Ke Bawah Laut, Ada Bajak Laut!
Kami masuk lewat jalan darat, melintasi jembatan. Hanya beberapa menit, sudah berada di resor pulau seluas hampir 400 hektare ini.
Banyak wahana persiaran di sini, taman wisata, resor tropis, cagar alam, dan pusat budaya semua digabung menjadi satu. Namun hanya beberapa yang kami singgahi. Pertama adalah Underwater World, menikmati kehidupan satwa bawah laut langsung di habitatnya.
Pengunjung hanya berdiri, lalu wahana yang dipijak akan bergerak menyusuri lorong-lorong akuarium raksasa. Ikan-ikan penghuni samudera melintas di depan, di samping dan di atas kepala, terlihat jelas karena kita berdiri di bawah sungkup kaca transparan.
Ada juga yang dipromosikan namun tak sempat disinggahi yakni Dolphin Lagoon untuk menemui si lumba-lumba merah muda yang lucu dan berbagai satwa laut menarik lainnya. Atau, saksikan lebih dari 2,500 kupu-kupu dari 50 spesies lebih, serta serangga aneh lainnya seperti serangga berwajah manusia, serangga batang, lipan raksasa, kalajengking, dan kumbang badak di Butterfly Park dan Insect Kingdom.
Sensasi paling heboh dipijat ratusan ekor ikan kecil, juga dirasakan di sini. Namanya fish reflexology. Pengunjung di sini juga antre, baik yang sawo matang maupun bule. Kaki dibasuh dulu, lalu dilap, sebelum duduk di bibir kolam memasukkan kaki sebatas betis ke dalam air. Sekejap saja, ikan-ikan kecil asal Turki dengan nama spesies Garra rufa itu datang menggelitik sekujur kaki, membuang segala kulit mati hingga kaki mulus kembali.
‘’Makin banyak ikannya, berarti kakinya makin bau tu,’’seloroh Pak Amin, pemandu kami.
Beranjak sedikit dari Underwater World, kami dibawa ke teater empat dimensi, Sentosa 4D Magix. Jennifer Wong, Manager Sales & Marketing wahana ini, antusias menjelaskan keunggulan sinema empat dimensi pertama di rantau Asia Tenggara tersebut. Kebetulan siang itu yang disajikan adalah film bajak laut The Pirates.
Dengan dilengkapi kaca mata khusus, penonton seakan berada di tengah-tengah lokasi yang ditonton. Ketika pelakon tercebur ke laut, muncratan air juga mengenai penonton. Atau saat diserang kawanan lebah, seakan lebahnya juga dekat dan sangat dekat dengan penonton, yang kadang-kadang ikut terhentak karena kursi juga bergerak seiring efek gerak-kejut di film. Adegan di laut pun memberi efek karena hembusan angin laut juga dirasakan penonton. Atau hunusan pedang sang bajak laut yang seakan dekat dengan leher kita. Seru lah pokoknya. Pantangannya, tak boleh diabadikan dengan kamera. Ya itu tadi, ntar kecipratan air.
Antrean juga terjadi saat akan menaiki Tiger Sky Tower, yang akan membawa kita selama tujuh menit menikmati pemandangan kota Singapura dan kawasan sekitarnya, termasuk nun di sana, Pulau Batam. Wahana yang naik secara vertikal ini dapat menampung sampai 72 orang dalam kabin nyaman berpendingin. Di ketinggian 131 meter di atas permukaan laut inilah terlihat kesibukan membangun kawasan baru di Pulau Sentosa ini, yakni kawasan wisata terpadu, yang di sana juga terdapat kasino.
Turun dari Sky Tower, sensasi lain sudah menunggu. Meluncur dengan kendaraan khas, luge namanya. Ada stang pengendali, untuk mengurangi kecepatan, rem, belok kiri-kanan, plus helm pengaman. Mereka mengklaim, inilah luge pertama di Asia Tenggara. Setengah go-cart, setengah toboggan, tapi memberi keseruan lengkap, luge adalah sebuah kendaraan berdasar gravitasi yang seru dan aman bagi semua usia. Dengan sistem mengemudi dan pengereman yang unik, memungkinkan Anda berjalan sesantai atau seheboh apapun sesuka Anda.
Di terminal sana, peserta ‘’racing’’ ini sudah ditunggu untuk diangkut dengan kereta kabel terbuka (sky-ride), melintasi puncak-puncak pohon, kembali ke garis start tadi.
Sebelum meninggalkan Pulau Sentosa, kami juga diajak memasuki lorong-lorong sejarah Singapura, di Image of Singapore. Di bangunan tiga bagian ini, kisah-kisah itu diceritakan ulang melalui patung-patung, diorama, animatronik serta efek-efek khusus, sejak zaman baheula hingga era terkini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar