Kamis, 29 Mei 2008

Tips Haji 3


Kenali Lokasi, Lebih Banyak Jalan Kaki

SELAMA berada di tanah suci, terutama di Makkah dan Madinah, jamaah akan lebih banyak beraktifitas di luar, akan selalu bergerak dengan mobilitas tinggi, dari subuh sampai tengah malam. Lebih banyak dengan berjalan kaki.

Jadi, ya harus siap dengan fisik yang selalu fit. Selain itu, tak kalah pentingnya adalah cepat beradaptasi dengan keadaan sekitaran, cepat mengenal lokasi. Ini akan menggampangkan jamaah untuk bergerak lebih leluasa, terutama untuk aktifitas yang lebih praktis dan efektif bila dilakukan sendiri-sendiri, tidak berkelompok.


Di Makkah, misalnya. Jamaah Indonesia, termasuk dari Riau sudah mengetahui daerah-daerah yang menjadi lokasi pemondokan selama di sana. Untuk jamaah haji dari Riau, antara lain akan menempati pemondokan di kawasan Syieb Amir, Jarwal, Haffair, Aziziyah, Bakhutmah, Misfalah, Jiyad Masafi, Jiyad Sud, Jumaizah, Jiyad Birbarillah, Syamiah dan sebagainya.

Umumnya lokasi-lokasi tersebut tidak terlalu jauh dari Masjidil Haram. Mungkin yang lumayan jaraknya adalah di Aziziyah, lebih dari 1,5 km atau paling jauh dua kilometer lah. Bahkan untuk menuju Masjidil Haram, jamaah harus melewati terowongan Dahmasyah. Rata-rata memang, jalan di sana datar dan rata. Pas bertemu bukit, dibikin terowongan. Sehingga jarang ditemui jalan raya yang menanjak tajam berliku ke ketinggian bukit.

Toh, kalau memang belum hafal di awal-awal, tersedia angkutan bagi jamaah yang pemondokannya jauh. Kalau pun tersesat misalnya, jangan panik, karena posko petugas Indonesia juga banyak, untuk meminta bantuan.

Pengalaman tahun lalu, tidak begitu banyak jamaah yang tersesat, tak ingat jalan mana untuk pulang ke pemondokan. Disarankan kepada jamaah untuk mengenali betul ciri-ciri lokasi yang dilewati. Sebab, lazimnya jamaah keluar pemondokan saat hari masih terang dan pulangnya sudah malam. Kalau tidak kenal ciri lokasi, bisa saja kerepotan untuk sampai ke pemondokan sendiri.

Penulis sendiri, saat berhaji tahun lalu, alhamdulillah mendapatkan lokasi pemondokan di kawasan Syieb Amir, tepatnya di Al Jenadria Hotel di distrik As-Sulaymaniyah. Kalau dihitung-hitung, jaraknya sekitar 900 meter dari Masjidil Haram. Tahun ini pun, lokasi ini masih sebagai kawasan pemondokan sebagian jamaah dari Riau. Jaraknya akan terasa sangat dekat karena saat akan berangkat ke Masjidil Haram, kita akan menelusuri jalan yang menurun, melintasi bawah jalan layang, lalu masuk ke kawasan pasar, melintasi Masjid Kucing, belok kiri lalu jalan sekitar 300 meter melintasi Pasar Seng, sudah sampai di Masjidil Haram, persis berhadapan dengan pintu Bab As-salam. Atau bisa juga melewati jalan satu lagi, melintasi masjid Jin belok kiri, sudah terlihat menara Masjidil Haram.

Begitu juga dari kawasan pemondokan lainnya, seperti Jarwal, Haffair, Misfalah, dan Bakhutmah. Mungkin hanya satu-dua hari saja kita perlu ada yang membimbing, sampai kemudian dengan mempelajari sungguh-sungguh, akan menjadi terbiasa ditelusuri. Apalagi, umumnya, dalam waktu kapan pun kita bepergian, selalu akan berpapasan dengan jamaah lainnya yang saban waktu berangkat ke Masjidil Haram, tak pernah sepi, apalagi di musim haji.

Hanya saja, seperti banyak tausiyah yang kita dengar sebelum-sebelumnya, di sana memang kita tidak perlu berbusung dada. O, gampang itu, mudah itu, ah tak akan sesat lah! Percayalah, kalau masih dibawa juga perilaku seperti itu, bisa jadi kesulitan memang akan kita jumpai. Ya, tetaplah dalam keadaan tawaduk, sabar, rendah hati dan ikhlas, insya Allah, semua akan terjalankan dengan aman, nyaman, dan malah mengasyikkan, serta nikmat. Jangan pula abaikan perilaku saling tolong-menolong, dan selalu berdoa sepenuh keyakinan, keimanan dan taqwa.

Bagi yang lokasi pemondokannya mungkin agak jauh, memang mestinya diatur penggunaan waktu. Kalau memang tidak perlu betul, tak usahlah sering-sering bolak-balik ke pemondokan. Misalnya zuhur ke Masjidil Haram, ya pukul sepuluh mestinya sudah berada di sana. Banyak jamaah yang baru pulang ke pemondokannya lagi setelah salat Isya. Atau paling tidak pulang setelah Asar, lalu ke Masjid lagi menjelang Magrib sampai isya.

Kendati tidak pulang seharian ke pemondokan, toh banyak fasilitas yang tersedia di sekitaran Masjidil Haram. Toilet misalnya, tersedia ribuan jumlahnya. Paling luas lokasinya dekat Pasar Seng, dua tingkat ke bawah tanah. Selain untuk bersuci, juga tersedia kran untuk mandi sepuasnya. Jadi kalau misalnya mau mandi pun, jamaah tinggal bawa handuk. Untuk berwuduk, juga disediakan khusus. Kendati sudah sangat banyak, toh jika memaanfaatkannya di saat jam sibuk, terutama mendekati waktu salat fardu, harus bersabar antre. Dan anda akan terbiasa mendengar pintu kamar mandi digedor-gedor dari luar oleh jamaah negara lain, yang lazimnya tak sabaran menunggu antrean.

Juga untuk urusan makan, tak perlu susah-susah. Jangan pula ditahan-tahan selera tu. Sebab, kondisi fisik yang bugar senantiasa diperlukan agar ibadah kita juga bisa berjalan lancar. Jamaah dapat mengatur waktu untuk mengisi perut di antara waktu-waktu salat. Aneka masakan tersedia baik di restoran maupun kedai-kedai makan. Tak perlu heran jika di merata tempat Anda akan disapa dalam bahasa Indonesia, untuk singgah di warung-warung yang menyediakan menu khas Indonesia.

Di Pasar Seng, ada warung bakso Si Doel, sup ayam, nasi soto, bakwan, tempe goreng dan jajanan tradisional lainnya, tinggal pilih. Rata-rata tarifnya antara lima sampai limabelas riyal, sudah komplit dan kenyang. Kalau rajin mencari, kita tidak akan kesulitan soal makanan, karena sudah banyak orang Indonesia menggelar warung di sana. Di lantai dasar Sofitel misalnya, tak jauh dari pintu Marwa, ada warung soto Mang Oedin yang selalu ramai dengan aneka pilihan makanan khas Indonesia dengan sistem swalayan.

Intinya, Anda tak perlu lah repot-repot memikirkan makanan di sana sampai harus membawa-bawa menu khusus dari tanah air segala. Yang terbiasa dengan makanan siap saji juga tersedia banyak di sana. Contohnya di kawasan plaza persis di depan gerbang utama King Abdul Aziz Gate atau gerbang nomor 1. Ada KFC, ada teh tarik plus donat, ada pizza dan sebut saja apa makanan-minuman siap saji favorit anda, semua ada. Makanan khas dari Asia Selatan juga gampang ditemukan penjualnya, di sekeliling Masjidil Haram. Ada Martabak, daging cincang, kare, dan sebagainya

Yang paling banyak dan gratis, sudah pasti adalah air zam-zam. Lokasinya tersebar di merata tempat, sejak dari semua sudut di luaran kompleks Masjidil Haram, sampai di banyak tempat di dalam Masjidil Haram, dari basement sampai di lantai puncak, ada yang dingin, ada yang segar. Cangkir kertas memang tersedia dalam jumlah yang sangat cukup, namun sebaiknya anda membawa botol khusus bekas tempat air mineral dengan kantong khusus. Membawanya gampang disampirkan seperti tas, Anda juga tidak perlu bolak-balik ke lokasi zam-zam. Ini penting, sebab, di dalam Masjidil Haram, tempat selalu diperebutkan, sehingga jika Anda tinggalkan sebentar saja untuk mengambil air zam-zam, tempat akan diisi orang lain.

Jadi begitulah, jika memang ingin seharian di Masjidil Haram pun, tak masalah karena semua seakan serba gampang, serba tersedia. Tak ingin ke luar masjid pun, nyaman beriktikaf di dalam dengan serangkaian ibadahnya. Ingin mengaji, kitab Quran tersedia dalam jumlah yang cukup di seantero masjid. Banyak jamaah yang mengkhatamkan Quran selama berada di Makkah!(amzar)

Jarak Antar Kota dalam Perjalanan
Ibadah Haji di Arab Saudi

No Dari Tujuan Jarak

1. Jeddah ------> Makkah 107 km
2. Jeddah ........ Madinah 425 km
3. Madinah ....... Bir Ali 12 km
4. Bir Ali ........ Makkah 486 km
5. Makkah ........ Arafah 25 km
6. Muzdalifah ..... Mina 5 km
7. Mina ........... Makkah 7 km
8. Makkah ......... Madinah 500 km
9. Madinah ........ Madinatul Hujjaj 460 km
10. Makkah ......... Tan'im 6 km
11. Makkah ......... Ji'ronah 15 km
12. Makkah ......... Jabal Tsur 6 km
13. Makkah ......... Taif 120 km
14. Makkah ......... Madinatul Hujjaj 75 km
15. Madinah ........ Badar 138 km
16. Madinah ........ Jabal Uhud 5 km
17. Madinah ........ Masjid Quba 5 km

Tidak ada komentar: