Selasa, 30 Desember 2008

Gaza Menangis








KORBAN KEBIADABAN ISRAEL

Kebiadaban Israel terhadap Palestina terus berlanjut. Selasa (30/12/2008) tentara Zionis ini kembali membombardir Gaza dan menurut Islamonline, masjid di Gaza juga menjadi sasaran kebrutalan Israel. Jumlah korban tewas di pihak Palestina hampir mencapai 400 orang, sementara ribuan lainnya cedera dan kritis. Lihatlah betapa anak-anak Palestina kembali harus berurai air mata dan darah, karena mereka terluka, mereka juga menjadi syuhada, atau hanya bisa meratap menangisi saudaranya yang menjadi korban kebiadaban tentara zionis. Sementara foto lainnya, warga di kam pengungsian Jaballa di Jalur Gaza, hanya dapat menatap dan meratap di tengah puing yang sebelumnya adalah bangunan sebuah masjid di tempat mereka mengungsi selama ini. Ini sebagian cuplikan foto dari berbagai sumber untuk kita dapat melihat dan merasakan bagaimana penderitaan warga Palestina yang entah kapan akan berakhir. Wallahu'alam..(amzar)







Selengkapnya..

Senin, 15 Desember 2008

Doa Pulang Haji




Doa Kembali dari Melaksanakan Ibadah Haji

(Dibacakan di Depan Rumah)



A’uzubillahi minasysyaitha nirrajim
Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Wassalatu wassalamu ‘ala asyrafil anbiyaa iwal mursaliin wa’ala aalihi washahbihi ajmaiin.


1. Allahumma ya Allah, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami bermohon kehadiratMu, dengan sepenuh hati dan harapan. Ampunillah dosa kedua ibu-bapak kami, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Berilah kepada mereka rahmat dan kasih sayangMu. Sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka menyayangi kami, ketika kami masih kecil dahulu. Yang mana nama-nama mereka itu, sesungguhnya engkaulah yang mengetahuinya, Ya Arhamarrahimiin.


2. Allahuma ya Allah, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Pengampun. Ampunilah dosa semua mereka yang hadir sekarang ini, baik dosa yang nyata dan tersembunyi, dosa yang sengaja dan yang tidak sengaja, dosa besar dan dosa kecil, karena engkaulah yang Maha Pengampun, Ya Ghafuurur Rahimiim.

3. Allahuma ya Allah, Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih. Kasihanilah kami. Terimalah amal ibadah kami. Tinggikanlah derajat kami. Berilah kami rezeki yang banyak dan halal serta penuh berkah, sehingga mereka yang hadir di sini dapat memenuhi panggilanMu untuk mengerjakan ibadah haji di tahun-tahun mendatang, Ya Arhamaarahimiin.

4. Allahuma ya Allah, Tuhan yang Maha Pengampun. Ampunilah dosa isteri atau suami kami serta anak-anak kami, dosa keluarga kami, dosa guru yang pernah mengajar kami, dosa orang-orang yang pernah berbuat baik kepada kami, dosa tetangga kami, dan dosa kaum muslimin dan muslimat, Ya Ghafuurur Rahimiim.

5. Allahuma ya Allah, Tuhan yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana. Sehatkan fisik kami, pikiran kami, pendengaran kami, karena engkaulah yang memberikan kesehatan itu, Ya Arhamarrahimiin

6. Allahuma ya Allah, Tuhan yang Maha Besar lagi Maha Bijaksana. Kami semua berlindung dnegan Engkau dari fitnah, dari kezaliman orang yang zalim terhadap kami dan dunia, dan juga kami berlindung kepada Engkau dari siksa kubur dan azab neraka. Ya Allah ampunilah segala dosa kami, terimalah tobat kami, kuatkan iman dan taqwa kami, berilah kami surga-Mu yang penuh nikmat dan jauhkan kami dari azab neraka yang mengerikan, ya Mujiibas sailiin.

Rabbana aatina fiddunnya hasanah, wafil akhirati hasanah, waqina azaban naar.
Walhamdulillai rabbil ‘alamiin…

Selengkapnya..

Jumat, 12 Desember 2008

Berita Foto 2



Obama's Family Moving to Washington

Saya tersenyum sendiri begitu membuka foto yang dikirimkan seorang rekan di Singapura lewat e-mail ini. Dia pun memberikan judul ''Obama's Family Moving to Washington.'' Ini hanya untuk lucu-lucuan, memang. Maklum, Barack Obama yang Januari 2009 ini bakal dilantik sebagai presiden baru Amerika Serikat menggantikan George W Bush, merupakan presiden terpilih pertama di negara tersebut yang berasal dari kalangan kulit hitam. Dari tumpukan orang yang berjejal di atas truk sarat muatan ini pun muncul balon komentar, seakan seruan dari kesemua penumpang truk ini yang menyerukan: ''OBAMA HERE I COME!'' Ada-ada saja...

Selengkapnya..

Kamis, 11 Desember 2008

Berita Foto 1




Pokoknya Sampai ke Makkah

BEGINILAH suasananya ketika musim haji di tanah suci. Untuk sampai ke Makkah setelah melaksanakan rangkaian ibadah di Arafah dan Mina, terutama mereka yang mengambil nafar awal. Jarak Mina dan Makkah yang hanya belasan kilometer, tak jarang harus ditempuh dengan waktu berjam-jam dengan kendaraan bus. Maklum saja, jumlah armada yang beribu-ribu, mengangkut jutaan jamaah di saat dan kesempatan yang sama, pada rute yang sama, menimbulkan kemacetan di banyak titik. Tak jarang, ada yang lebih memilih jalan kaki untuk kembali ke maktab di Makkah.

Jamaah dari wilayah Asia Barat ini, nampak dengan santainya menumpang di atas atap mobil, saat dipergoki sedang meluncur di kawasan Aziziyah, dalam perjalanan dari Mina menuju Makkah.(foto dan narasi: amzar)

Selengkapnya..

Selasa, 09 Desember 2008

Makkah Baru 3





Makkah dan Masjid Al Haram yang Sedang Ganti Total Wajah (3-Habis)
Kakbah Berpayung, Telanjang Kaki Tak Panas Lagi

Pembenahan Kota Makkah, terutama kawasan di sekitar Masjid Al Haram, tetap menjadikan Kakbah sebagai sentrum. Bahkan, kali ini ada pembenahan yang cukup revolusioner di sekitar bangunan kubus itu, sehingga jamaah lebih nyaman beribadah.



PERUBAHAN
total wajah Kota Makkah ini sebenarnya sudah lama direncanakan: 1989. Tapi, memang banyak pekerjaan perencanaan yang harus dilalui sehingga secara fisik, pembebasan tanahnya baru bisa dilakukan pada 2004.

Perencanaannya pun cukup hati-hati. Untuk menggusur peninggalan bersejarah, misalnya, sampai dilakukan pengecekan secara internasional. Termasuk penggusuran benteng Ajyad yang dibangun pada 1775 yang diprotes oleh Turki: ternyata bangunan itu tidak termasuk yang dilindungi UNESCO, badan PBB untuk urusan kebudayaan.
Meski begitu, pemerintah Arab Saudi tetap akan mengabadikannya dengan cara ini: membangun replika benteng itu. Hanya, replika itu tidak akan dibangun di tempat asalnya. Replika itu akan dicarikan tempat yang lebih terhormat dalam keseluruhan tata Kota Makkah yang baru.

Total ada enam proyek superblok di pusat Kota Makkah, yang berarti di sekitar Masjid Al Haram. Kalau di sebelah barat masjid ada superblok Jabal Omar, di sebelah timur masjid ada proyek superblok Jabal Khandama. Sebagaimana juga proyek Jabal Omar, superblok Jabal Khandama akan berupa bangunan-bangunan apartemen pencakar langit, hotel-hotel bintang lima, mal, dan segala macam keperluan orang hidup.



Kalau proyek Jabal Omar seluas 23 hektare, Jabal Khandama tiga kali lipatnya. Karena letak Jabal Khandama berdekatan dengan Jabal Kubes, berarti lokasinya di sekitar istana. Di lokasi ini memang ada istana yang khusus dipergunakan oleh keluarga kerajaan kalau sedang berada di Makkah. Istana ini berupa bangunan tinggi yang dari lantai tertentu bisa melihat Kakbah. Maklum, bangunan istana ini memang praktis menempel di Masjid Al Haram, dekat Babul Malik. Yang belum jelas adalah apakah istana ini termasuk yang harus digusur, karena lokasinya yang terlalu mepet masjid. Atau tetap dipertahankan karena bangunan itu sendiri masih relatif baru.

Enam proyek superblok baru inilah yang akan mengubah secara total wajah Kota Makkah. Juga mengubah pemandangan sekitar Masjid Al Haram. Maklum, lokasi enam proyek tersebut semuanya di sekitar masjid. Bahkan, menjadikan masjid sebagai sentrumnya.

Desain-desain tata kota di enam superblok itu juga dirancang secara terbuka. Layout proyek-proyek itu ditenderkan secara internasional. Juga antara satu proyek dan lima lain harus sinkron dan menjadi satu kesatuan perencanaan. Untuk mengikuti tender itu sudah ada pedoman dasarnya. Yakni, satu perencanaan tata Kota Makkah yang baru, yang disiapkan oleh perusahaan ahli tata kota modern dari Prancis: Atelier Lion. Berdasarkan konsep dasar itulah, peserta sayembara tata kota mengerjakan perencanaan detail enam proyek di sekitar Masjid Al Haram itu. Termasuk dua proyek utama: Jabal Omar dan Jabal Khandama di dekat Jabal Kubes itu.

Dengan enam superblok itu, gaya hidup penduduk Makkah akan berubah total. Dari kebiasaan lama tinggal di rumah-rumah biasa, menjadi berumah di apartemen-apartemen. Ini akan sama dengan apa yang terjadi di dunia Barat. Budaya rumah lama dengan tatanan khas Arabnya akan mengalami perubahan drastis. Dari wajah lahirnya, Kota Makkah masa depan akan terlihat seperti Kota New York atau Singapura.

Penataan Makkah memang boleh dibilang belakangan. Pemerintah kelihatannya lebih mendahulukan penataan Kota Madinah. Kota Madinah (tempat Nabi Muhammad SAW melanjutkan penyebaran agama sampai meninggal dunia) memang sudah sepuluh tahun terakhir ini terlihat sangat cantik. Taman-tamannya luas dan banyak pepohonan. Masjid Nabawi sendiri dibangun kembali dengan sangat cantiknya: termasuk kawasan sekitar masjid. Sistem toiletnya yang di bawah tanah itu bisa dibilang sempurna untuk memenuhi kebutuhan jutaan jamaah haji: bersih, modern, dan naik turunnya memakai eskalator.

Halaman masjidnya yang sangat luas, di samping bisa menampung banyak jamaah, juga menjadi landskap tersendiri bagi masjid itu. Tapi, memang masih ada kelemahannya. Kalau lagi musim panas, halaman itu silau dan membuat kaki yang menginjaknya belingsatan. Tahun ini semua kelemahan itu sudah dipecahkan: halaman itu dipasangi payung-payung raksasa dengan sistem buka tutup elektronik. Bahan-bahannya juga sangat luks sehingga terkesan sangat modern. Pada musim panas, halaman itu praktis berpayung. Sedangkan di musim sejuk, payung-payung itu menutup dan bentuk tertutupnya menjadi hiasan yang memperindah masjid.

Ide memayungi halaman Masjid Nabawi tersebut rupanya datang dari pengalaman masjid itu sendiri saat dilakukan pembangunan secara besar-besaran 20 tahun lalu. Di bagian dalam Masjid Nabawi, terutama yang menghubungkan bangunan lama dan baru, juga ada ruang tembus langit yang cukup luas. Ruang ini menjadi bagian dari masjid dan justru menjadi unsur ventilasi raksasa bagi masjid yang atapnya begitu masif.

Pada saat-saat tertentu, ventilasi ini ditutupi payung-payung. Di saat tertentu, seperti waktu malam atau pagi, payung-payung itu ditutup. Bentuk payung-payung penutup itu seperti hiasan interior tersendiri bagi masjid besar tersebut.

Rupanya dari situ pula pelajaran dipetik: di Makkah, di Masjid Al Haram, juga akan dipasang ”payung” serupa. Memang berada di pelataran sekitar Kakbah bisa memberikan suasana kerohanian yang khusus. Terutama pada jam-jam menjelang sahur di bulan puasa. Namun, di musim panas, terutama tengah hari, pelataran di sekitar Kakbah panasnya bukan main. Padahal, kita harus bertelanjang kaki di situ. Marmer pelataran itu memang sangat menyejukkan, tapi di puncak musim panas tetap saja luar biasa menyengatnya. Dengan pemasangan ”payung-payung” itu nanti, soal ini juga terpecahkan. Apalagi, secara desain payung itu sudah disesuaikan dengan lingkungan Masjid Al Haram, termasuk keberadaan Kakbahnya.

Melihat maket Masjid Al Haram berpayung, rasanya baik-baik saja. Artinya, tidak ada perasaan kebatinan yang terganggu kesuciannya oleh kehadiran benda-benda baru yang didesain indah itu. Entahlah bagi orang yang berpendapat bahwa Masjid Al Haram harus dipertahankan keasliannya karena merupakan tempat paling suci di mata umat Islam. (dikutip dari Laporan Anas Sadaruwan dari Makkah Dahlan Iskan dari Surabaya, di jpnn.com)

Selengkapnya..

Makkah Baru 2





Makkah dan Masjid Al Haram yang Sedang Ganti Total Wajah (2)
Monorel Rp60 T, Hanya Operasi 2 Hari Setahun


Transportasi haji di Makkah mulai musim haji tahun depan akan berubah total. Kerajaan Arab Saudi sedang menyiapkan moda transportasi massal yang sangat efisien dan ramah lingkungan, sehingga perjalanan ke Arafah saat puncak haji lebih nyaman.

PERJALANAN suci nan kolosal dari Makkah ke Arafah (via Mina dan Muzdalifah) secara tradisional yang terjadi kemarin adalah yang terakhir. Tahun depan caranya sudah berubah sama sekali: pakai monorel. Tidak ada lagi barisan bus yang menyemut, yang hanya bisa beringsut-ingsut dengan kecepatan 5 km/jam, bahkan lebih sering berhenti sama sekali. Kalau mau, masih bisa berjalan kaki untuk jarak sejauh 20 kilometer itu.


Begitu musim haji tahun ini selesai, proyek monorel dari Makkah, Mina, Muzdalifah, dan Arafah itu langsung dimulai. Dalam 10 bulan proyek ini harus sudah selesai, sehingga bisa dipakai dalam musim haji tahun depan. Rel kereta itu akan dibangun di atas tanah dengan tiang-tiang penyangga setinggi antara 5 sampai 10 meter, bergantung pada keadaan setempat. Jumlah relnya empat lajur: dua berangkat, dua kembali. Biaya proyek ini jangan kaget: Rp 60 triliun.

Perubahan itu tentu sebuah revolusi dalam pengaturan perjalanan haji. Zaman dulu, semua orang tentu berjalan kaki atau naik onta. Lalu, ketika jumlah orang naik haji terus bertambah, diadakanlah pengangkutan bermotor. Tiap tahun jumlah bus terus ditambah: tahun lalu sudah mencapai 25.000 bus.

Busnya pun dua macam: ada yang bus biasa, ada juga yang tidak pakai atap. Maklum, ada yang menganggap bahwa dalam perjalanan suci ini, tidak boleh naik kendaraan yang beratap. Hajinya tidak sah. Ini mengikuti pedoman lama bahwa dalam perjalanan itu hubungan antara manusia dan Tuhan yang di langit harus langsung: tidak boleh ada pembatas. Demikian juga ketika menjalani ritual puncak haji, yakni setengah hari berjemur di padang Arafah, tidak boleh berada di bawah tenda.

Meski kian tahun jumlah tenda kian banyak (bahkan ada yang ber-AC), masih juga banyak yang menganggap ibadah seperti itu tidak diterima Tuhan. Belum ada informasi apakah monorel yang menghubungkan Makkah dan Arafah nanti juga dua jenis: monorel beratap dan yang tidak beratap. Atau semuanya saja beratap sehingga yang berpendapat “beratap tidak sah” bisa memilih cara lama: berjalan kaki.

Kami pernah berjalan kaki ketika memimpin rombongan anak-anak muda dari Jawa Pos Group. Berangkat dari Makkah pukul 4 sore, tiba di Arafah pukul 23.30. Sepanjang perjalanan ramainya bukan main. Kalau lagi lelah dan hampir putus asa, kami selalu melihat wanita tua yang masih kuat meneruskan jalan kaki. Di sepanjang jalan itu banyak sekali kaki lima yang berjualan segala macam makanan dan minuman: teh, kopi, Coca-Cola, air putih, dan berbagai kue. Berjalan kaki, asal tidak kelelahan, bisa lebih cepat daripada naik bus. Maklum, lebih dari 2 juta orang harus berangkat dari tempat yang sama, menuju tempat yang sama melalui jalan yang sama. Hanya, jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki tidak sama. Di suatu tempat jarak dua jalan ini agak berdekatan (sekitar 500 meter) sehingga kami bisa melihat betapa macetnya kendaraan bermotor di jalur sana. Kadang jarak kedua jalur ini berjauhan sehingga kami hanya bisa melihatnya samar-samar.

Salah satu kelemahan menggunakan kendaraan bermotor adalah ini: kendaraan tidak bisa tiba di Arafah sesuai batas waktu: sebelum pukul 12.00 di Hari Raya Haji. Setiap tahun ada saja ribuan jamaah yang “terlambat” seperti itu, yang menurut keyakinan banyak orang, sebenarnya membuat ibadahnya tidak sah.

Tahun depan, dengan menggunakan monorel, perjalanan selama 6 sampai 10 jam itu bisa dipersingkat menjadi tinggal satu jam! Monorel ini akan berhenti di beberapa stasiun sesuai jadwal yang sudah ditetapkan. Termasuk berhenti di beberapa titik di mana konsentrasi perumahan penduduk sangat padat.

Mengelola perjalanan yang hanya 20 kilometer ini memang luar biasa sulit dan ketat. Maklum, semua perjalanan yang menyangkut jutaan orang itu harus sudah selesai dalam dua hari. Meski sudah ada yang melontarkan ide agar musim haji jangan hanya sekali setahun, toh tidak ada yang bisa memulai. Maklum, di luar musim haji, padang Arafahnya sendiri ditutup. Kuncinya dipegang petugas pemerintah Arab Saudi yang beraliran Wahabi. Yakni, aliran yang beranggapan bahwa musim haji hanya boleh dilakukan di bulan haji seperti selama ini. Kami pernah berumrah bersama tokoh agama dari Indonesia yang sudah nekat mau berhaji di luar musim haji. Tapi, sampai di sana tidak bisa melakukan niatnya itu. Terbentur soal teknis seperti bagaimana harus membuka pintu gerbang padang Arafah.

Maka bisa dibayangkan, monorel senilai Rp 60 triliun itu pun dalam satu tahun praktis hanya akan digunakan dua hari! Selebihnya entah mau diapakan. Kecuali untuk jalur Makkah-Mina yang di sekitarnya masih ada penduduknya. Namun, untuk jalur Mina–Muzdalifah dan Muzdalifah–Arafah, praktis tidak ada manusia yang tinggal di sana. Kami pernah ke Muzdalifah dan Arafah di luar musim haji: benar-benar hanya padang pasir. Di Mina masih ada bangunan hotel kecil-kecil dengan AC window yang terlihat dari luar, tapi semua bangunan itu kosong. AC-nya, selama setahun, juga hanya dinyalakan dua hari di musim haji. Padahal, saat musim haji, bisa mendapatkan emper hotel itu saja sudah beruntung. Terutama kalau bisa mampir buang air kecil.

Modernisasi infrastruktur di Makkah (Makkah bahasa Mandarinnya: Mei Jia yang artinya “rumah indah”) dan sekitarnya tentu akan membawa perubahan besar perilaku jamaah haji. Kian berat saja tugas pembimbing haji: bukan saja bagaimana menggunakan toilet di pesawat, tapi juga bagaimana kelak tinggal di kamar ber-AC dengan fasilitas modern. Termasuk bagaimana tata-cara naik monorel yang serbaotomatis. Jamaah haji kita, bisa-bisa semakin terlihat keterbelakangannya.

Modernisasi infrastruktur transportasi untuk rakyat kecil, sebaiknya memang diutamakan dengan dua tujuan: pelayanan modern untuk rakyat kecil (jangan hanya yang kaya yang bisa hidup modern), dan menambah rasa percaya diri sebagai bangsa.

Dengan perubahan wajah kota Makkah secara total kali ini, citra pusat Islam itu memang akan ikut berubah. Termasuk keterbukaan pikiran umat yang sudah ke sana. Hilangnya sumur zamzam di dalam Masjid Al Haram, misalnya, ternyata diterima juga akhirnya. Pelataran dalam Masjid Al Haram kini lebih luas dan lapang. Bangunan sumur zamzam itu kini sudah dibongkar sama sekali: diratakan. Air sumur zamzam itu dialirkan secara modern ke tempat lain: orang bisa memperoleh air zamzam di tempat yang baru itu, yang letaknya jauh dari masjid. Maka kalau dulu ada jamaah yang merasa lebih sempurna kalau berwudu dengan air zamzam di tempat asalnya itu, kini terpaksa “mengalah” terhadap modernisasi. (dikutip dari laporan ANAS SADARUWAN, Makkah dan DAHLAN ISKAN, Surabaya, di jpnn.com)

Selengkapnya..

Senin, 08 Desember 2008

Makkah Baru 1




Makkah dan Masjid Al Haram yang Sedang Ganti Total Wajah (1)
Makkah pun Jadi Super-Modern

Megaproyek perluasan Masjid Al Haram yang menghabiskan dana ratusan triliun rupiah akan membuat wajah Kota Makkah berubah total. Meski harus kehilangan banyak warisan sejarah, kota suci itu akan menjadi superblok modern yang memberi kenyamanan ekstra kepada para tamu Allah. Terutama saat musim haji.

MAKKAH sedang melakukan face-off: Masjid Al Haram akan diperbesar, areal tawaf di sekitar Kakbah ditutup dengan pelindung, puluhan apartemen pencakar langit sedang diselesaikan, hotel-hotel bintang lima sedang ditambahkan, mal-mal baru dikebut, jalur kereta cepat dari Jeddah dipersiapkan langsung sampai ke Al Haram, monorel dibangun untuk menghubungkan 3M (Makkah-Muzdalifah-Mina), kereta cepat dipersiapkan untuk menghubungkan Jedah-Makkah-Madinah.




Dan banyak lagi: terowongan, terminal, gedung parkir, plaza, eskalator perkotaan, pertamanan.... semua serbabaru. Dua tahun lagi, 2010, sebagian proyek raksasa itu sudah terlihat. Dan semuanya akan sempurna pada 2020.

Penataan Makkah kali ini dilakukan secara total, terencana, dan tidak tambal sulam. Pembuatan konsep perencanaannya saja memerlukan biaya Rp 100 miliar! Kali ini, perubahan Makkah tidak tanggung-tanggung. Langsung dirancang untuk memenuhi kebutuhan masa depan secara sempurna.

Tidak boleh ada sedikit pun yang menghambat: bangunan yang masih baru pun harus dibongkar. Gunung batu yang keras pun diiris, dipotong, dan digali. Peninggalan sejarah tidak dipedulikan. Protes tidak dilayani. Termasuk dari pemerintah Turki yang mempersoalkan dihancurkannya benteng Ajyad. Inilah benteng yang dibangun pada 1775 yang sangat berjasa dalam mempertahankan Kota Makkah. Yakni, benteng yang dibangun ketika Makkah masih di bawah pemerintahan Turki Osmani.

Pokoknya, apa pun yang berada di atas tanah seluas 23 hektare itu harus dikosongkan. Yakni mulai Makkah Hotel, kanan kirinya sampai ke belakang. Kawasan ini mencakup wilayah yang disebut Jabal (Gunung) Omar, yang bentuknya berupa gunung batu yang sangat keras. Selama ini di lereng-lereng dan di atas gunung itu penuh dengan bangunan rumah yang kalau musim haji sangat laris untuk disewakan. Jamaah haji pun harus turun naik gunung ketika pergi atau pulang dari masjid. Tentu juga harus melewati lorong-lorong kecil yang menanjak dan menikung.

Semua bangunan itu sudah dua tahun ini hilang. Sudah digusur empat tahun lalu. Di situlah akan dibangun perumahaan modern, berupa apartemen pencakar langit sebanyak 40 tower (menara). Menara-menara itu dijajar kiri kanan dalam posisi seperti setengah melingkar. Di antara dua jajaran tower itulah disediakan ruang kosong yang bisa dipakai sembahyang untuk 200.000 orang. Pengeras suara tersambung dengan pengeras suara Masjid Al Haram.

Di areal ini juga dibangun pertokoan, termasuk showroom. Sekitar 4.500 toko tersedia di situ. Juga 3.000 showroom. Kendaraan yang bisa ditampung mencapai 12.000, satu penambahan yang luar biasa dibanding tempat parkir sekarang yang hanya muat 570 mobil. Di ujung superblok ini dibangun satu ”pintu gerbang” yang wujudnya gedung pencakar langit kembar, seperti di Kuala Lumpur itu. Masing-masing 50 tingkat.
Kalau kawasan 23 hektare ini sudah jadi, maka berada di plaza ini akan merasakan sensasi luar biasa: menghadap dan memandang ke keagungan Masjid Al Haram yang letaknya agak di bawah sana. Kalau malam, tentu lebih menakjubkan karena pencahayaan lampunya yang seperti tanpa batas. Proyek Jabal Omar, kalau sudah jadi, bisa saja terasa lebih menonjol daripada Masjid Al Haram. Namun, karena desainnya yang menjadi satu kesatuan, tidak akan ada kesan pembandingan seperti itu. Jabal Omar juga bisa disebut bagian dari Masjid Al Haram.

Seluruh biaya untuk membangun kawasan 23 hektare ini saja sekitar Rp 250 triliun. Yang membangun adalah perusahaan swasta bernama Jabal Omar Development Company (JODC). Untuk merealisasikan proyek ini, perusahaan itu langsung go public di bursa saham Arab Saudi. Waktu masuk pasar modal, yang menjadi underwriter adalah sebuah anak perusahaan bank swasta setempat: Al Bilad. Auditornya adalah perusahaan keuangan Amerika Serikat, Ernst & Young. Sebanyak 30 persen saham perusahaan ini dilepas di pasar modal. Sisanya milik beberapa pengusaha terkemuka, seperti Abdul Rahman Faqeeh dan Bin Laden. Faqeeh juga dikenal sebagai pengusaha pertama dan terbesar yang bergerak di bidang rumah potong hewan dan ayam. Belum lama ini Faqeeh membangun rumah potong ayam besar-besaran. Empat buah sekaligus di empat kota. Ini karena ada aturan baru di Arab Saudi (bahasa Mandarinnya: shada alabo) tidak boleh lagi mengangkut ayam hidup dari satu kota ke kota lain.

Meski harus berhenti selama musim haji hari-hari ini, proyek Jabal Omar benar-benar dikebut. Kontraktor readymix-nya, misalnya, sampai harus membangun dua pabrik pencampur semen sekaligus, khusus untuk melayani satu proyek ini saja. Maklum, proyek ini sehari saja memakan semen yang sudah diaduk kerikil 11.000 ton. Sang kontraktor juga harus mampu mengirim semen adukan itu secara konstan 24 bulan penuh.
Tentu bisa dibayangkan, dengan wajah Makkah yang baru seperti itu, apakah masih akan ada tempat bagi orang-orang dari Indonesia yang selama ini naik haji sambil berjualan nasi bungkus dari satu pondokan ke pondokan yang lain. Dan, kalau monorel 3M sudah berjalan, bagaimana nasib para penjual teh susu atau kopi di sepanjang jalan yang menghubungkan tiga wilayah itu, yang umumnya juga dari Indonesia?
Juga tidak tahu lagi di mana tempat para pedagang kaki lima yang selama ini menawarkan barang apa saja dengan berteriak: fatimah, hamsa real, fatimah, hamsa real! (Ibu, lima real, Ibu lima real!). (dikutip dari Laporan ANAS SADARUWAN, Makkah
dan DAHLAN ISKAN, Surabaya, di jpnn.com)

Selengkapnya..

Kamis, 04 Desember 2008

New Jeddah Airport

Bandara Haji Baru untuk Jeddah




OMA di Timur Tengah: Office for Metropolitan Architecture sudah mendesain pelabuhan udara internasional yang baru untuk Jeddah di Arab Saudi



Terletak antara Jeddah dan Makkah, bandara ini akan melayani dua juta jamaah yang akan menunaikan rangkaian ibadah haji ke Makkah selama musim haji. Bandara ini juga akan dilengkapi terminal khusus Keluarga Kerajaan Saudi.



Terminal utama berbentuk lingkaran dengan oasis di tengahnya dan didisain sedemikian rupa untuk menanggulangi membludaknya jumlah kedatangan jamaah selama musim haji. Sedangkan terminal milik Kerajaan bentuknya lebih kecil.



Menurut OMA, Jeddah INTERNATIONAL AIRPORT yang baru ini memang disiapkan secara khusus untuk aktifitas selama 33 hari setahun yang supersibuk selama musim haji, yang menjadi pusat pelayanan menyambut dua juta jamaah haji mancanegara sebelum menuju Makkah.



Tak ada bandara lain di dunia yang seperti itu kekhususan penggunaannya. Itu sebabnya bandara ini secara khusus memerlukan kajian tersendiri, baik di segi pengaturan bandaranya sendiri, maupun arsitekturnya.



Bandara memiliki dua ukuran: terlalu besar dan terlalu kecil. Pada prinsipnya selalu dihadapkan pada kemungkinan untuk kelak akan sampai pada keperluan mendesak untuk diperluas, sesuatu yang tidak dapat ditebak. Ini akan menggiring kepada analisis akurat untuk menentukan ukuran bandara yang paling tepat. Untuk tujuan inilah dimungkinkan untuk menciptakan bentuk bandara terbuka yang permanen.



Sebagai sebuah bandara khusus haji, Bandara Internasional Jeddah yang baru menghadirkan situasi unik: perluasannya diberi kekhususan, dikaitkan dengan tingkat kesibukkannya yang hanya terjadi di momen tertentu untuk lama waktu tertentu pula. Segala kemungkinan ini mengharuskan bentuk pelabuhan udara Jeddah yang baru ini mendapatkan tingkat kekhususan tersendiri, berbeda dibanding bandara 'biasa'.



Beda dengan bandara umum, di sini yang lebih besar adalah fasilitas untuk kedatangan jamaah.Di sini, terminal keberangkatan secara umum ditempatkan di 'tempat besar dan mewah' di atas (kebanyakan di bawah atap bergelombang) dan terminal kedatangan terletak di bawah, yang akan memudahkan pengumpulan bagasi dan urusan administrasi lainnya bagi jamaah mancanegara.***

Selengkapnya..

Selasa, 02 Desember 2008

Genta Melayu

(Materi ini merupakan pemikiran yang ditulis oleh CEO Riau Pos Group H Rida K Liamsi dan sudah dipublikasikan di Opini harian Riau Pos Pekanbaru terbitan Senin-Selasa (1-2 Desember 2008), setelah beberapa hari sebelumnya didedahkan pertama kali ke publik dalam sebuah forum pertemuan di kediaman budayawan Riau Tennas Effendi)


Gerakan Sejuta Melayu (Genta Melayu)

Oleh H Rida K Liamsi


Dasar Pemikiran

DI Riau sampai saat ini jumlah masyarakat miskin masih cukup besar, masih sekitar 32 persen dan sebagian besar yang berada di bawah garis kemiskinan itu adalah masyarakat Melayu, diperkirakan 60 persen dari total masyarakat miskin tersebut. Selain kemiskinan struktural, geografis, dan kwalitas SDM, juga kemiskinan terhadap akses ekonomi, baik produksi, pasar maupun finansial. Sehingga sangat sulit untuk mengembangkan berbagai sektor kehidupan lain, termasuk pendidikan dan kebudayaan yang menjadi prasarat utama untuk mengatasi masalah kemiskinan itu. Secara historis masyarakat Melayu Riau adalah tuan di negeri ini, namun dalam banyak asfek mereka terpinggirkan, karena lemah dalam bargaining power, terutama dalam bidang ekonomi.


Era otonomi sebenarnya telah memberi masyarakat Melayu Riau kesempatan membangun kekuatan terutama dalam bidang sosial politik dan pemerintahan dan ini merupakan modal utama untuk membangun sinergi ke depan yang lebih baik, karena hampir semua elit politik dan pemerintahan di Riau dikuasai oleh para tokoh Melayu Riau. Mereka adalah para pembuat keputusan strategis yang bisa memutih dan menghitamkan masyarakat Melayu.

Karena itulah era otonomi ini seharusnya dapat didayagunakan secara maksimal agar semua peluang yang ada, khususnya di bidang ekonomi, dapat dimanfaatkan untuk memberdayakan masyarakat Melayu Riau, baik dalam upaya membangun semangat kewirausahaan, maupun membangun komunitas bisnis yang tangguh. Karena secara historis, masyarakat Melayu adalah masyarakat perdagangan dan Riau pernah menjadi salah satu pusat perdagangan penting di kawasan ini.

Namun, pemberdayaan itu hanya dapat dilakukan secara maksimal apabila mereka dapat memperoleh cara dan kekuatan yang mendekatkan mereka pada penguasaan terhadap aset-aset ekonomi strategis secara bertahap, terencana dan berkelanjutan, melalui institusi ekonomi yang andal dan professional, untuk membangun masa depan masyarakat Melayu Riau yang lebih kuat dan tangguh, serta mampu bersaing. Ini adalah visi dan misi ideal yang harus terujud dan menjadi tanggung jawab bersama masyarakat Melayu Riau.

Untuk mewujudkan visi dan misi ideal ini, perlulah dilakukan upaya menghimpun dan membangkitkan semangat masyarakat Melayu Riau yang ada dan mendayagunakan semua potensi yang ada ke dalam satu strategi pemberdayaan ekonomi yang lentur dan dapat bersinergi dengan kekuatan ekonomi masyarakat Melayu serantau lainnya yang sudah maju dan kukuh, seperti masyarakat Melayu Malaysia dan lainnya, untuk membangun kekuatan ekonomi bersama, minimal di kawasan ASEAN ini, sebagaimana diamanatkan Visi Riau 2020. Harus ada kemauan politik yang memberi porsi yang adil kepada mereka dalam akses kepada potensi dan peluang ekonomi yang ada, sepertti kebijakan pemerintah Malaysia yang memberi 30 persen porsi ekonomi dan keuangan serta peluang lainnya kepada masyarakat Melayu disana sebagai ujud pengakuan akan hak dan keistimewaan mereka sebagai penduduk asal negeri itu.

Gebu Minang (Gerakan Seribu Minang) adalah model yang patut dicontoh dalam upaya menggerakkan semangat dan menyinergikan potensi masyarakat suatu kaum/ etnik dan masyarakat Melayu Riau dapat mengambil model ini sebagai inspirasi dengan memodifikasi dan merevitalisasi semangat budaya Melayu ke dalam sebuah gerakan yang berteraskan gerakan ekonomi. Gebu Minang itu ternyata telah menjadi konsep dan strategi pemberdayan ekonomi masyarakat cukup andal, terutama dalam membangun dan membangkitkan solidaritas masyarakat untuk memerangi kemiskinan.

Dengan semangat yang berbeda dan obsesi yang lebih fokus, masyarakat Melayu di Riau dapat meujudkan gerakan yang sama, yang dapat dinamakan Gerakan Sejuta Melayu (Genta Melayu), yaitu sebuah gerakan yang berupaya menyatukan semua potensi dan kekuatan orang Melayu Riau, untuk bersama-sama membangun sebuah kekuatan ekonomi, bagi membangun hari depan masyarakat Melayu yang lebih baik.

Berbagai wacana untuk memajukan masyarakat Melayu Riau ini memang sudah pernah diketengahkan. Saat ini yang diperlukan adalah implementasi, actions dari semua wacana itu, maka Genta Melayu ini, adalah sebuah action, sebuah langkah nyata, dan diujudkan dengan niat, inilah saatnya, inilah momentumnya. Saat ini, menyebut kata Melayu, menggunakan icon Melayu sebagai semangat, dan mengusung Melayu sebagai konsep dan bahkan kehendak agar Melayu menjadi sebuah kekuatan dan komunitas sah di negeri ini, bukan lagi sebuah kejahatan yang harus ditakuti, atau dihukum.

Visi Misi dan Esensi Gerakan

Genta Melayu atau Gerakan Sejuta Melayu ini adalah gerakan ekonomi untuk menghimpun dan menyatukan potensi masyarakat Melayu untuk membangun satu kebersaman, khususnya di bidang ekonomi, dimana hasil dari sinergi tersebut akan diujudkan dalam suatu institusi bisnis, yang dikelola secara profesional, dengan misi: Dengan kekuatan ekonomi, membangun masyarakat Melayu yang lebih maju dan tangguh.

Dengan visi dan misi yang demikian itu, maka Genta Melayu adalah simbol dari keinginan dan semangat masyarakat Melayu Riau untuk secara bersama membangun kekuatan ekonomi yang dimiliki masyarakat Melayu, agar dapat digunakan secara maksimal. Dengan demikian pengertian Genta Melayu itu dapat berarti:

Pertama, gerakan sejuta orang Melayu yang akan menghimpun potensi baik dana maupun SDM untuk mendirikan sebuah institusi bisnis yang kelak akan menjadi payung dalam membangun dan mengembangkan kemampuan ekonomi orang-orang Melayu Riau, baik dalam bentuk holding company atau sebuah incorporated.

Kedua, gerakan sejuta Melayu itu juga berarti gerakan yang coba mengajak setiap orang Melayu yang mampu untuk menginvestasikan minimal Rp1.000.000 dana mereka untuk menjadi modal bagi mendirikan sebuah institusi bisnis yang kelak akan menjadi holding bagi memayungi usaha-usaha yang dikembangkannya untuk membangun kekuatan ekonomi masyarakat Melayu Riau.

Ketiga, gerakan sejuta Melayu itu dapat juga berarti tiap orang Melayu, khususnya Melayu Riau dapat menginvestasikan dananya seberapapun, yang akan dihimpun dalam satuan-satuan unit modal, sehingga akan menjadi modal bagi mendirikan sebuah institusi bisnis yang akan menggerakkan potensi dan peluang yang dimiliki, bagi memberdayakan masyarakat Melayu di masa depan.

Dengan niat yang demikian itu, dengan visi dan misi ideal seperti itulah, Genta Melayu itu dimulai, dan akan diupayakan menjadi salah satu langkah strategis bagi memperbaiki dan memberdayakan masyarakat Melayu yang ada, khususnya di Riau dan sekitarnya.

Model Institusi dan Struktur Bisnis:

BAGAIMANA konsep dan gerakan ini akan dilaksanakan? Karena, gerakan ini adalah gerakan yang berorientasi ekonomi dan bisnis, serta bukan gerakan politik, maka organisasi usaha dan pola pengembangannya tentulah harus mengacu pada konsep dan pengembangan ekonomi dan bisnis. Harus dikelola dengan semangat bisnis dan investasi serta sebagai tulang punggungnya. Hal itu akan ditandai dengan:

Pertama, institusi bisnis yang akan didirikan adalah sebuah badan usaha yang paling mungkin melibat masyarakat Melayu yang lebih banyak sebagai stake holder-nya. Institusi bisnis seperti itu, sebaiknya berbentuk Perseroan Terbatas (PT), sebuah badan hukum usaha yang sudah sangat teruji dan menjadi salah satu bentuk badan hukum usaha yang dilindungi dengan undang-undang.

Kedua, pemegang sahamnya adalah sejumlah orang yang mewakili masyarakat Melayu yang ada di Riau yang jumlahnya diatur sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, terutama undang-undang Perseroan Terbatas dan Undang-undang penanaman modal dan pasar modal.

Ketiga, bidang usaha yang akan dikembangkan diutamakan adalah usaha yang bersifat mempercepat proses pemberdayaan kemampuan, baik manajemen, maupun kapital, serta kebijakan mempercepat proses penguasaan aset-aset strategis:

Pertama, bidang konsultasi bisnis dan keuangan, yang tujuannya akan menjadi sarana bagi membantu dunia usaha orang-orang Melayu agar dapat berkembang secara lebih sehat, ekonomis dan profesional.

Kedua, bidang keuangan dan sekuritas, yang tujuannya akan menjadi institusi keuangan yang akan digunakan bagi penyediaan sumber investasi bagi kalangan dunia usaha masyarakat Melayu Riau, terutama yang bergerak sebagai usaha kecil dan menegah, baik dalam bentuk lembaga keuangan (BPR, Ventura, dan lainnya), maupun instrumen pasar modal dan pasar uang, dan lainnya

Ketiga, bidang perdagangan umum, yang fokus pada penyediaan pasar bagi produk dari dunia usaha masyarakat Melayu Riau dalam bentuk pengumpulan, penggudangan, pengolahan, packing dan ekspor dan lainnya agar semua produk yang dihasilkan dapat diserap dan dipasarkan.

Keempat, bidang support & service, yang tujuannya menjadi lembaga yang akan membantu dunia usaha masyarakat Melayu dalam bentuk penyediaan jasa dukungan berupa sarana penyewaaan alat-alat berat, transportasi, mobilitas proyek dan lainnya.

Kelima, bidang infrastruktur, perkebunan, properti dan lainnya, yang berskala besar agar dapat ikut serta dalam memanfaatkan peluang pembangunan infrastruktur, dan lainnya di daerah Riau.

Keenam, bidang penjaminan dan asuransi, yang tujuannya menjadi lembaga penjamin dan penanggung resiko terhadap perusahaan-perusahaan masyarakat Melayu yang memerlukan dukungan jaminan dan asuransi usaha mereka.

Ketujuh, pusat pelatihan, pendidikan bisnis, riset dan teknologi, yang tujuannya menyiapkan SDM masyarakat Melayu yang andal dalam dunia bisnis, para entrepreneur Melayu yang tangguh dan sanggup bersaingan dengan kelompok masyarakat/etnis lainnya.

Kedelapan, bidang media dan ICT (Informasi, Komunikasi dan Telekomunikasi) untuk membangun akses komunikasi dan informasi bagi kesiapan masyarakat Melayu memasuki era perubahan dan globalisasi.

Modal, Saham dan Lainnya

Dengan konsep dan strategi bisnis yang sudah dikemukakan di atas, maka sejak dari awal institusi bisnis atau perusahaan yang akan didirikan itu adalah perusahaan yang sejalan dengan semangat gerakan sejuta Melayu itu, yang bukan hanya dapat diimplementasi dalam aktivitas bisnis, tetapi juga pada aktivitas sosial lainnya, yang kelak dapat mencerminkan bagaimana masyarakat Melayu merespon perubahan-perubahan sosial, poilitik, kebudayaan dan ekonomi di luar komunitasnya. Karena itu dasar pemikiran yang melatarbelakanginya juga harus visioner dan moderen. Untuk itu misalnya:

Pertama, idealnya modal dasar holding Rp100 miliar, dengan modal setor Rp25 miliar. Ini dapat dicapai secara bertahap dalam masa 5 sampai 10 tahun. Meskipun untuk awal pendirian perusahaan cukup dengan modal dasar Rp10 M dan modal setor Rp2,5 M.

Kedua, perusahaan akan dikembangkan dengan model semi publik, dengan menghimpun pemegang saham di bawah 300 pemegang saham, atau idealnya 250 pemegang saham. Tiap pemegang saham dapat mewakili satu pemilik saham atau kolektif atas nama beberapa pemilik saham, maksimum 500 pemilik saham. Dengan nilai nominal per lembar saham Rp1.000, berarti waktu didirikan saham yang disetor sejumlah Rp2,5 miliar atau 2,5 juta lembar saham. Bukti setoran saham diberikan dalam bentuk sartifikat saham kolektif per pemilik saham.

Ketiga, pada waktu didirikan, idealnya pemegang saham awal 25 pemegang saham, sehingga tiap pemegang saham memiliki 100.000 lembar saham atau Rp100 juta dan perusahaan sudah dapat didirikan jika minimal sudah ada dua pemegang saham yang menyetorkan modal. Ini untuk memudahkan gerakan perusahaan dan tidak diributkan berbagai struktur bisnis yang cenderung kurang terkendali, atau justru hanya sebagai wacana yang “panas-panas tahi ayam“.

Keempat, dalam perkembangan, para pemegang saham awal/pendiri dapat menjadi pemegang saham kolektif/pemegang saham jangkar, yang memegang saham atas nama sejumlah pemilik saham, yang maksimum jumlahnya 100 pemilik saham. Tetapi, saham yang sudah disetor, dapat saja dilepas kembali/dijual kepada pihak lain atau kepada badan/perhimpunan yang menghimpun atau membina komunitas Melayu, seperti Dewan Perniagaan Melayu, Perhimpunan Pengusaha Melayu Riau dan lainnya, baik badan yang sudah ada, maupun yang dibentuk kemudian oleh perusahaan untuk menampung saham-saham yang dikembalikan.

Kelima, nilai saham yang dilepas atau dijual kembali setelah satu tahun, ditetapkan minimal 110 persen dari nilai saham awal. Nilai saham ini bisa lebih tinggi jika dalam perkembangannya perusahaan maju dan memiliki nilai equitas yang lebih tinggi. Bagi pemegang saham sponsor/pendiri, saham yang disetorkan, sekurang-kurangnya harus ditempatkan selama dua tahun, baru dapat dilepas atau dijual kembali dan bagi pemegang saham bukan pendiri, saham yang disetor sekurang-kurangnya ditempatkan selama satu tahun, baru dapat dijual/ dilepaskan kembali dengan imbal minimal.

Keenam, yang berhak menjadi pemegang saham dan pemilik saham di perusahaan induk adalah masyarakat Melayu Riau dimanapun dia berada.

Bentuk Usaha dan Pengembangan

Bagaimana sebaiknya pola operasional dan struktur perusahaan yang dapat dikembangkan, mengingat kemampuan modal perusahaan juga sangat terbatas?

Pertama, perusahaan yang didirikan didisain sebagai sebuah Holding Company (Perusahaan Induk) Yang operasional, dan bukan perusahaan holding yang hanya jadi pemegang saham atas nama, yang kadang hanya diberikan saham goodwill, 10 persen, tetapi dilecehkabn.

Kedua, operasional usaha, selain dilakukan oleh perusahaan induk, juga akan dilakukan oleh anak-anak perusahaan, baik yang dibentuk sebagai badan hukum tersendiri yang baru, maupun dengan mengakuisisi perusahaan-perusahaan lain yang potensial dan strategis serta prospektif.

Ketiga, kepemilikan saham pada anak-anak perusahaan dapat dilakukan/ dimiliki pihak kedua/ lain/ mitra, namun holding minimal harus menguasai 51 persen. Jika belum memungkinkan karena keterbatasan modal, holding dapat menjadi minoritas dengan kepemilikan minimal 15 persen saham. Dan dalam perjanjian kemitraan, harus diupayakan agar pada waktu tertentu, saham dapat dimiliki holding minimal 51 persen atau menjadi saham pengendali.

Keempat, sepanjang dalam operasional belum dimungkinkan didirikan anak perusahaan, maka akan dilakukan melalui unit-unit atau divisi usaha. Kelak setelah cukup baik akan dikembangkan sebagai anak perusahaan yang berdiri sendiri. Holding akan berperan sebagai penentu kebijakan pengembangan perusahaan, strategi jangka panjang dan melakukan evaluasi dan kontrol yang rutin terhadap anak-anak perusahaan.

Kelima, holding harus berperan serta dan menjadi mitra strategis dunia usaha di daerah, khususnya dengan Pemda, agar dapat menjadi motor penggerak bagi suksesnya Visi Riau 2020 di bidang ekonomi.

Keenam, holding harus menjadi mitra strategis bagi dunia usaha masyarakat melayu dimana saja dan membangun sinergi usaha, baik manajemen, maupun kapital.
Ketujuh, holding dan anak perusahaan harus menjadi perusahaan yang moderen dan terbuka, dengan menjadikan pasar modal sebagai target perkembangan ke depan, agar dapat dikelola secara terbuka, sehat dan taat aturan.

Penutup

Demikianlah pokok-pokok gagasan dan model implementasi bisnisnya sebagai salah satu upaya untuk memberdayakan masyarakat Melayu Riau dalam bidang ekonomi. Sebagai ikhtiar, daripada kita hanya mengeluh dan berpangku tangan. Tak ada yang akan berubah, kalau kita tidak hendak mengubahnya. Konsep dan model Genta Melayu ini, bukan hanya cocok diimplementasikan di Riau saja, tetapi juga dapat dilakukan di daerah lainpun yang menjadi basis masyarakat, para penjunjung kebudayaan dan tradisi Melayu.

Kebersamaan ini akan dapat mewujudkan sinergi bisnis, investasi dan jaringan bisnis lainnya. Sebenarnya, dalam masalah ekonomi dan bisnis, makin ramping organisasi kita, maka makin besar peluang untuk maju. Makin besar kepercayaan kita berikan kepada pengelolanya, makin cepat institusi ini akan maju dan berkembang. Kunci dari sebuah bisnis itu adalah Kepercayaan atau “Trust”. Bagi masyarakat Melayu, inilah inti dari hubungan kemasyarakatannya. Dan itulah moral yang selalu diajarkan di dalam berbagai aspek budayanya.

Sebuah nama yang business like, dapat saja menjadi kekuatan penyatu, kekuatan penerobos, dan pembangkit semangat, dan tentu dalam strategi untuk memperoleh respon pasar yang luas. Karena itu, nama-nama perusahaan yang akan didirikan, juga diharapkan sangat Melayu minded, dan Melayu maju. Beberapa nama yang ditawarkan adalah PT Genta Melayu Bersatu, PT Genta Azam Berjaya, PT Genta Semangat Maju, PT Genta Azam Serantau, PT Genta Harapan Serantau, dan lainnya yang bussines like.

Demikianlah wacana ini dikembangkan. Dan 28 November lalu, gagasan ini telah disampaikan di depan forum dialog “Upaya Memberdayakan Ekonomi Pengusaha Ekonomi Serumpun“ di kediaman tokoh Melayu Riau Tenas Effendi, dalam pertemuan yang diselenggarakan pihak Tenas Effendi Foundations, dan DPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPPMI) Riau. Forum itu meskipun sangat terbatas, tetapi merupakan gong bagi dimulainya kampanye Gerakan Sejuta Melayu (Genta Melayu) ini. Tinggal kita mewujudkannya.

Ini memang dimulai dari sebuah langkah kecil, sebuah kebijakan mikro. Tapi kalau gerakan demikian ini dapat dilakukan di berbagai tempat yang menjadi jantung gerakan Melayu baru, seperti di Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kalimantan Barat, dan juga di Malaysia, maka akan menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa besarnya, dan menjadi pilar bisnis yang cukup potensial bagi membangun hari depan ekonomi masyarakat Melayu. Dia akan menjadi sebuah “dinosaurus bisnis“, dia akan jadi semacam “Khazanah Corp“, dimana harkat dan martabat orang Melayu tegak dan dihormati. Semogalah!***


Rida K Liamsi,
CEO Riau Pos Group dan
RIC Group.

Selengkapnya..