Gadis Mati Dilahirkan
Lagi Lewat Kloning
LONDON - Dokter di pusat kesuburan Amerika Serikat mengklaim telah berhasil mengkloning 14 embrio manusia dan mentransfer 11 di antaranya ke rahim empat perempuan kemarin. Pengakuan mencengangkan itu disampaikan Dr Panayiotis Zavos dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Kamis (23/4).
Dr Panayiotis Zavos mengatakan kepada koran Inggris Independent, timnya telah berhasil memproduksi pengkloningan embrio tiga orang yang telah mati, termasuk seorang gadis berusia 10 tahun bernama Cady yang tewas dalam tabrakan mobil di AS. Sel darah Cady dibekukan dan dikirimkan kepada Zavos. Proses kloning itu direkam dalam sebuah video di sebuah laboratorium rahasia di Timur Tengah.
Zavos mengakui mendapat tekanan berat saat akan membuat bayi kloning Cady. Sebab, dia tidak yakin bisa menghasilkan bayi kloning yang sehat. Namun, Dr Zavos mengaku mengabaikan tekanan itu karena pada saat yang sama mendapat banyak permintaan kloning dan semuanya serius. "Aku mendapatkan permintaan tiap hari. Tapi, syaratnya kloning hanya satu-satunya harapan terakhir yang tersisa. Kami tidak tertarik mengkloning Michael Jordans (bintang basket)," kilahnya. Dia menolak efek buruk kloning pada hewan seperti cacat kelahiran, serta ukuran bayi yang lebih besar. Menurut dia, efek itu sudah dapat dikurangi.
Dr Zavos adalah warga AS naturalis dan memiliki klinik kesuburan di Kentucky dan Cyprus tempat dia dilahirkan. Dia bersikeras, usaha serius untuk menghasilkan bayi kloning dari sel kulit orang tuanya akan terwujud. "Tidak ada keraguan dan aku bukan satu-satunya yang akan mewujudkan itu. Kloning akan terjadi," katanya.
Meski menghadapi tekanan kuat dan kemungkinan larangan pemerintah untuk memiliki anak lagi dari kloning, ibu Cady mengaku bahagia dengan upaya Dr Zavos menghidupkan lagi anaknya. "Ini seperti akhir dari sebuah penantian, melihat Cady dalam bentuk bayi lagi," ujar perempuan yang identitasnya disembunyikan itu. (jpnn.com)
Kamis, 30 April 2009
Kloning
Kamis, 23 April 2009
Kembaran Bumi
Astronom Temukan Kembaran Bumi
MIRIP BUMI : Sebuah gambar rekaan artis European Organisation for Astronomical Research menunjukkan citra Planet 'e'. Planet yang mirip dengan planet Bumi ini berjarak 192 triliun kilometer dari Bumi. Foto: AP
HATFIELD - Planet ''kembaran'' bumi ditemukan oleh astronom Eropa. Itu disampaikan dalam konferensi pers oleh Michel Mayor, ahli astrofisika Universitas Hertfordshire, Jenewa, dalam European Weeks ilmu astronomi dan luar angkasa Selasa (21/4).
Planet baru yang diberi nama Gliese 581 e itu diperkirakan memiliki potensi kehidupan dan memiliki laut yang luas. Dilansir Associated Press Rabu (22/4), selama ini telah ditemukan empat planet yang kondisinya mirip bumi. Terakhir pada 2007 ditemukan planet Gliese 581 d. Letaknya lebih dekat dengan Yupiter. NASA menyebutkan, ukurannya bisa lebih dari 1.000 kali permukaan bumi.
Gliese 581 e berukuran 1,9 kali ukuran bumi. Sayang, letaknya lebih dekat dengan matahari yang membuatnya terlalu panas untuk dapat ditinggali. Mayor menambahkan bahwa jaraknya bisa 20 tahun cahaya dari permukaan bumi.
''Penemuan ini luar biasa,'' tutur Geoff Marcy, kompetitor Mayor dari University of California, Berkeley, melalui e-mail seperti yang dilansir Associated Press.
