Jumat, 13 Juni 2008

Sporemed

Mengapa Berobat ke Singapura?

SINGAPURA, siapa yang tak kenal, termasuk fasilitas pelayanan kesehatannya. Sudah bukan rahasia jika pasien dari Indonesia, terutama mereka dari kalangan berduit dan orang ternama, kerap memilih negara pulau tersebut sebagai destinasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Kendati sudah begitu dikenal, ternyata mereka tidak pernah berhenti melakukan sosialisasi, menjemput bola ke sana-sini, dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Indonesia adalah salah satu pasar potensial yang terus mereka lirik. Tak heran, ketika di Medan, 25-27 Mei 2007 lalu dilaksanakan International Medical Expo, rumah sakit-rumah sakit Singapura ikut ambil bagian.


Mereka datang dengan tim yang solid di bawah payung Singapore Medicine, sebuah agen pemerintah berganda di bawah dukungan Economic Development Board, Singapore Tourism Board dan International Enterprise Singapore.

''SingaporeMedicine ini secara khusus bertujuan membangun dan mempromosikan Singapura sebagai pusat medis di Asia, dan untuk membuat pelayanan kesehatan Singapura yang berkelas dunia dengan mudah dapat diakses oleh pasien internasional,'' kata Iesyen Wijaya, Executive Western Indonesia-International Operations, Singapore Tourism Board kepada wartawan di Medan, pekan lalu.

Sudah punya nama, dan masih juga gencar berpromosi, menjadikan Singapura semakin dikenal sebagai pusat pelayanan kesehatan terkemuka di Asia Pasifik. Makanya tak heran jika setiap tahunnya lebih dari 300 ribu orang pasien internasional datang ke negara pulau itu untuk memperoleh aneka pelayanan kesehatan.

Ada yang sekadar mengecek kesehatan, atau menjalani operasi mata, bedah jantung dan otak, juga ada yang ke sana untuk pengobatan kanker. Tahun 2005 saja, tercatat 374 ribu orang dari seantero dunia datang ke sana untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang berkualitas.

Khusus expo di Medan yang sudah keempat kalinya mereka ikuti, Singapura menyertakan sejumlah grup rumah sakit kenamaan, seperti Parkway Group Healthcare (Gleneagles Hospital, Mount Elizabeth Hospital, dan East Shore Hospital), National Healthcare Group (Alexandra Hospital, National University Hospital, Tan Tock Seng Hospital), Raffles Hospital, Thomson Medical Centre, dan The West Clinic Execellence Cancer Centre.

Thomson, untuk Wanita dan Anak

Fenny Ng, Assistant Manager Marketing Thomson Medical Center, mengklaim mereka adalah yang terbaik untuk pelayanan kesehatan wanita dan anak-anak. Khusus pasien dari Indonesia, kata Fenny, umumnya menginginkan pelayanan terkait masalah fertilitas dan bayi tabung, sampai ke masalah terapi awet muda dan estetis.

Dijelaskan, dalam menangani pasangan dari luar Singapura, para ahli fertilitas di sana menjalin kerja sama dengan dokter yang biasa menangani mereka di negara asalnya.

Semacam kolaborasi. Awalnya, pasien dievaluasi menyeluruh atas rujukan dokternya, dan dapat kembali ke dokter yang akan menindaklanjuti program di negara asal. Pasien kemudian kembali ke Singapura untuk menjalani program tahap akhir, sebelum kembali ke negaranya.

Praktis, dalam dua bulan terapi fertilitas, pasien hanya perlu berada di Singapura paling lama dua pekan untuk tahap akhir, dengan satu-dua kunjungan di tahap awal.

Fenny juga bercerita bahwa 70 persen dari pasien internasional yang datang ke Thomson Medical Centre berasal dari Indonesia. ''Secara umum yang paling dominan terkait masalah
fertilitas dan terapi awet muda,'' kata Fenny, yang dengan tegas menyebutkan bahwa penyebab utama infertilitas di Indonesia --dari konsultasi pasien yang datang-- adalah rokok!

Raffles Hospital, One Stop Specialist

   Lain lagi penjelasan Puteri Suman, Assistant Manager Hospital Marketing-International Raffles Hospital. Selain menguraikan tentang spesialisasi Raffles di bidang Orthopedi, Puteri juga membanggakan penerapan konsep ''one stop specialist centre'' nya. ''Di sini, setiap klinik spesialis memiliki bagian pendaftaran, pengambilan obat dan pembayaran masing-masing. Ini untuk mempermudah pasien dan mempercepat proses pelayanan kesehatan,''bebernya.

   Di Raffles Hospital, kata Puteri, para spesialis bekerja sebagai sebuah tim dalam perawatan pasien dengan pendekatan holistic. ''Kami menyebutnya group practice agar pasien mendapatkan perawatan dan pelayanan prima dari tim medis dan non medis yang berkualitas tinggi,''jelasnya.

  Kerja sama tim ini di antaranya telah berhasil memisahkan sepasang kembar siam Korea yang bertaut di daerah pelvis dan vertebra bagian bawah. Pendekatan tim secara multidisipliner -- antaranya spesialis bedah syaraf, bedah anak, bedah plastik, obstetric dan ginekologik, urology, bedah ortopedik, spesialis anak dan anastesi, dan 50 staf bantuan medis lainnya-- berperan penting dalam keberhasilan itu, sehingga bayi kembar tersebut berhasil dipisahkan dan dapat pulang ke Korea bersama orangtuanya.

NHG, untuk Kasus-kasus Akut

  Simak pula penjelasan Steven Mok, manager National Healthcare Group (NHG), yang punya empat rumah sakit kenamaan. Dikatakannya, tahun lalu sedikitnya 50 ribu orang pasien internasional datang ke mereka untuk penanganan kesehatan, khususnya terkait keluhan penyakit kanker, jantung dan mata. Dua fasilitas utama grup ini, National University Hospital
(NUH) dan Tan Tock seng Hospital (TTSH), adalah rumah sakit kasus-kasus akut dengan total lebih 2.000 tempat tidur, 10 unit intensive care dengan beragam spesialisasi, serta 43 ruang operasi, plus ruangan high dependency dan isolasi dengan kamar-kamar bertekanan negatif.

   ''Kami mengerti mereka yang sakit dan meninggalkan kenyamanan rumah untuk mendapatkan pertolongan di luar negeri adalah pengalaman yang tidak menakutkan. Pengalaman kami menangani pasien internasional membuat kami paham bagaimana membuat mereka merasa diterima dan nyaman seperti di rumah,''kata Steven yang memberi penjelasan
dalam bahasa Inggris.

Parkway, Punya Semua Spesialisasi

  Arifin Ng, Senior Manager Corporate Marketing, Parkway Group Healthcare ini pun tak mau kalah dalam memaparkan keunggulan grupnya, yang mengoperasikan rumah sakit Mount Elizabeth, Gleneagles dan East Shore. ''Kami punya untuk semua spesialisasi, tidak hanya kanker,''ujarnya.

  Secara khusus ia menceritakan dengan bangga bagaimana kesuksesan melakukan transplantasi hati (liver) dari donor hidup yang diambil sebagian hatinya untuk dicangkokkan ke pasien, tahun 1995, sebagai yang pertama di Asia Tenggara. Artinya, keterbatasan donor tidak lagi menjadi penghalang untuk transplantasi liver, karena sejak itu teknologi sudah membuktikan, tidak lagi harus mengambil organ hati dari orang yang sudah meninggal dunia.

  Ini prestasi Gleneagles Hospital dan juga National University Hospital. Artinya, kini pasien dengan penyakit liver stadium akhir memiliki pilihan lebih banyak selain menunggu untuk ketidakpastian donor dari orang yang telah meninggal.

  Lazimnya, operasi donor memerlukan waktu 6-8 jam dan pendonor harus tinggal di rumah sakit selama sepekan. Transplantasi memerlukan waktu 8-10 jam dan penerima donor diharuskan tinggal di rumah sakit sekitar tiga sampai empat pekan.

''Sejauh ini kami menangani rata-rata 30 pasien per tahun untuk transplantasi hati. Ada dari Indonesia, India dan Pakistan,''jelas Arifin Ng.

The West Clinic, Spesialis Kanker

   Penjelasan menarik juga dikemukakan Alexander Mutak, Marketing Manager Lisa Medical Colsultancy. Lelaki energik ini memaparkan keunggulan The West Clinic Execellence Cancer Centre Singapura sebagai cabang pertama di luar AS sebagai rujukan dan penanganan Semua jenis penyakit kanker.

   ''Di sini dipakai standar Amerika Serikat untuk penerapan dan penanganan medis, khususnya kanker. Tim medis di sini dapat melakukan tele-medicine dengan kantor pusatnya di Amerika,'' kata Alex.

 Menurutnya, keistimewaan The West Clinic antara lain berkolaborasi dengan 150-an spesialis/peneliti kanker terkemuka kelas dunia dan menentukan penanganan/pengobatan terbaik untuk setiap jenis kanker, seperti payudara, prostat, kolon, esophagus, lambung, otak, kepala/leher, leukemia, hepar, ovarium, pancreas, Rectum, dan sebagainya.

Kata-kata menarik dikutipnya dari Dr Steven Tucker, Direktur Medik The West Clinic. ''Kini pasien dapat hidup lebih lama bersama kanker yang seakan merupakan penyakit kronis
seperti kencing manis atau penyakit tekanan darah tinggi. Penderita tidak lagi meninggal karena kanker, melainkan meninggal bersama kanker.''(amzar

Tidak ada komentar: