak dipendam sendiri,'' kata Rasheed.***

Selengkapnya..

Ke Singapura 2

Sisi Lain dari Perjalanan Jurnalistik ke Singapura (2)
Menjual Keunggulan, Tawarkan Konsep CORE


Laporan AMZAR, Singapura
amzartpi62@gmail.com

Melihat Singapura dalam posisinya saat ini, menggeliik rasa ingin tahu, apa sih yang mereka lakukan dalam pencapaiannya. Soal ekonomi dan industri, misalnya, bagaimana
kesemuanya berkembang tak jauh dari apa yang dirancang lebih empat dasawarsa silam.

SINGAPURA hari ini menikmati arti penting terjaganya stabilitas, kedisiplinan, kelengkapan infrastruktur, dan kepastian hukum. Itu adalah sebagian dari banyak penunjang yang sudah difungsikan secara semestinya. Bagaimana pun, ini menopang dan berkait-kelindan dengan sektor lain untuk leluasa berkembang, di antaranya sektor ekonomi.


Faktor-faktor penunjang tadi seakan menjadi garansi. Buktinya, nyaris tidak ada gangguan berarti bagi bergerak dinamisnya mesin-mesin ekonomi dan industri. Setidaknya, itu tergambar manakala kami bertandang ke gedung jangkung di 10 Shenton Way, markasnya Monetary Authority of Singapore (MAS), yang juga punya kantor di New York dan London.

Institusi yang sudah ada sejak 1971 ini merupakan lembaga otoritas yang mengatur semua elemen yang terkait masalah moneter, perbankan dan aspek finansial lainnya di sana. Mereka mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk membantu sedemikian rupa sehingga tetap terjaganya stabilitas moneter dan memberi kontribusi yang memungkinkan lahirnya kebijakan-kebijakan yang kondusif bagi menopang pertumbuhan ekonomi.

Di sini, kami memang tidak bertemu langsung Ketua Dewan Direksinya, Goh Chok Tong, sang mantan PM yang kini sebagai Menteri Senior. Namun tetaplah wajah-wajah segar kembali kami jumpai, saat berdiskusi usai mereka menjelaskan tentang apa itu MAS. Istimewanya, kali ini deretan eksekutif muda yang kami hadapi kesemuanya wanita. Mereka, Angelina Fernandez selaku Director Communications pada External Department, Calisa Yip Lai Fun, Denise Gan Eunne-Ru (keduanya asisten Angelina), serta Jeanette Low, secara gamblang bergantian menyampaikan penjelasan baik soal moneter Singapura maupun tentang MAS sendiri.

Mereka dengan tangkas menguraikan bahwa sektor finansial Singapura yang menyumbang 11,3 persen GDP tersebut saat ini ditopang sedikitnya 600 institusi finansial, di antaranya 158 bank bertaraf internasional, 144 perusahaan asuransi dunia, 91 Fund Managers dan sebagainya. Untuk sektor pasar modal, Singapura menempati posisi empat besar dalam senarai lantai bursa terkemuka, setelah London, New York dan Tokyo. Karenanya tak heran jika Singapura menjadi salah satu pusat pasar modal di Asia.

Mau tahu keunggulan lainnya? Lihat saja angka perkembangan industri asuransinya, di mana 19 dari 25 grup asuransi kenamaan dunia, mengambil Singapura sebagai home-base, markasnya.

Tentang MAS sendiri, juga dijelaskan Angelina cs. Bahwa MAS saat ini mengatur secara umum beragam masalah anggaran untuk sejumlah lembaga keuangan, perbankan, asuransi, lembaga sekuritas dan sektor-sektor finansial lainnya. Lembaga ini juga sebagai Bankers and Financial Agent to Government dan dalam hal kebijakan moneter, MAS berperan besar dalam merumuskan serta mengeluarkan kebijakan moneter. Sejak merger dengan the Board of Commissioners of Currency 1 Oktober 2002 lalu, MAS juga mengambil peran penting lainnya di bidang pengeluaran mata uang. Lembaga ini membawa misi bagaimana ikut meyakinkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara tersebut terkawal, selain sebagai pusat kegiatan finansial yang progresif.

Masih terkait masalah ekonomi, penjelasan penting kami terima saat bertandang ke Singapore Economic Development Board (EDB), yang kantornya mentereng di kawasan elit, 250 North Bridge Road, Raffles City Tower, persis bersebelahan dengan Swissotel The Stamford, tempat kami menginap. Di markas EDB ini juga dapat disaksikan view menawan Singapura dari segenap penjuru.

Eksekutif muda EDB yang menjelaskan tentang perkembangan ekonomi Singapura kepada kami adalah Lim Seng Jin selaku Head Marketing Communications, Corporate Services Division, bersama Tan Choon Shian, Direktur Marketing Communications, dan beberapa stafnya.

Oh ya, EDB ini sendiri merupakan sebuah agensi penting sebagai perencana dan sekaligus memutuskan bagaimana strategi berkelanjutan untuk terus mendorong Singapura sebagai pusat bisnis dan investasi bagi rekanan multinasional dan bagaimana mereka diyakinkan untuk menetapkan negara itu sebagai markas yang sangat kompetitif bagi perusahaannya. Lims cs pun dengan gamblang memaparkan sekian banyak keunggulan negaranya, dengan memberikan gambaran betapa pesatnya perkembangan ekonomi Singapura. Diperbandingkan bagaimana angka GDP tahun 1960 yang hanya 1280 juta dolar AS, menjadi 106 miliar dolar AS tahun 2004. Namun mereka juga realistis dengan perkembangan global saat ini, sehingga kalau angka tingkat pertumbuhan GDP tahun lalu sebesar 5,7 persen, maka estimasi pertumbuhan untuk tahun 2006 ini diperkirakan pada kisaran 3-5 persen.

Mereka juga memaparkan bagaimana siklus perubahan yang dialami dalam apa yang mereka sebut transformasi industri dalam rentang waktu tersebut.

Kalau di era 60-an, mereka masih berkutat pada penggunaan tenaga kerja secara intensif, dengan sedikit tenaga kerja yang terdidik. Pada dasawarsa 70-an sudah bergerak ke skill-intensive, dengan kemampuan yang meningkat, berkonsentrasi mengembangkan keahliaan serta memulai pusat-pusat pelatihan.

Lantas di era 80-an mereka sudah berubah ke arah capital-intensive, di mana untuk pertama kalinya memiliki pabrik semiconductor wafer, pertama yang memiliki kompleks petrokimia, serta mulai melakukan diversifikasi industri engineering.

Menapak ke era Technology-intensive di dasawarsa 90-an, Singapura pun tambah pesat secara total menjadi pusat bisnis, menjadi markas besar bagi banyak perusahaan kelas dunia dan tampil sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi kawasan.

Kini, di abad 21, mereka dengan percaya diri merasa sudah berada di tahapan Knowledge-intensive, di mana mereka menjadi bagian penting dalam gerak globalisasi, pesatnya perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, serta bagaimana industri di sana bergerak menuju era baru.

Mereka pun menawarkan konsep CORE untuk menggambarkan bagaimana keuntungan memilih Singapura sebagai basis kegiatan industri.

Pertama adalah C yakni Connectivity, jaringan empat elemen pendukung yang menjadi garansi, yakni transport di mana Singapura dengan pelabuhan peti kemas tersibuk di dunia, transportasi udara dengan 4.000 penerbangan per minggu ke 177 kota di dunia. Garansi berikutnya adalah market, di mana Singapura sebagai kawasan perdagangan bebas, memiliki 52 perjanjian tentang pajak berganda, serta sedikitnya punya 40 perjanjian tentang jaminan investasi.

Kedua, O, yakni Openness. Keterbukaan negara ini menjadi garansi tersendiri, di antaranya mereka sangat terbuka dengan para pendatang. Lihat saja, satu dari empat penduduk Singapura adalah orang asing. Faktor lain keterbukaan adalah dengan kondisi kosmopolitan Singapura yang sudah sepadu dalam penggunaan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari. Posisinya sebagai Asia's Best Place for Live versi ECA International 2006 (di atas Tokyo dan Hong Kong) juga mereka jadikan garansi, selain juga faktor tempat andalan bagi peminat sekolah tinggi, di mana lebih 20 persen mahasiswa di sana adalah dari luar Singapura

Ketiga, R, yakni Reliability. Tingginya tingkat kepercayaan dicontohkan di antaranya dalam hal kredibilitas, di mana Singapura teratas di Asia dalam hal corporate governance, negara dengan peringkat korupsi terendah di Asia, dan negara dengan tingkat resiko investasi paling rendah di Asia. Malah pencantuman ''Made in Singapore'' mereka yakini betul sudah memberikan jaminan kualitas dari produk itu Konsep yang keempat, E, yaitu Enterprise, di mana Singapura setakat ini menjadi tempat pilihan bagi sedikitnya 7.000 perusahaan, di mana 4.000 di antaranya menjadikan negara kota ini sebagai markas besarnya. Belum lagi posisi Singapura (versi bank Dunia) sebagai ''Top in Asia for Ease of Doing Business'' dan sebagai negara dengan tenaga kerja terbaik selama 25 tahun berjalan, di atas Amerika Serikat dan Taiwan.(bersambung)

Selengkapnya..

Ke Singapura 1

Sisi Lain dari Perjalanan Jurnalistik ke Singapura (1)
Terkesan Kaum Mudanya, Gembira Jumpa ''Urang Awak''

Memenuhi undangan pemerintah Singapura, saya berkesempatan mengunjungi negara pulau tersebut, bersama 16 jurnalis lainnya dari Jakarta, 3-7 Januari 2006. Sedikit saya coba berbagi kesan dari banyak hal menarik menerusi lawatan hampir sepekan tersebut, di luar materi penting diskusi yang sempat dilakukan.

AMZAR, Singapura
amzartpi62@gmail.com

SINGAPURA, selalu memberi kesan mendalam, kendati bukan sekali ini saya kunjungi. Apalagi kali ini resmi atas undangan pemerintah di sana. Kesempatan pun menjadi sangat luas dan leluasa untuk bertemu dengan para petinggi negara Singa tersebut di sejumlah kementerian, selain para profesional muda di posisi-posisi strategis, yang memang paling banyak kami temu-ramahi.

Satu kesan sangat membekas, bahwa mereka, para profesional muda ini benar-benar sudah menempatkan diri di posisi yang bersesuaian dengan tuntutan negeri yang terus menapak maju ini.


Ini bukan penilaian mengada-ada. Dari sekian tempat, institusi dan lembaga yang kami kunjungi, yang dijumpai ialah para birokrat dan profesional muda yang energik, cerdas dan sangat siap dengan posisinya sebagai bagian dari sebuah mesin kemajuan yang terus dan terus bergerak melakukan terobosan dan inovasi cemerlang. Satu-satunya orang yang tidak lagi muda yang kami temui dalam lawatan ini adalah seorang profesor yang berkhidmat di Nanyang Technological University.

Selebihnya, adalah para kaum muda, termasuk para menteri. Hebatnya lagi, hampir kesemua mereka ini, sederhana dalam penampilan, dengan sosok yang selalu terkesan segar dan cerdas. Nyaris tidak ada yang berpostur tubuh kelewat subur dan gembrot, apalagi tambun. Geraknya tangkas, bicaranya lugas dan tentu saja, amat fasih dengan bahasa pergaulan internasional, bahasa Inggris.

Orang muda pada posisi strategis pertama yang kami temui adalah Brigadir Jenderal Bernard Tan, Director Joint Intelligence pada Angkatan Bersenjata Singapura (SAF). Dia didampingi sejumlah perwira muda lainnya, yang hampir semuanya pernah mengenyam pendidikan militer di Indonesia melalui SESKO.

Wajar saja, jika dalam beberapa penjelasan yang mereka sampaikan, sesekali diselingi istilah-istilah dalam bahasa Indonesia. Pertemuan ini diatur dan mengambil tempat di gedung unik dengan tampilan luar artistik dengan ratusan jendela kaca warna-warni dengan corak berani dan ngejreng milik Ministry of Information, Communication and Arts (MICA) di 140 Hill Street.

Usai itu, pergi lagi ke kompleks the Malay Heritage Museum, Museum Warisan Melayu, yang venuenya terletak di Sultan Gate. Di sini mendapat penjelasan dari Marah Hoessein Salim. Dia ini General Manager the Malay Heritage Foundation, yang belakangan dari bincang-bincang dengan kami, terungkap sebenarnya ia masih berdarah Minang.

Wah, gembira juga jumpa ''urang awak'' setelah dari tadi lidah terasa kaku karena harus ber-yes-no ria mengimbangi hujan informasi dari pihak Singapura yang ditemui.

Biasa lah, basa-basi pertama yang ditanyakan, tentu saja negeri leluhur asal Pak Marah Hoessein itu tadi. Di ma tu, Pak,''tanya saya dalam bahasa Minang. ''Keluarga ambo barasa dari Painan, di Pasisie Salatan, Sumbar,''jawabnya, dalam dialek Minang yang masih fasih. Apa lagi. Kami pun terlibat perbincangan akrab.

Soal museum ini sendiri, kami mendapat penjelasan ringkas dari Zainul Abidin Rasheed, Chairman Malay Heritage Foundation. Anggota parlemen yang juga salah satu menteri negara ini, awalnya menjelaskan tentang langkah-langkah yang diambil pemerintah Singapura dalam mempertahankan warisan budaya tempatan, baik Melayu, Cina maupun India, tiga etnis utama yang menghuni negeri Temasek ini.

Juga ketika bertandang ke The URA Centre, di 45 Maxwell Road. Di markas Urban Redevelopment Authority ini, tidak hanya bertemu dengan profesional muda semisal David Tay, yang lugas dan pantas menjelaskan tentang bagaimana konsep pengembangan kawasan Marina Bay untuk lebih sophisticated lagi lima tahun ke depan. Lebih dari itu, penjelasan dengan kombinasi penguasaan teknologi terkini juga menyiratkan betapa mereka dalam beberapa hal lebih di depan dibanding rekan serumpunnya di kawasan ini.

Mereka berusaha dengan cara yang praktis untuk menjelaskan bagaimana konsep ''Singapore as a Global City.'' Maka selain melengkapi penjelasan dengan slide, kami dibawa ke sebuah ruangan khusus yang didisain sedemikian rupa sehingga dari lantai dua dapat melihat bagaimana maket besar pengembangan sejumlah kawasan di Singapura.

Penerapan teknologi terkini di sini juga amat membantu sehingga penjelasan menjadi lebih gampang dimengerti. Pengelola tinggal menyentuh layar monitor yang terpasang beberapa unit di lobi atas. Begitu disentuh, panel di layar monitor yang menunjukan satu item yang akan dijabarkan, tersambung langsung dengan layar screen sangat lebar yang turun secara otomatis dari dinding kaca yang melingkup ruangan di sekitar maket besar tadi, sekaligus menghambat cahaya dari luar yang tadinya menembus dinding kaca itu.

Maka jadilah kami seperti menonton di studio twenty one. Bagi yang ingin secara pribadi memperoleh informasi itu tadi, juga dapat memanfaatkan monitor di lobi. Untuk melihat lebih dekat maket pengembangan kawasan Singapura, juga dapat menggunakan teropong khusus di lobi lantai dua itu, selain memang dapat turun ke lantai bawah untuk melihat lebih
jelas lagi maket raksasa tersebut.

Jelas dari maket raksasa itu tergambar bagaimana konsep pengembangan kawasan Marina Bay misalnya, yang akan dilengkapi satu lagi jembatan, teater terapung di Singapore River, dan sejumlah fasilitas hiburan lain, melengkapi kawasan yang indah dengan gedung Esplanade serta Taman Merlion sebagai maskotnya ini. Juga tergambar jelas bagaimana kawasan bisnis terkemuka, Orchard Road, yang akan terus dimatangkan dengan penambahan beberapa fasilitas dengan gedung jangkung modern.

URA sendiri adalah sebuah lembaga yang secara khusus melakukan kajian pengembangan daratan negeri pulau ini secara fisik, untuk bagaimana Singapura lebih punya daya saing, dan terus diperbarui, sebagai kota kosmopolitan yang disegani. Dan seperti dijelaskan tadi, di sini kita akan selalu dilayani oleh petugas Singapore City Gallery yang akan menjelaskan segala sesuatunya kepada pengunjung, baik itu masyarakat awam, para pelajar termasuk rombongan seperti kami para wartawan dari Indonesia, tentang apa dan bagaimana negara-kota itu dikelola, dikembangkan melalui perencanaan yang matang.

Suguhan penjelasan dengan kemasan teknologi terkini oleh orang-orang muda Singapura, juga tersaji di PSA Building, pusat pengendalian aktifitas pelabuhan laut Singapura, di 460, Alexandra Road. Dari puncak tower, di ruang pengendalian, teknik penyajian dan penjelasan informasi mirip seperti yang ditemui di URA Centre tadi, ada layar screen raksasa dan beberapa monitor layar-sentuh.

Selebihnya, kita bisa saksikan sendiri bagaimana kesibukan di pelabuhan peti kemas yang terhampar luas nun di bawah sana, yang sudah diakui sebagai salah satu yang terbaik dan tersibuk di dunia, setidaknya di kawasan Asia. Dari puncak ruang pengendali ini, juga terlihat jelas kesibukan di Harbour Front, pelabuhan di mana saya mendarat dari Batam beberapa hari sebelumnya. Beda dengan rekan-rekan jurnalis lainnya, yang terbang langsung dari Jakarta. Malah, saya ikut menjemputnya di Bandara Changi, karena memang duluan tiba di sana.(bersambung)

Selengkapnya..

Ziarah Tanah Suci 2


Ke Madinah, Menyibak Lembar Sejarah
Oleh AMZAR

BERADA di kota Rasul, Madinah Almunawwarah, setiap hari kita seakan membuka lembar demi lembar buku sejarah, terkhusus sejarah tentang Islam, bersama tokoh-tokoh kuncinya.

Apalagi bila sebelumnya sudah berbekal pengetahuan melalui sejumlah referensi, secara lisan atau lewat bacaan, boleh jadi perjalanan akan makin berkesan karena apa yang

tadinya mungkin samar-samar, kini nyata di depan mata.

Belum masuk ke jantung kota, pikiran kita sudah akan dibawa ke masa nun berabad silam. Melihat hamparan dataran gersang, berpasir dan bebatuan, setidaknya mengingatkan kita

betapa dulu tentu lebih sulit lagi kondisi medannya.

Kita sekarang yang cuma duduk di kendaraan berpendingin saja, sudah merasa lelah menyusuri jalan bersejarah itu, mulai dari Makkah. Konon pula dulu, zaman di mana Rasulullah

SAW bersama para sahabatnya tidak hanya berhadapan dengan kerasnya alam, tetapi juga sangarnya para musuh Islam.


Kesan menjadi lain bila sudah berada di jantung kota Madinah. Gambaran yang mungkin coba direka tentang kota kuno yang ketinggalan zaman, akan lumer seketika. Madinah kini,

adalah kota dengan bentuk fisik yang tak kalah dengan kota-kota besar dunia lainnya.

Gedung-gedung jangkung dengan fasilitas modern, terhampar di sekujur kota --yang kini juga sudah hijau di sini-sana--, berpadu rapi dengan sangat banyak tempat-tempat amat

bersejarah yang tetap terpelihara. Dan titik sentral yang jadi fokus pengembangan kota ini adalah Masjidil Nabawi, rumah ibadah megah bersejarah yang awalnya dulu, pertama kali

dibangun oleh Rasulullah SAW.

Coba saja berdiri di depan pintu utama di utara masjid Nabawi. Atau mungkin pemandangan lebih elok akan terjumpai manakala mau berupaya naik ke lantai duanya. Dari celah batu

terawang di dinding teras atas, lepaskan pandangan lurus ke depan, arah utara. Di situ terhampar jalan yang amat panjang, dengan sisi kiri-kanan dijejeri bangunan-bangunan tinggi

mulai dari hotel berbintang, pusat perbelanjaan berkelas dan nun di sana, pusat-pusat aktifitas keseharian masyarakat.

Juga bila berdiri di pelataran masjid yang luas itu, coba pula menoleh ke timur atau pun barat Masjid Nabi ini. Deretan bangunan hotel dan mal supermodern berjejer rapi. Hal yang

nyaris sama bakal juga dijumpai di sisi selatan masjid, arah kiblat. Pusat-pusat bisnis berpadu dengan satu-dua gedung pemerintahan yang berdiri megah.

Namun, kesemua fasilitas kekinian itu tetap tidak menghilangkan jejak-jejak sejarah yang bertebaran di dan sekitar masjid ini dan sejak lama sudah mashur ke mana-mana. Masjid

Nabawi sendiri, sebenarnya sudah pernah dipaparkan di media ini tentang bagian-bagiannya yang masing-masing punya catatan sejarah tersendiri.

Mulai dari Makam Rasulullah SAW yang dari luar ditandai dengan sungkup kubah berwarna hijau, tentang Raudhah yang terletak antara mimbar dan makam Rasulullah SAW,

bagaimana serunya mendapatkan tempat di ''taman di antara taman-taman surga'' tersebut.

Atau bagaimana penerapan teknologi terkini untuk menunjang keinginan menciptakan kenyamanan jamaah di dalamnya, seperti puluhan kubah yang masing-masingnya seberat 80

ton yang bisa ''berjalan'' dan payung raksasa yang tutup-kembang secara otomatis, keduanya untuk menciptakan sistem ventilasi yang nyaman dan alami di masjid yang di dalamnya

mampu menampung ratusan ribu jamaah tersebut. Juga ribuan toilet dan tempat berwuduk serta lokasi parkir yang kesemuanya dibangun bertingkat-tingkat ke arah bawah tanah.

Bagi yang berkesempatan ibadah dan berziarah ke sini, sepertinya tidak akan pernah bosan menelusuri setiap bagian dari salah satu masjid paling agung ini. Ya kenyamanannya,

luas dan megahnya bangunan, dan tentu saja banyaknya tempat yang sarat sejarah. Bahkan setiap tiang yang ada di bangunan semula masjid ini, masing-masing memiliki sejarah,

terkait nama-nama yang melekat padanya. Seperti Tiang Harum di kanan mihrab nabi, Tiang Aisyah, Tiang Abu Lubabah atau Tiang Taubat, yang letaknya berhadapan dengan Makam

Nabi, Tiang Sarir (Tempat Tidur) di mana dulu Rasulullah meletakkan tempat tidur saat beriktikaf. Tiang Mahras atau Pengawal, Tiang Wufud atau Utusan (tempat nabi dulu menerima

utusan-utusan Arab, Tiang Murabba' al-Kubur, dan Tiang Tahajud.

Itu yang di dalam masjid. Di luarnya pun, tapak-tapak sejarah masih menyisakan suasana tempo doeloe di tengah nuansa kekinian yang juga tak diabaikan.

Berjalanlah beberapa ratus meter dari depan masjid ke arah barat. Dalam jarak yang tidak terlalu jauh, akan dijumpai bangunan-bangunan lama berbentuk masjid. Itulah bangunan

bersejarah dengan nama masjid mengambil nama para sahabat Rasulullah SAW, seperti Abu Bakar Siddiq, Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab.

Masjid Abu Bakar Siddiq misalnya, tak jauh dari pagar masjid Nabawi. Karena sudah menjadi situs sejarah dan berusia lanjut, pintunya selalu tertutup dan dikunci. Beberapa bagian

bangunan sudah terlihat keropos dan terkelupas, namun menaranya masih berdiri kokoh. Di arah utaranya, berdiri masjid Ali bin Abi Thalib.

Sedikit melangkah arah ke selatan, kita akan tiba pula di masjid Al-Mushala atau dikenal juga dengan nama Al-Ghamamah (Awan). Dinamakan demikian karena diriwayatkan bahwa

setiap kali Rasulullah SAW melaksanakan salat di kawasan tersebut, awan akan senantiasa menaungi beliau dari sengatan matahari.

Masjid berwarna kelabu dan berkubah putih ini bernama Al-Mushala, berarti tempat salat dan di sekitar sinilah kerap digunakan dulunya sebagai tempat salat hari raya, juga untuk

tempat salat Istisqa (minta hujan).

Berjalan sedikit lagi arah ke barat, berjumpa pula dengan Masjid Umar bin Khattab, yang areal pagarnya dihiasi dengan belahan batang kurma dan di pucuknya digantungkan lampu

listrik yang menggunakan chasing lampu petromaks. Masjid Umar bin Khattab ini kondisinya pun tak jauh beda. Masih berdiri kokoh dengan kubah dan menaranya yang menjulang,

sementara dindingnya sudah keropos dan terkelupas di sana-sini. Sayangnya, ada di antara peziarah yang tidak dapat ikut menjaga kelestariannya, sebab ada juga yang iseng

membubuhkan coretan-coretan di dindingnya.

Tempat bersejarah lainnya yang juga berdekatan dengan masjid Nabawi adalah Pemakaman Baqi' di tenggara (kiri) masjid, berpagar tinggi, lazim diziarahi selepas subuh dan

sesudah Asar dan hanya boleh dimasuki kaum pria. Inilah tempat pemakaman bagi jamaah haji dan umrah yang wafat di Madinah. di sini pula bersemayam para syuhada dan

pahlawan Islam. Sedikitnya 10 ribu sahabat Rasulullah SAW dimakamkan di sini, termasuk makam para istri dan anak perempuan Rasulullah SAW, serta makam khalifah ketiga

Usman bin Affan.

Satu lagi tempat bersejarah yang kerap diziarahi adalah Jabal Uhud, sebuah bukit terbesar dan terpanjang di Madinah, yang terletak sekitar lima kilometer dari pusat kota. Di sinilah

dulunya terjadi perang sengit antara pasukan Islam dengan kaum musyrik yang akan menyerang Madinah, pada bulan Syawal tahun ketiga hijrah. Di sini tercatat sejarah penting di

mana ketidakdisiplinan membuahkan petaka. Pasukan muslim yang semula menang, mengabaikan pesan Rasulullah untuk tidak meninggalkan benteng pertahanan untuk ikutan

mengambil pampasan perang yang ditinggalkan tentara musuh. Akibatnya, benteng rapuh dan saat itulah musuh balik menyerang, pasukan muslim kocar-kacir dan di sinilah gugur

sebanyak 70 orang syuhada termasuk paman Nabi, Saidina Hamzah. Makam para syuhada itu kini berada persis di depan Bukit ar-Rumat, tempat dulu para pemanah mengambil

posisi.

Jangan lupa pula untuk berziarah ke sejumlah masjid bersejarah di sekitar Madinah ini. Masjid Quba' misalnya, yang terletak sekitar tiga kilometer dari pusat kota ke arah selatan.

Inilah masjid pertama yang dibangun dalam sejarah Islam yang diasaskan atas dasar taqwa dan iman yang padu. Istimewanya masjid ini, seperti sabda Rasulullah SAW yang artinya:

''Barangsiapa yang berwuduk di rumahnya kemudian pergi ke masjid Quba' untuk salat, akan mendapat ganjaran pahala seperti pahala menunaikan umrah.''

Satu lagi masjid yang punya sejarah penting adalah Masjid Qiblatain, yang terletak di tengah perkampungan Bani Salamah, di baratdaya Madinah. Namanya Qiblatain, artinya dua

kiblat, karena sejarah itulah yang padanya melekat. Di tempat inilah Rasulullah SAW mengubah kiblat salat dari Masjidil Aqsha ke Baitullah di Masjidil Haram. Itu terjadi pada satu

salat zuhur pada bulan ke-17 Rasulullah berada di Madinah. Saat salat baru dua rakaat, turun perintah Allah melalui wahyu pada surat al-Baqarah 144 untuk memalingkan arah

kiblat ke Baitullah di Masjidil Haram.

Itulah sebagian di antara banyak lagi sebenarnya tempat-tempat bersejarah yang layak dikunjungi dan diziarahi di Madinah Almunawwarah, yang juga terkenal dengan Kurma

Ajwah atau Kurma Nabi ini. Harganya tinggi, khasiat kurma yang dulunya langsung ditanam oleh tangan mulia Rasulullah SAW ini, juga tinggi. Jadi, jika memang penasaran,

berilah catatan tebal dalam agenda Anda untuk menempatkan Kota Madinah ini sebagai tempat kunjungan dalam waktu dekat, untuk beribadah, sekalian berziarah.***

Selengkapnya..