Meski Gliese 581 e terlalu panas untuk ditinggali, penemuan tersebut menunjukkan bahwa alam terdiri atas beberapa planet kecil dalam jumlah banyak. Galaksi berisi 10 miliar planet kecil, bumi termasuk salah satunya. Sedikitnya 350 planet ditemukan di luar sistem tata surya, namun kondisinya kerap ekstrem untuk dihuni. Kebanyakan terlalu jauh atau terlalu dekat dari matahari. Letak itu membuat planet terlalu panas atau dingin. (jpnn.com)
Sabtu, 11 April 2009
Tangan Kosmik
Tangan Kosmik yang Menjangkau Cahaya
INDAH - Ketika 'bintang sekarat' bernama PSR B1509-58 beraktivitas, dan kebetulan berada di dekat awan gas bernama RCW 89, maka pemandangan indah dan menarik ini pun bisa terlihat, sebagai satu dari jutaan peristiwa di luar angkasa sana. Foto: P. Slane, et al./NASA/CXC/SAO.
WASHINGTON DC - Bintang-bintang pulsar adalah bintang yang kecil dan bisa disebut hampir mati, namun masih punya kekuatan besar. Bintang-bintang jenis ini, biasanya berputar dengan kecepatan tinggi dan menerangi sekelilingnya, kerapkali dengan cahaya-cahaya indah bak tampilan siluman. PSR B1509-58 adalah nama bagi salah satu bintang jenis itu, yang diberikan oleh badan antariksa AS, NASA.
Sebagaimana ditulis Space.com beberapa waktu lalu, dan dikutip oleh Yahoo, Selasa (7/4), PSR B1509-58 sebenarnya sudah lama dianggap tidak aktif karena kehabisan "bahan bakar", dan berubah menjadi bentangan ruang udara dengan diameter sekitar 12 mil saja. Namun yang menarik, berdasarkan sebuah gambar terkini dari observatorium Chandra X-Ray milik NASA, "mantan" bintang itu baru saja menghadirkan pemandangan unik yang luar biasa.
Berkas sinar X bertenaga tinggi dari sebuah nebula di sekitar PSR B1509-58, telah menghasilkan cahaya berwarna biru, yang berkembang menjadi bentuk serupa tangan kosmik raksasa yang seolah tengah menjangkau berkas sinar kosmik merah abadi. Kini, bintang pulsar tersebut tengah berputar "gila-gilaan" dengan kecepatan tujuh putaran per detik - sebagaimana lazimnya rotasi bintang sejenis - dan melepaskan energi ke sekeliling yang akhirnya menghadirkan pemandangan itu.
Bidang magnetik yang sangat kuat, 15 trilyun kali lebih kuat daripada bidang magnetik bumi, diperkirakan juga ikut mempengaruhi. Kombinasi kekuatan itulah yang mengarahkan angin berenergi penuh elektron dan ion, bergerak menjauh dari bintang pulsar tersebut. Dan saat elektron-elektron melintasi nebula magnetik itu, mereka menyebarkan radiasi energinya dalam bentuk sinar X.
Sementara itu, cahaya merah itu sendiri sebenarnya adalah awan gas yang lokasinya cukup berdekatan, bernama RCW 89, yang diberi energi hingga berpendar oleh "jari-jari tangan"-nya nebula PSR B1509-58 tersebut. Demikian penjelasan dari para astronom sejauh ini.
Pemandangan ini membentang sepanjang kurang lebih 150 tahun cahaya (1 tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam satu tahun yakni sekitar 6 trilyun mil atau 10 trilyun km, Red) itu, berjarak sekitar 17 ribu tahun cahaya dari bumi. Artinya lagi, apa yang bisa terlihat sekarang itu, sebenarnya adalah apa yang terjadi pada 17 ribu tahun cahaya yang lalu, yang berkas cahaya (gambarnya) baru bisa ditangkap sekarang oleh lensa buatan manusia.(ito/JPNN.com)