Ke Makkah dan Madinah, Ya Ibadah, Ya Ziarah
Oleh A m z a r
INILAH kesempatan yang sangat menguntungkan bagi yang berkesempatan melaksanakannya. Beribadah sambil juga berziarah. Ya, siapa yang tidak bergetar hatinya saat berada di kota suci Makkah Almukaramah dan Madinah Almunawwarah, dua tanah haram yang merupakan tempat idaman bagi setiap umat Islam.
Dua kota penting ini dan kawasan sekitarnya sarat dengan tempat-tempat suci dan bersejarah. Rugi rasanya kalau sudah berada di sana, untuk beribadah haji atau umrah, tapi tidak meluangkan waktu melihat dari dekat tempat-tempat bersejarah, menyaksikan secara nyata tempat-tempat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan agama Islam. Lain rasanya bila sudah berada langsung di sana. Pengalaman jelas bertambah, plus juga dapat mempertebal iman, jika itu memang diniatkan dengan baik.
Berada di Makkah, tentu tempat utama yang bikin hati bergetar dan tenteram adalah Masjidil Haram, yang di dalamnya terdapat Kakbah, kiblat bagi setiap muslim dalam melaksanakan ibadah salat. Tak hanya di musim haji, sepanjang waktu masjid yang paling agung ini senantiasa ramai. Tentu suasana lebih menggetarkan saat musim haji, karena jutaan umat dari seantero dunia mengunjunginya.
Upayakanlah agar ada waktu untuk mengenal lebih dekat Masjidil Haram ini. Pintu masuknya yang hampir seratus buah, dengan pintu utama bernomor 1 bernama King Abdul Aziz Gate, berdekatan dengan Istana Raja di bukit Qubays, yang ditandai dinding beton hampir tegak lurus di sisi timur laut Masjidil Haram. Bukit tempat istana raja ini juga bersejarah, karena di sinilah dulu junjungan alam Nabi Muhammad SAW dibersihkan hatinya oleh malaikat Jibril sebelum di-Isra’ Mi’raj-kan.
Strategisnya pintu ini, karena baru saja beberapa langkah menyusurinya, Kakbah yang agung sudah kelihatan. Pintu lainnya tersedia di sekeliling masjid. Jadi kita dapat masuk dari arah mana pun. Mau ke lantai atas, atau ke lantai puncak masjid, ada tangga biasa, juga ada elevator. Bahkan disediakan lift khusus bagi penderita cacat dan mereka yang sakit atau uzur.
Mau air zam-zam, akan dengan gampang mendapatkannya mulai dari pintu masuk ke pelataran masjid, di sejumlah titik dan sudut di tiap lantai juga tersedia sangat banyak. Tinggal putar atau tekan kran saja, karena sudah tersedia cangkir plastik dalam jumlah banyak. Boleh juga jika kita sengaja bawa botol plastik. Di sekeliling masjid pun tersedia banyak tempat untuk makan dan belanja. Pokoknya, inilah senyaman-nyaman tempat untuk beribadah.
Dekat masjid ini, satu tarikan garis lurus dari Babus Salam, hanya beberapa meter dari pintu pagar menjelang masuk pelataran masjid, terdapat Rumah Maulid, tempat di mana dulu Rasulullah SAW dilahirkan. Bangunannya sangat sederhana, namun selalu dijaga askar Saudi, untuk mencegah perilaku berlebihan dari jamaah yang berziarah.
Kalau mau ziarah ke tempat-tempat bersejarah lainnya di Makkah, tempatnya tidak terlalu jauh dari Masjidil Haram. Jabal Nur misalnya, terletak sekitar enam kilometer sebelah utara Masjidil Haram. Gunung atau bukit ini begitu termashur karena di sinilah terdapat Gua Hira. Dua nama ini, Jabal Nur dan Gua Hira tercatat dalam bagian penting sejarah Islam karena di gua inilah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama, Surat Al ‘Alaq dari ayat 1 sampai 5.
Sayang, pada waktu berhaji kemarin, Saya yang semula memang berencana naik ke sana, batal karena tak cukup waktu. Jadi, hanya melihat dari kejauhan bagaimana sejumlah orang sedang mendaki ke atas sana. Diperlukan waktu sekitar satu jam untuk sampai ke puncaknya. Agak menurun sedikit dari puncak itulah, terdapat Gua Hira, yang cukup untuk duduk empat orang. Ruangan gua, kira-kira setinggi orang berdiri.
Kami juga sempat singgah di kaki Jabal Tsur, yang posisinya kira-kira enam kilometer sebelah selatan Masjidil Haram. Tempat ini juga terkenal karena dulunya menjadi tempat persembunyian Rasulullah SAW bersama Abu Bakar Assiddiq, sewaktu akan berhijrah ke Madinah. Ketua kloter kami, Drs H Muchtaruddin SH mengisahkan sedikit sejarahnya, ketika Rasulullah SAW selamat dari kepungan kafir Quraisy di rumahnya, kemudian bersama sahabatnya Abu Bakkar Assiddiq mendaki Jabal Tsur ini, bersembunyi dari kejaran musuh.
Di dalam gua di Jabal Tsur inilah terjadi kisah yang sangat terkenal, di mana kaum kafir Quraisy yang sudah sampai di mulut gua tempat Rasulullah dan sahabatnya itu bersembunyi, mendapati pintu gua sudah tertutup sarang laba-laba. Juga burung merpati yang sedang bertelur di sarangnya. Kenyataan yang menggiring mereka kepada satu kesimpulan, tak mungkin Nabi Muhammad SAW bersembunyi di sana. Rasulullah pun selamat dan meneruskan perjalanannya ke Madinah. Padahal sahabatnya sempat cemas saat para kafir Quraisy sudah sampai di mulut gua.
Melihat posisi Jabal Tsur di atas bebukitan berbatu yang untuk kondisi kini memerlukan waktu selama satu setengah jam untuk mendakinya, bisa dibayangkan bagaimana sulitnya ketika itu posisi Rasulullah dan sahabatnya, apalagi dalam kondisi dikejar-kejar musuh. Untuk masuk ke gua pun, harus dengan posisi tiarap, dan di dalamnya hanya dapat untuk duduk saja.
Satu lagi tempat ziarah yang terkenal tak jauh dari Makkah, adalah Jabal Rahmah, yang terletak di Padang Arafah. Ada tugu putih di atasnya, sebagai penanda di situlah tempat terjadinya pertemuan antara Nabi Adam as dengan istrinya Siti Hawa setelah satu abad terpisah sejak terusir dari surga. Ini adalah salah satu lokasi yang diyakini sebagai tempat yang makbul untuk berdoa. Banyak memang jamaah yang berdoa di sana, terutama yang belum menemukan jodoh, baik dirinya maupun keluarganya. Makanya, pembimbing ziarah di awal-awal sudah mewanti-wanti jamaah untuk tidak ‘’salah’’ berdoa di sini, jangan pula berniat untuk ‘’tambah’’ bini!
Masjid Jin. Ini juga salah satu tempat terkenal. Letaknya sangat dekat dengan Masjidil Haram. Saya kerap melintasinya karena letak masjid yang tidak terlalu besar ini persis di pinggir jalan menuju ke Masjidil Haram. Dari arah Shaib Amir tempat pemondokan saat itu, jalan kaki sekitar sepuluh menit, dua kali menyeberang jalan, belok kiri, sudah berpapassan dengan masjid yang sering terlihat tertutup ini. Dari arah Masjidil Haram, masjid ini letaknya di ujung Pasar Seng, beberapa ratus meter dari Rumah Maulid.
Dinamakan Masjid Jin karena ada sekelompok jin bersepakat (berbai’at) mengakui Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Masjid Jin ini ada kaitannya dengan asbabunnuzul Alquran surat Jin ayat 1-2.
Dari masjid ini, berjalan lurus ke arah utara, tak sampai setengah jam, kita akan sampai ke satu kompleks pemakaman yang sangat terkenal, Ma’ala. Hanya kaum pria yang diperkenankan masuk sampai ke areal dalam pemakaman. Peziarah wanita, hanya sampai di gerbang. Ada juga yang hanya menyaksikan dari atas jembatan layang.
Lazimnya pemakaman di tempat lain di Arab Saudi, di sini pekuburan hanya ditandai dengan beberapa potong batu sedikit lebih besar dari kepalan tangan orang dewasa, di atas tanah yang rata. Tidak ada gundukan atau hunjaman batu nisan. Di sinilah umumnya jamaah haji yang wafat di Makkah, dimakamkan.
Di sini jamaah dapat melakukan ziarah ke makam salah satu keluarga terdekat Rasulullah SAW, yakni istri Beliau Siti Khadijah. Untuk ke makamnya, harus berjalan beberapa ratus meter ke dalam komplek Ma’ala, sampai menemukan satu kawasan yang berpagar tembok dengan pintu besar berwarna hijau. Ada beberapa celah mirip jendela yang diberi jeruji, juga berwarna hijau, tempat di mana peziarah dapat menjenguk ke arah makam salah satu istri Rasulullah SAW itu.(amzar))
Minggu, 25 Mei 2008
Ziarah Tanah Suci 1
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar