Senin, 26 Mei 2008

Ke Cina 1

Catatan Perjalanan ke China (1)
Masuk Canton Fair, Berlagak Jadi Buyer

Banyak sudah yang menulis tentang China, namun tetap tersisa sisi lain yang menarik, apalagi setelah melawat ke sana. Jadi beban rasanya jika tidak berbagi cerita, karena memang banyak perubahan memesona di Negeri Tirai Bambu ini yang berguna untuk ''tidak sekadar hanya diketahui.''

-----------------------
AMZAR, Guangzhou, China
-----------------------
MALAM baru saja menapak, ketika bus yang membawa kami memasuki gemerlapnya kota Guangzhou. Kondisi tubuh masih belum selesa karena baru awal petang tadi sampai di Hongkong setelah hampir lima jam penerbangan dari Jakarta, dilanjutkan perjalanan ke Shenzhen. Di sini perut harus diganjal dulu karena untuk terus ke Guangzhou, perlu waktu 2,5 jam lewat jalan tol.

''Selamat datang di Guangzhou,'' kata A Wen, pemandu kami di sana, yang bernama lengkap Wang Jian Wen. Cuaca di Canton, -nama lain Guangzhou- di pekan ketiga April itu, cukup bersahabat karena sudah berada di musim semi. Menjadi lebih gemerlap karena di sini tengah berlangsung Canton Fair, pameran industri dan perdagangan internasional. Istilah kerennya Chinese Export Commodities Fair (CECF).


Tanda-tanda adanya pameran mencuat di mana-mana, lewat aneka lampion, billboard, juga di semua hotel yang membentang spanduk besar berwarna merah, dengan aksara Cina dan bahasa Inggris. Hotel-hotel pada penuh, termasuk hotel Dong Fang yang berlokasi persis di seberang gedung pameran, yang semula dijadwalkan tempat kami menginap, sebelum dialihkan ke New Century Hotel.

Pagi hari, kesan promosi pameran makin kental. Gadis-gadis terpilih dengan busana khas China, berdiri di pinggir jalan membagikan aneka brosur terkait pameran. Sama memang dengan suasana di arena pameran di banyak tempat. Tapi jangan harap siapa saja bisa leluasa masuk ke lokasi Canton Fair, kalau tidak menggantungkan ID Card di dada.

Pameran ini memang lebih dikhususkan untuk para pebisnis mancanegara. Itu terlihat saat mengurusan ID Card sebagai tanda masuk. Dengan sabar, ratusan pengunjung berbilang bangsa mengambil posisi antre di lobby hotel Dong Fang, memegang paspor, formulir isian dan pasfoto plus kartu nama, untuk diproses menjadi ID Card.

Dari pakaian dan penampilannya sudah tergambar siapa mereka sebenarnya. Busana formal dilapisi jas plus dasi dan sepatu mengkilap, lebih mendominasi. Ada yang berkulit putih, gelap, rambut pirang, hitam, lurus, keriting. Wah, pokoknya berbilang bangsa lah, termasuk rombongan kami dari Jawa Pos Grup, yang berkulit sawo matang.

Mau tak mau, kendati bukan pebisnis, kami pun ikut antrean itu tadi dan dengan pede menggantungkan ID Card tersebut, yang didominasi tulisan aksara China dengan satu tulisan besar berbahasa Inggris: BUYER. Inilah entry card ke Canton Fair, dan kami yang sebagian besar wartawan, bolehlah kali ini berlagak sebagai ''Buyer''seperti para pebisnis lain.

Dari hotel Dong Fang, pengunjung jalan kaki melintasi penyeberangan bawah tanah dan harus melewati pemeriksaan ketat serta antrean panjang memasuki halaman gedung lokasi pameran. Saat itu, merupakan hari pertama dari fase kedua pelaksanaan Canton Fair, yang ditandai dengan pertunjukan barongsai serta peragaan konfigurasi aneka gerakan silat China secara kolosal. Fase pertama, yang dikunjungi rombongan Jawa Pos Grup terdahulu, berlangsung sepekan sebelumnya, dengan komoditas yang berbeda.

Gedung pameran berlantai empat yang terletak di Liuhua Complex itu memang penuh sesak. Lobby arenanya sangat luas dan didesain mewah, tidak kalah dengan suasana di lobi hotel berbintang lima. Di banyak pojok strategis, berjejer komputer intranet yang siap digunakan bagi memudahkan pengunjung memilih stand. Ada layar monitor raksasa menayangkan kesibukan para pebisnis di lobi.

Setiap pengunjung dapat dengan mudah memperoleh brosur lengkap, CD-room dan peta lokasi stand. Sebab, kalau tak dipedomani petunjuk-petunjuk tersebut, tidak akan cukup waktu sehari mengelilingi seluruh stand. Bayangkan saja, luas arena pameran mencapai 540.000 meter persegi, di mana 247.500 meter persegi di antaranya adalah ruang pamer dengan 27.000 stand berstandar internasional. Rinciannya, 7.500 stand pada masing-masing fase di kompleks CECF Pazhou dan 5.000 stand pada tiap fase pelaksanaan di kompleks CECF Liuhua Road, dengan 100 ribu macam komoditas yang dipamerkan peserta lebih dari 10 ribu perusahaan. Semuanya dioperasikan dengan standar tinggi guna memberi kemudahan dan layanan maksimal bagi peserta dan calon pembeli.

Masuk akal komoditi sebanyak itu yang dipamerkan karena memang yang ditampilkan di sini hanya sampel produksi dan itulah ciri khas pameran ini. Menariknya, nyaris di tiap stand terlihat keseriusan para buyer dan exhibitor menjalin transaksi. Meja kecil di tiap stand pun dipenuhi buku indeks komoditi, kalkulator, laptop yang dibawa buyer dan telah terhubungkan dengan sistem komunikasi telepon.

Seorang pebisnis yang bergerak di bidang pengadaan peralatan rumah tangga dan mengaku berkantor di Hongkong, berterus terang bahwa dari seluruh produk yang dikelola perusahaannya, sekitar 2000 jenis di antaranya dibeli di Canton Fair ini.

Menurutnya, sebelum datang ke sini, pihaknya terlebih dahulu melakukan perjanjian secara on-line dengan sejumlah pemasok, di mana telah ada kesepakatan untuk produk yang mereka tawarkan serta berapa kapasitas yang bisa dipasok. ''Jadi, kami hadir langsung ke sini dapat lebih berkonsentrasi untuk negosiasi secara lebih spesifik sesuai kepentingan kami. Ini jelas sangat efisien dan saya puas dengan hasil yang dicapai,'' jelasnya.

Saat kami berkunjung, komoditas yang dipamerkan antara lain kelengkapan dan pernak-pernik dekorasi, aneka anyaman serta kerajinan, produk jam dan kacamata, peralatan kantor dan sekolah, kelengkapan wisata, alat-alat olahraga, pakaian, berbagai perhiasan permata dan berlian, sepatu, tas, alat-alat dapur, bahkan juga mainan anak-anak. Kesemuanya produk China dari 31 provinsi dan daerah khusus. Bule-bule yang datang terlihat serius bernegosiasi seperti di stand pameran aneka bentuk jam, perlengkapan olahraga seperti stik golf dan alat peselancar serta fasilitas fitnes, keperluan bagi penjelajah alam mulai dari tenda sampai kantong tidur dan sebagainya. Nyaris semua ada dan sepertinya jenis tersebut sebenarnya juga diproduksi di negaranya sang bule. Agaknya, harga dan kualitas komoditi yang tak jauh berbeda, membuat mereka tertarik bernegosiasi lebih intensif. Bisa saja nanti merek diakali dan kemasan diganti.

Harganya relatif murah, mungkin itu salah satu daya penariknya, selain kualitas komoditi. Seperti dikatakan Boonsong Srifuengfung, dari Kadin China yang dikutip media pameran, bahwa produk buatan China bersaing dengan harga yang rendah namun tetap berkualitas tinggi. ''Terbukti, banyak rekanan pembeli dari mancanegara menjatuhkan pilihannya di sini. Para peserta pameran pun memperoleh pengalaman berharga dan belajar banyak dari ajang ini,'' katanya

Namun kita akan kecele jika berharap dapat membeli langsung. Tidak ada penjualan retail di sini. Pesanan sudah dalam hitungan kontainer.

Semula kami sempat terkecoh. Saya jadi terheran-heran melihat harga barang pameran yang begitu murah. Ada teman yang menanyakan harga sebuah jaket yang cukup bagus. Harganya cuma 15 dolar AS. Diingat-ingat, di Jakarta, jaket seperti ini di atas Rp500.000,- . Ketika rekan itu coba mau membelinya, ternyata pembelian minimal 500 lembar. ''Semua ini hanya sampel,'' kata penjaga stand dalam bahasa Inggris yang fasih. Ia benar, karena yang terpajang di semua stand hanya satu buah untuk setiap model.

***

Dilaksanakan dua kali setahun dan tiap pelaksanaan digelar dalam dua fase, Canton Fair kali ini adalah yang ke-95 kalinya sejak pertama kali tahun 1957. Nanti, pada musim gugur (Oktober) even ke-96 digelar kembali. Inilah ajang paling bergengsi dari banyak pameran dagang terbesar di Cina, paling banyak dihadiri pebisnis mancanegara dan tentu saja ajang terjadinya transaksi dagang yang intensif, bahkan setelah pameran usai.

Pameran ini memang mencatat nilai transaksi yang relatif besar. Hu Chusheng, Vice Director & Secretary General of Chinese Export Commodities Fair yang juga direktur Pusat Perdagangan Luar Negeri China sendiri mengakui, even ini sudah tercatat sebagai pameran ekspor yang paling komprehensif dan pantas disebut sebagai pameran nomor wahid di China, baik itu karena sejarah panjangnya, ketinggian levelnya, skala besarnya serta tercatat sebagai arena transaksi bisnis terbesar di China.

Dengan mengurus tanda masuk bagi pengunjung, panitia pameran mencatat lebih dari 201 ribu pembeli asing yang datang dari lebih 200 negara dan dalam negeri China sendiri dan tercatat transaksi dagang mencapai lebih dari 20 miliar dolar AS.

Ajang CECF ini sepertinya menjadi arena pembuktian oleh China bahwa negara tersebut ingin menunjukkan kepada dunia betapa ekonomi secara nasional serta perdagangan luar negeri mereka sudah sangat berkembang. Juga sekaligus ingin menyampaikan pesan bahwa mereka sukses membuka jendela China ke arah modernisasi, mengembangkan ekonomi dan perdagangannya, melakukan diversifikasi pasar, unggul dalam kualitas produk serta, bagaimana perdagangan di sana sudah digerakkan dengan paduan penerapan sains dan teknologi yang saling menunjang, baik fasilitas, layanan maupun pada semua pengoperasian, seperti pada pameran itu sendiri.

Dengan itu semua, layak saja mereka optimis, ke depan ajang ini akan terus berkembang menuju era baru, di mana Canton Fair akan menjadi arena pameran yang layak diperhitungkan sebagai ajang pameran internasional, sekaligus memberikan kontribusi yang besar dalam menggairahkan jalinan ekonomi yang erat antara China dengan seluruh dunia.

Kekaguman terus terbangun selama menapak tangga terowongan bawah tanah saat meninggalkan lokasi Canton Fair. Ratusan manusia hilir-mudik dari dan menuju ke sana. Menjelang akhir terowongan, kami disapa seseorang yang menenteng tas berisi laptop. Ada juga yang menenteng jam tangan, katanya merek Rolex. Terus bercuap-cuap menawarkan dengan harga sangat miring. ''1.500 Yuan Pak, laptop bagus,'' begitu kira-kira promosinya.

Kalau yang begini, jelas tanpa diingatkan pemandu pun, kita sudah awas karena jika tergiur juga, pasti menyesal kelak. ''No, no. Yang seperti ini di tempat kami mah, banyak...,''celetuk rekan dari Kaltim, menepis tawaran si pedagang laptop jalanan.(bersambung)

Tidak ada komentar: